Tahapan yang Dirasakan Tubuh Ketika Meninggal Tenggelam

0
3147

Serang, fesbukbantennews.com (6/7/2020) – Tahukah dulur-dulur bahwa menurut WHO (World Health Organization) tenggelam merupakan penyebab kematian ketiga tidak sengaja terbesar di dunia. Mulai dari terpeleset di kolam renang atau sungai, sampai kecelakaan di laut, ataupun diterjang gelombang tsunami, risiko kematian tenggelam sama besarnya.

Akhir – akhir ini di Provinsi Banten ditemukan beberapa kasus kecelakaan atau terpeleset yang menyebabkan korbannya meninggal dunia akibat tenggelam. Ada baiknya dulur-dulur membekali diri dengan kemampuan berenang, di samping untuk menjaga kebugaran dan membentuk tubuh.

Namun, meninggal dunia karena tenggelam bukanlah proses yang terjadi dengan instan. Indonesia sebagai negara kepulauan, terutama Provinsi Banten yang mayoritas daerahnya ada perairan, membuat risiko kematian akibat tenggelam dalam air bisa makin tinggi.

Dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa tahap yang terjadi pada tubuh ketika seseorang tenggelam hingga meninggal dunia. Seperti halnya berikut ini :

  1. Kaget
    Begitu tubuh masuk ke dalam air tanpa pertanda, otak segera merespon bahwa kamu dalam keadaan berbahaya dan memungkinkanmu untuk merasa takut serta panik. Tubuh secara refleks akan berusaha untuk mencari posisi vertikal dengan kepala mendongak. Tanganmu pun akan tergerak ke atas atau bergerak secara acak untuk mencapai ke permukaan air selagi berusaha bernapas.
  2. Menahan napas
    Saat belum juga terselamatkan, kamu pun akan memasuki fase ini. Air akan masuk ke dalam mulut dan menyebabkan epiglotis (katup napas) tertutup sebagai bentuk proteksi.
    Namun, di sisi lain, akibat yang ditimbulkan justru membuatmu jadi sulit bernapas dan semakin susah untuk berteriak meminta bantuan. Asupan oksigen yang kurang pun pada akhirnya menjadikanmu hilang kesadaran.
  3. Hilang kesadaran
    Kalau sudah mencapai tahap ini, kamu tidak akan lagi melakukan pergerakan. Dalam keadaan pernapasan yang terhenti, tubuhmu akan mulai tenggelam ke dasar perairan. Cepat atau lambatnya proses tenggelam ini pun dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: berat badan, massa otot dan jumlah udara yang masih ada di dalam paru-paru.
  4. Kejang
    Semakin lama, semakin sedikit oksigen yang mengalir ke otak. Akibatnya, kamu akan mengalami konvulsi alias kejang-kejang. Perlahan-lahan, kulit tubuhmu akan berubah warna menjadi biru terutama di bagian bibir dan ujung kuku. Tubuhmu pun akan menjadi kaku. Tidak jarang, bagian mulut pun akan mengeluarkan busa.
  5. Meninggal
    Inilah puncak dari serangkaian proses yang terjadi pada tubuh ketika kamu tenggelam dan tidak terselamatkan. Begitu oksigen tidak lagi disuplai ke tubuh dan otak, maka metabolisme dan proses tubuh lainnya pun tidak lagi berfungsi. Jantung pun tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, baik menerima maupun mengirim oksigen. Karena itu, korban meninggal akibat tenggelam pun pada akhirnya akan meninggal karena serangan jantung ini.
  6. Penjelasan tambahan: kesempatan hidup kurang dari sepuluh menit
    Kalau kamu bukan seorang penyelam atau individu yang terlatih secara khusus, perkiraan waktu yang kamu butuhkan untuk masih bisa bernapas dalam tahap awal hanya 30 sampai 60 detik. Lebih dari itu, kamu akan mulai bernapas dalam air dan percayalah, kondisi ini sangat susah dibendung. Selepas itu, kamu akan mulai kehilangan kesadaran. Dalam kondisi tidak ada asupan oksigen ke jantung dan otak. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit (sekitar tujuh menit), besar kemungkinan kamu akan mencapai ambang kematian.
  1. Kasus khusus: hipotermia memungkinkan tingkat keselamatan lebih tinggi
    Pada beberapa kasus, hipotermia justru bisa membantu meningkatkan harapan selamat. Ketika suhu tubuh menurun hingga di bawah 35 derajat celsius, secara otomatis metabolisme tubuh pun akan melambat. Akibatnya, kecepatan kematian sel yang disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen juga menurun, sehingga kemungkinan untuk selamat lebih tinggi.

Tenggelam kerap dianggap sebagai salah satu cara kematian yang sangat menyiksa. Karena itu, mengingat Indonesia adalah negara dengan kawasan perairan yang sangat luas dan risiko bencana alam banjir, gelombang pasang serta tsunami yang cukup tinggi. (Rwb)