Serang,fesbukbantennews.com (23/5/2025) – Kurban, sebuah cerita perjalanan Nabi Ibrahim serta putranya Ismail yang sampai menjadi simbol ketaatan, keikhlasan, kecintaan dan bentuk berserah diri kepada Allah SWT. Orang tua mana yang tega dan rela menyembelih putranya sendiri yang begitu lama diidamkan kehadirannya. Namun, ketaatan kepada Allah SWT lebih besar ketimbang kecintaan terhadap dunia, keikhlasan kepada pencipta lebih tinggi dibanding keluh kesah akan ujian, rasa berserah diri akan apapun yang terjadi adalah yang terbaik menurut Allah menjadi makna yang dalam, betapa kemudian Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah walau itu butuh pengorbanan yang luar biasa, demi perintah Tuhannya.
Sejak tepatnya tahun 1994, Dompet Dhuafa menggulirkan sebuah program dengan tujuan pemerataan, menebar hewan kurban hingga pelosok negeri agar kurban tak menumpuk di Kota besar, sementara di pinggiran dan pelosok, menikmati daging kurban hanya sebatas impian dan khayalan. Program Tebar Hewan Kurban (THK) yang dilakukan Dompet Dhuafa perlahan dan pasti diikuti oleh yang lain dengan program serupa, di tahun 1994 belum ada yang berani atayu memiliki ide menebar hewan kurban, maka Dompet Dhuafa adalah pelopor gerakan pemerataan kurban di Indonesia.
”Fenomena yang ada, di Jabodetabek dari dulu hingga sekarang, kurban menumpuk dan surplus daging menurut survey ideas. Sementara minggir sedikit saja ke Banten selain Tangsel dan Kota Tangerang, kekurangan atau defisit daging saat kurban” Ujar Mokhlas Pidono, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten dalam rilirsnya kepada media.
Satu Kurban Dobel Manfaat
Terlepas dari posisi Dompet Dhuafa sebagai pelopor tebar hewan kurban hingga pelosok negeri, lembaga ini terus berinovasi mengembangkan layanannya agar semakin banyak, semakin besar dan semakin luas memberi manfaat bagi masyarakat. Di mulai dari peternak, Dompet Dhuafa memberi harga terbaik bagi peternak agar mereka berdaya bahkan mengambilnya dari peternakan yang merupakan program pemberdayaan Dompet Dhuafa sehingga keuntungan dirasakan oleh penerima manfaat, mereka bisa menyekolahkan anak, berobat saat sakit serta memperbaiki mata rantai keturunan dengan pendidikan melalui hasil beternak. Dari sisi hewan, Dompet Dhuafa berkomitmen bahwa kurban yang disembelih harus berkelamin jantan. Pasalnya, kalau betina yang disembelih betina, maka ini akan menghambat pertumbuhan dan kelangsungan populasi ternak, ternak betina melahirkan anakan dan menjaga populasi tetap dalam kondisi baik.
”Selain beberapa alasan di atas, Dompet Dhuafa juga menyalurkan kurban dalam bentuk hewan hidup, bukan daging kalengan atau sosis dan kornet. Dengan hewan hidup, daging lebih fresh, tercipta gotong royong antar warga dalam menyembelih dan mencacah serta timbul kebahagiaan yang besar saat masak sate bareng, indahnya tidak bisa tergantikan” ujar Mokhlas menambahkan.
Dompet Dhuafa Banten juga memiliki gebrakan yang cukup baik, inovasi program kurban yang sangat menarik. Saat ini, Dompet Dhuafa Banten memiliki program pemberdayaan greenhouse sentra seledri seluas 2000 m2, terluas dan terbesar di atas lahan 1,5 hektar di Cikeusal, Kabupaten Serang. Sayangnya, lahan tersebut masih sewa dan belum bisa dimiliki melalui skema wakaf produktif melalui uang. Nah, atas dasar keinginan agar penerima manfaat bisa memanfaatkan aset produktif tersebut sampai kapanpun, Dompet Dhuafa Banten memiliki program satu kurbannya, dobel manfaatnya. Dengan berkurban 1 ekor sapi atau domba melalui Dompet Dhuafa Banten, maka pekurban sudah otomatis berwakaf 1 meter tanah di lahan greenhouse sentra seledri. Jadi, dari harga hewan kurban, akan disishkan dana untuk membeli 1 meter persegi tanah sentra seledri, menarik bukan?. Maka, ayat kedua pada Qur’an Surat Al Kautsar di atas semakin meneguhkan keagungan Islam yang meberi rahmat bagi sekalian alam melalui firman yang Allah sampaikan, shalatlah karena ketaatan kepada Rabbmu, dan berkurbanlah!