Tangerang,fesbukbantennews.com (19/12/2025) – Pada hari Jumat, 19 Desember 2025, Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Kementerian Kesehatan menggelar kegiatan monitoring dan evaluasi di Posyandu Kartini 7 yang terletak di RT 06 RW 04, Kelurahan Batuceper, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan surat tugas yang mengatur pelaksanaan agenda lapangan pada tanggal tersebut. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memantau kualitas pelayanan posyandu, mengevaluasi alur kerja kader, serta menilai kebutuhan penguatan layanan agar sesuai dengan standar kesehatan ibu dan anak yang diterapkan di tingkat komunitas.
Dalam kegiatan ini, hadir pula Lurah Batuceper, Bapak Edi, S.IP., M.Si, dan Ibu Lurah Batuceper, Hj. Zurna Detti, S.Ikom, serta Camat Batuceper, Bapak Achsin Ghufron Falfeli, S.STP, dan Ibu Camat Batuceper, Wiwin Nurhayati, AP. Kolaborasi lintas sektor sangat terlihat jelas, dengan Nakes Puskesmas Batuceper dan kader Posyandu Kartini 7 yang aktif menjalankan layanan dan pendataan, masyarakat yang antusias memanfaatkan layanan, serta dukungan penuh dari unsur pemerintahan setempat. Tenaga kesehatan dari Puskesmas Batuceper juga terlibat sepanjang kegiatan, memastikan segala proses berjalan dengan tertib, lancar, dan terkoordinasi dengan baik.
Kegiatan ini memberikan manfaat langsung yang sangat terasa baik bagi warga maupun kader Posyandu Kartini 7. Tim BBPK dan tenaga kesehatan dari puskesmas membantu kader untuk merapikan alur pelayanan, sehingga warga dapat mengikuti proses layanan dengan lebih jelas dan mudah. Mulai dari registrasi, penimbangan, pengukuran, hingga pemberian edukasi kesehatan, semua langkah kini lebih terstruktur.
Selain itu, posyandu juga memainkan peran penting dalam deteksi dini masalah kesehatan, seperti pertumbuhan balita yang terhambat, kekurangan gizi, atau kebutuhan imunisasi, yang memungkinkan penanganan lebih cepat dan tepat.
Monitoring yang dilakukan tidak hanya sebatas mencatat, tetapi juga memberikan masukan teknis yang dapat langsung diterapkan oleh kader pada pertemuan posyandu berikutnya, terutama dalam hal pencatatan yang akurat, komunikasi dengan orang tua, dan pengelolaan antrean layanan.
Kehadiran lurah, camat, kader, puskesmas, dan masyarakat dalam satu kegiatan menunjukkan betapa kuatnya koordinasi lintas sektor, mempercepat pengambilan keputusan, dan mempermudah kelancaran pelaksanaan layanan.
Setelah kegiatan ini, dampak positif langsung dapat terlihat. Warga cenderung lebih sering datang ke posyandu karena merasa layanan yang disediakan lebih jelas dan mudah diikuti, dengan tenaga kesehatan yang selalu siap mendampingi.
Pencatatan yang lebih rapi memudahkan puskesmas dan pihak terkait dalam merencanakan prioritas layanan, seperti edukasi gizi, rujukan medis, dan program kesehatan lingkungan lainnya. Selain itu, kehadiran BBPK dan dukungan pemerintah daerah memberikan pesan yang kuat bahwa posyandu bukanlah kegiatan seremonial, melainkan layanan kesehatan yang serius dan layak menjadi kebiasaan keluarga. Posyandu juga semakin efektif dalam mendorong budaya pencegahan, di mana warga datang untuk memeriksakan diri sebelum masalah kesehatan memburuk.
Monitoring semacam ini semakin menguatkan peran posyandu sebagai “rem” pencegahan, bukan sekadar ambulans” yang datang setelah masalah terjadi.
Kegiatan di Posyandu Kartini 7 membuktikan bahwa sistem kesehatan yang kokoh dimulai dari kolaborasi komunitas yang solid. Kader bergerak, puskesmas memberika bimbingan, pemerintah setempat mendukung, dan warga aktif dalam menjaga kebiasaan hidup sehat. Inilah contoh nyata dari kerja kolaboratif yang dapat menjaga kesehatan publik, tanpa perlu menunggu viral untuk bertindak.(LLJ).
Kiriman dulur FBn: Nazma



