Menemukan Cahaya dalam Permata Hati: Bedah Karya Ahmad Maryani Perintis Awal Persatuan Islam (PERSIS) di Tanah Kesultanan Banten (Oleh : Ikmal Anshary*)

0
75
Buku Tulisan Ust Maryani.

Serang,fesbukbantennews.com (29/9/2025) – Terbungkus dalam sampul sederhana dari kertas karton, tampak sebuah buku dengan judul Permata Hati. Pada bagian depannya, tertulis nama penulis “Ahmar Ismail” serta keterangan tempat dan tahun: “Serang, 1998.” Sampul yang sederhana itu menyimpan isi setebal 327 halaman, sebuah karya yang kini telah berusia 27 tahun. Buku ini lahir dari masa ketika mesin ketik masih menjadi andalan, lengkap dengan coretan tangan beraksara Arab khat yang ditulis menggunakan spidol, menghiasi halaman demi halaman. Meski usang, kesan autentik itu justru memberi nilai lebih-seakan membawa kita kembali pada jejak awal lahirnya karya yang sarat makna.Buku Tulisan Ust Maryani.

Kini, dalam kondisi kertas yang mulai rapuh dan tinta yang memudar, buku Permata Hati justru menghadirkan pesan yang kuat: betapa pentingnya merawat warisan intelektual pendiri Persatuan Islam di Banten. la bukan hanya sekadar naskah lama, melainkan saksi sejarah perjalanan pemikiran yang harus disampaikan kembali kepada generasi berikutnya. Maka, sudah sepatutnya karya ini tidak dibiarkan hilang ditelan zaman. la perlu dicetak ulang dengan wajah yang lebih rapi dan terawat, sehingga dapat dinikmati bukan hanya oleh kalangan Persis, tetapi juga umat Islam secara luas, bahkan akademisi yang menaruh perhatian pada kajian keumatan di Banten. Dengan begitu, Permata Hati akan terus menjadi sumber inspirasi, pedoman moral, sekaligus amal jariyah yang manfaatnya melampaui batas generasi.

Lantas membuka halaman awal terpampang 2 dua muqaddimah sebelum sampai padanya sebuah isi dalam buku tersebut, yang pertama ‘Kata Pengantar’ bertandatangan sekaligus pengisi dalam hal tersebut ialah Moh. Jamuari Johan Tunoh disanalah ia menuliskan dengan serangkaian cerita ulasannya mengenai penghimpun buah karya tulisan buku ini. Atas hasil diskusi dan dorongan dukungan dari H. Moh. Arief asal dari Cipare Gardu-kluwung Serang, bergeming dengan paparan kata-katanya antara lain

sebagai berikut; “Semestinya ada orang yang dapat menyampaikan informasi suara atau omongan Abuya ini, baik secara lisan, maupun dalam bentuk tulisan; supaya dapat didengar oleh orang lain, selain jama’ah kita”. Lantas terjadi dalam bulan Juni 1997 dihadapan Abuya disaksikan oleh penyusun buku ini, dan dihadiri beberapa rekan-rekan lainnya.

Dengan adanya dorongan semangat tersebut maka penyusun mohon do’a restu kepada Abuya untuk membukukannya, responnya menyetujui silakan saja. Semula Buku ini akan diberi nama Capita Selecta, menirukan karangan Bung Hatta, atau akan diberi nama dengan sebutan “BUNGA RAMPAI”. Namun setelah dipertimbangkan, lebih baik dengan judul: “PERMATA HATI”, agar selalu dapat dikenang sepanjang masa. Memang karya-tulis Abuya ini merupakan harta kaya peninggalan yang sangat berharga, maka oleh karena itu, perlu kita baca, kita telusuri sampai sejauh mana himbauan berupa kesan dan pesan Beliau ke pada kita dalam kehidupan di Planet Bumi ini. Sangat tepat dan jitu sekali diluncurkannya buku ini di tengah-tengah situasi dan kondisi mengalami/menghadapi Krisis Moneter dan Gejolaknya pere konomian di Kawasan Negara-negara ASEAN khususnya di Indonesia pada sa’at sekarang (dimulai 1997). Karena isi kandungannya dapat merendam kere sahan dan mencegah kegelisahan bathin yang tidak menutupi jalan kemungkinan akan menjadi frustasi atau stress. Selanjutnya ditekankan bahwa hidup itu bukan guna makan, tapi makan untuk hidup, dan hidup itu sendiri hanyalah teruntuk ber-ibadah kepada Allah Swt. semata-mata thok!. Kita harus ingat selalu, seperkasa-kasanya orang, termasuk derajat dan martabatnya, setinggi-tingginya kedudukkan dan jabatannya, juga sekaya-kayanya manusia, termasuk Konglomerat dan Hartawan yang kesemuanya itu telah diceriterakan dan digambarkan serta dicontohkan oleh Allah Swt. lewat Al Qur’an dengan sebutan nama Fir’aun dan Qarun. Lalu disertai nasehat-nasehat kehidupan digambarkan melalui rangkai cerita Fir’aun dan Qorun singkat akhir pembahasan dalam kata pengantar tersebut “Kami sebagai penyambung pesan dan Anda selaku Penyumbang kesan, semoga Buku ini menjadikan amal jariyah, bagi Abuya Ustadz Ahmad Maryani Ismail (atau disingkat cukup: AHMAR ISMAIL”.

