Sekolah di SMAN 3 Kota Serang, Atlet Pelajar Meninggal di Asrama PPLP Banten

0
74
Asrama PPLP Banten.

Serang,fesbukbantennews.com (20/10/2025) – Seorang atlet tinju yang bersekolah di SMA Negeri 3 Kota Serang Alexandria Warman, meninggal dunia di Asrama Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Banten, Drangong,Kecamatan Taktakan, Kota Serang. ‎Pelajar tersebut meninggal dunia pada Jumat (17/10/2025) sekitar pukul 23.00 WIB.Asrama PPLP Banten.

‎Berdasarkan sumber di asrama menyebutkan bahwa Alexandria sempat dibawa ke rumah sakit oleh rekan-rekan sesama atlet, namun nyawanya tidak tertolong.

‎Menurut kesaksian, tidak ada tenaga medis maupun pengurus asrama yang siaga saat kejadian. Para atlet yang panik berinisiatif melakukan pertolongan seadanya dan mencari bantuan sendiri.

‎Sebanyak 10 atlet dan satu pelatih ikut membantu membawa Alexandria ke rumah sakit menggunakan mobil asrama. Namun saat tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Fatimah Kota Serang, dokter menyatakan sudah meninggal dunia.

‎“Waktu diangkat dari asrama sepertinya sudah tidak ada nadinya. Temannya sempat pijat jantung, tapi tidak tertolong,” katanya kepada banteninside.

‎Pengurus asrama baru tiba setelah Alexandria dinyatakan meninggal. Pihak asrama bahkan menginstruksikan agar informasi kematian tersebut tidak disebarkan ke publik.

‎Para atlet juga menemukan obat diet dan obat keras di kamar korban yang diduga dikonsumsi untuk menurunkan berat badan sebelum pertandingan. Namun penyebab pasti kematian belum diketahui hingga kini.

‎Akibat adanya kematian tersebut, meninggalkan luka dan trauma mendalam bagi para atlet yang hingga saat ini masih tinggal di asrama PPLP untuk persiapan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) tahun 2025.

‎Kabar kematian Alexandria dibenarkan oleh Kasubag Umum Dispora Provinsi Banten, Iwan Ridwan. Ia membantah dugaan bahwa tidak ada pendamping sama sekali saat Alexandria dibawa ke rumah sakit. Menurutnya, proses evakuasi tetap didampingi pihak asrama meski mayoritas yang bergerak pertama adalah para atlet.

‎”Gak ada yang bisa (nyetir) katanya, gak ada yang bisa nyetir,” ujarnya melalui sambungan telepon.

‎Iwan juga membenarkan di asrama tersebut tidak ada tim dokter yang berjaga selama 24 jam. Ia juga menyebut, sebelum kematiannya tidak ada tanda-tanda darurat medis sebelumnya.

‎“Jam 9 malam dia masih video call sama orang tuanya. Masih ngobrol sama teman-temannya. Tidak ada tanda sakit, tidak ada keluhan. Bahkan rencananya Sabtu dan Minggu dia mau pulang,” tuturnya.

‎Setelah kejadian, kata Iwan, pihaknya telah mengintruksikan agar pendampingan kesehatan atlet diperketat. Ia juga mengaku telah menerjunkan psikolog untuk memulihkan trauma para atlet karena menyaksikan kematian temannya tersebut.

‎“Dokter ada, tetapi tidak standby 24 jam. Setelah kejadian, kami sudah instruksikan agar pendampingan kesehatan atlet diperketat dan psikolog diterjunkan untuk mendampingi atlet yang trauma,” imbuhnya.

‎Meskipun demikian, ujar Iwan, pihaknya tidak dapat berspekulasi mengenai penyebab kematian. (Khat/LLJ).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here