Bersama Orang – Orang Hebat di WaruWangi Kabupaten Serang, Kolaborasi Kebaikan

0
283

Serang,fesbukbantennews.com (13/8/2022) – “Om, pang toongkeun barudak sih di SMP Negeri 3 Padarincang (Om tolong tengokin kawan-kawan di SMPN 3 Padarincang),” WA Lulu, koordinator Pokja Relawan Banten,Sabtu (14/8/2022) siang.

Tim Ceria Banten di SMPN 3 Padarincang .

Lalu dikirimlah spanduk digital “Kolaborasi Kebaikan Edukasi Seni dan Olahraga” di SMPN 3 Padarincang, Kampung Cikuar, Desa Bojong, Kecamatan Padarincang – Kabupaten Serang.

Kegiatan ini kerjasama SMPN 3 Padarincang, Pokja Relawan Banten, IF3, Badut si Fino, Team of Pantomin Serang (TOPS) dan Dongeng Nawasena.

Cek di google maps, lokasi ternyata dekat Waruwangi, cafe yang cukup dikenal. Jalan curam naik turun hingga 30°. Kelokannya luar biasa tajam, ada yang sampai 360°. Sedangkan lebar jalan beton hanya 4,5 meter.

Tiba di pertigaan Waru Wangi, jalan ke kiri diblokir. Sepotong batang kayu melintang, cone lalu lintas di tengah. Seorang warga tampak menjaga jalan itu. Mendekat dan meminta uang dengan istilah “seikhlasnya” buat merokok.

“SMP 3 dimana ka?,” tanyaku. Si warga menjawab di bawah, dekat. Menunjuk ke arah kiri, ke jalan yang dijaganya.

Masih dengan kelokan tajam, pinggir jurang dan jalan beton sempit… kurang-lebih satu kilometer kemudian, aih jalan raya Padarincang. Di ujungnya 3 warga menjaga. Menghalangi jalan keluar.

Salah satunya mendekat, lalu ucapkan, “seikhlasnya” sambil menyodorkan tempat besek plastik. Bujug dah. Masuk “ikhlas”, keluar “ikhlas”. Jangan-jangan, ini jalan beton yang bangun mereka, bukan Pemkab Serang.

“Ka, SMP 3 Padarincang dimana?,” tanyaku setelah memberikan “ikhlas” pada mereka. Tangan mereka menunjuk ke arah kiri. Dekat, teriaknya.

Setelah 1 km mengikuti petunjuk mereka, SMPN 3 Padarincang belum kelihatan. Malah ketemu SDN SDN Kaduranca. Rasa tersesat pun tumbuh. Google maps obatnya.

Aiiih, mbah google malah menunjuk balik ke arah semula. SMPN 3 Padarincang ada dikulak-kelok, naik-turun, curam, tajam dan sempit.

Mau tak mau balik lagi. Ketemu “ikhlas” lagi. Naik-turun curam. Kelokan tajam. Jalan sempit. Setelah kurang-lebih 600 meter, google menyela, “Tujuan anda sudah sampai di sebelah kanan”.

Heee… sebelah kanan kebon. Sebelah kiri jurang. Ampun dah, ampe google juga ngebohong. Bodolah, terusin jalan. Sampai juga di ujung jalan “ikhlas”. Dan petugas “ikhlas” juga menghampiri meminta “ikhlas”.

Akhirnya diputuskan ke arah kanan. Ke arah Cafe Waru Wangi yang cukup dikenal. Baru 20 meter, di sebelah kiri ngejogrok SMP Negeri 3 Padarincang.

Heee… Itu kenapa petugas “ikhlas” di ujung jalan “ikhlas” enggak bilang dekat begini? Malah ditunjukin arah yang salah. Apakah agar kita bolak-balik di jalan “ikhlas” secara “ikhlas” bersama petugas “ikhlas”.

SMPN 3 Padarincang tidak luas. Bangunannya sederhana sekali. Tipikal bangunan sekolah di era Soeharto. Terdiri dari 7-10 ruangan berbentuk U. Di belakang sepertinya ada Rumah Dinas. Lapangan berada di tengah-tengah.

Di belakang SMP 3, jurang. Tampak sebagian desa-desa di Kecamatan Padaringan diselingi persawahan yang cukup luas. Indahnyaaa.

Jumlah siswa SMPN 3 Padaringan hanya 80 orang. masing-masing angkatan 1 kelas. “31 nya siswa baru. 17 siswa dari SDN terdekat. Sisanya dari madrasah. Warga di sini banyak yang memilih tidak melanjutkan sekolah,” kata TB Saiful Bahri, Kepala SMPN 3 Padarincang.

Di lapangan, sekitar 30 siswa berseragam pramuka tampak melingkar menghadap tim Pokja Relawan Banten. Mereka sedang diajari Teknik Dasar Mengevakuasi Korban Bencana.

Sesi kedua paska bencana soal trauma healing. Yaitu suatu proses emosi korban dari ketakutan masa lalu. Trauma healing merupakan sebuah proses yang panjang dan memerlukan tenaga profesional.

Dalam kegiatan ini, trauma healing yang diajarkan hanyalah pendampingan paska bencana selesai. Korban, terutama anak-anak diajak bergembira untuk melupakan bencana, walau hanya sebentar.

Hiburan atau menghibur korban adalah kegiatan yang tepat. Biasanya menggunakan kesenian atau olahraga.

Pokja Relawan Banten mengajarkan cara menghibur korban melalui Pantomin, Badut, Sepak bola Freestyle dan mendongeng.

Melihat semangat para instruktur dan kegembiraan peserta kegiatan, daku teringat tadi pagi. Koordinator Relawan Lulu sempat nge-WA bahwa instruktur kegiatan masih sibuk sana-sini mencari donasi untuk beli bensin. Benar-benar beli bensin, bukan istilah.

“Para relawan itu bukan orang-orang berlebih. Apalagi orang-orang kaya. Bahkan faktanya, mereka termasuk orang-orang yang kekurangan… tapi semangat menebar kebaikannya sungguh luar biasa. Terlebih mereka tak pernah meminta balasan dari kebaikan yang mereka lakukan. Mereka adalah orang-orang hebat yang tak kenal lelah,” gumamku. (g)

#bukandaribpbd

#relawannonapbd

#relawan

#pokjarelawanbanten

#relawanFBn

#bukanpekerjasosial

#orangoranghebat

#volunteer

#togogisme