Lalu disambung dihalaman berikutnya terdapat ‘Kata Sambutan’ bertandatangan

sekaligus pengisi dalam hal tersebut ialah H. Muslim Jamaluddin dengan menyertakan Serang, 07 April 1998. Disanalah ia menuliskan dengan serangkaian cerita ulasannya mengenai penghimpun buah karya tulisan buku ini. Buku bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk diresapi dan diamalkan. Begitu pula dengan karya yang ada di hadapan kita saat ini, sebuah buku yang berjudul Permata Hati karya Ahmad Maryani. Buku ini bukanlah bacaan biasa. Di dalamnya tersimpan bimbingan, arahan, serta pendidikan moral yang mengajarkan kita tentang arti kerukunan-baik dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, maupun berbangsa dan bernegara. la mengajak kita untuk menata hati, memperkuat jiwa, dan meneguhkan langkah di tengah derasnya tantangan zaman. Kita tahu bersama, era globalisasi menghadirkan persaingan yang semakin ketat. Krisis ekonomi, gejolak sosial, hingga derasnya arus teknologi, sering membuat manusia mudah resah dan gelisah. Di sinilah Permata Hati hadir-memberi ketenangan, menumbuhkan harapan, dan menuntun kita menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, sekaligus berdaya cipta. Lebih jauh, buku ini adalah warisan. Sebuah amal jariyah dari penulisnya, yang semoga terus mengalir pahalanya. Dan bagi kita, para pembaca, semoga menjadi bekal untuk menjaga nilai luhur bangsa: Pancasila, UUD 1945, serta semangat persatuan yang diwariskan para pendiri negeri ini. Maka mari kita baca, renungkan, dan sebarkan Permata Hati kepada generasi penerus bangsa, agar tetap teguh dan kokoh,

dari Sabang sampai Merauke. Sebab benar adanya, bersatu kita teguh, bercerai kita

runtuh.

Buku Permata Hati merupakan karya pemikiran yang sarat dengan refleksi keagamaan, filsafat, dan kehidupan. la mencoba menjembatani antara pesan-pesan Al-Qur’an dengan persoalan manusia modern. Melalui berbagai bab dan sub-babnya, buku ini membawa kita untuk merenungkan kembali posisi agama, akal, serta peran manusia dalam membangun kehidupan yang bermoral, berperadaban, dan berketuhanan.

BAB I. Filsafat Serba Cita dan Filsafat Serba Benda.

Di bagian ini, penulis membandingkan agama samawi yang berasal dari wahyu langit dengan agama budaya yang tumbuh dari tradisi manusia. Menurutnya, ada perbedaan

mendasar antara keduanya, terutama dalam hal kebenaran mutlak dan tuntunan hidup.

Penulis juga membicarakan tentang “meniupkan lima ruh” sebagai simbol kekuatan batin yang memberi arah pada manusia. la mengingatkan bahwa peradaban baru, atau orde baru dalam arti filosofis, harus segar dan kuat karena ditopang oleh ilmu pengetahuan.

Ada pula catatan tentang percakapan bersejarah, dan bagaimana Al-Qur’an akan membuktikan kebenarannya melalui zaman. Menurut penulis, bila manusia merelakan dirinya terikat dengan Al-Qur’an, maka pintu langit akan terbuka. Akal pun disebut sebagai modal utama bagi ilmuwan, filosof, dan agamawan.

BAB II. Sepuluh Peranan Al-Qur’an yang Terpenting.

Bab ini menjelaskan peranan Al-Qur’an sebagai sumber hukum syariat, pedoman akhlak, serta kisah teladan. Kisah Qarun dijadikan pelajaran tentang kesombongan harta, sementara kisah Nabi Nuh a.s. menjadi cermin tentang kesabaran dan ketaatan.

Al-Qur’an, menurut penulis, bukan hanya kitab hukum, tapi juga komentar atas sifat-sifat manusia.

BAB III. Dengan Apa dan Mengapa Anda Jangan Sampai Terkecoh.

Dalam bab ini, penulis menyelipkan nasihat seorang filosof agar manusia berhati-hati terhadap tipu daya dunia. la juga mengisahkan perjumpaan Maryam dengan malaikat Jibril, yang membawa risalah Allah. Dari kisah itu, kita diingatkan untuk tidak mudah terpedaya oleh hal-hal lahiriah, tetapi melihat esensi kebenaran.

BAB IV. Pandangan Muslim Qur’ani terhadap Pancasila.

Buku ini tidak hanya berbicara tentang agama, tapi juga tentang bangsa. Penulis menjelaskan bagaimana seorang Muslim Qur’ani melihat Pancasila sebagai dasar negara.

Ketuhanan Yang Maha Esa ditegaskan sebagai landasan utama. la juga menyinggung hukum syar’i serta hujjah ketuhanan, yang semuanya bermuara pada keyakinan bahwa Islam sejalan dengan Pancasila sebagai perekat bangsa.

5/6

BAB V. Tinjauan tentang Wahyu dan Akal.

Di sini penulis mengupas istilah “wahyu” baik dari segi bahasa maupun syariat. Wahyu bukanlah hal yang bisa ditafsirkan sembarangan, sehingga perlu hati-hati agar tidak menimbulkan kekeliruan.

Selain wahyu, penulis juga membicarakan akal. Menurutnya, akal adalah anugerah Allah yang harus dijaga kelestariannya. Dengan akal, manusia mampu menilai, berpikir, dan menimbang. Namun akal harus selaras dengan wahyu agar tidak tersesat.

BAB VI. Tanggapan Ilmuwan terhadap Al-Qur’an.

Bagian ini menarik karena memperlihatkan bagaimana ilmuwan, cendekiawan, dan pakar melihat Al-Qur’an. Disebutkan tentang Voyager-II dan dinamika penemuan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya menguatkan kebenaran Al-Qur’an.

Penulis juga menyinggung gagasan bahwa bangsa yang unggul adalah bangsa yang peka terhadap zaman. Bahkan ia menyampaikan pandangan optimis: bahwa kelak, dua abad mendatang, manusia di seluruh dunia akan mengenal Islam.

BAB VII. Shalat Qashar, Syafar, dan Jum’at.

Bab ini lebih bersifat fikih. Penulis mengutip riwayat dari Aisyah r.a. dan Thariq ibn Syihab r.a. tentang tata cara shalat. la juga membahas peristiwa gerhana bulan total sebagai tanda kebesaran Allah. Menurutnya, ibadah adalah kebanggaan paling ideal seorang Muslim.

BAB VIII. Bukan Sekadar Variasi Nusantara, tetapi Variasi Jagad Raya.

Bab terakhir membentangkan pemikiran filsafat universal. Penulis menyajikan sepuluh kategori tuduhan terhadap Tuhan, Alarm, Manusia, Roh, dan Jasad. Dengan cara ini, ia ingin memperlihatkan bahwa agama Islam bukan hanya untuk Nusantara, tetapi untuk jagad raya-universal dan abadi.

Melalui buku ‘Permata Hati’, Ahmad Maryani berusaha menghadirkan pandangan yang

luas: mulai dari filsafat, syariat, hingga kehidupan berbangsa. la mengajak kita untuk memadukan akal dan wahyu, membangun manusia yang seutuhnya, dan menjaga nilai-nilai luhur Pancasila.

Buku ini adalah cermin, pengingat, sekaligus petunjuk. la menenangkan jiwa, membuka wawasan, dan mendorong kita untuk terus bermawas diri. Tak berlebihan bila Permata Hati disebut sebagai karya yang lahir dari kedalaman renungan, dan pantas menjadi bacaan generasi penerus bangsa.

Kepada segenap jajaran struktur Persatuan Islam (Persis) Banten, izinkan kami menegaskan kembali pentingnya keberadaan karya monumental ‘Permata Hati ini. Sebagai salah satu warisan intelektual pendiri kita, buku ini tidak hanya menyimpan nilai keagamaan, tetapi juga memuat arah perjuangan, pandangan filosofis, serta pesan kebangsaan yang relevan bagi kehidupan umat.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya karya ini mendapat perhatian serius. Kami menghimbau agar ‘Permata Hati’ dapat dicetak ulang dengan tampilan yang lebih rapi, terawat, dan bernuansa modern, sehingga layak menjadi bacaan lintas generasi. Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak lekang oleh waktu, melainkan terus hidup di tengah masyarakat.

Upaya ini tidak hanya bermanfaat bagi umat secara luas, tetapi juga akan menjadi referensi berharga bagi para akademisi, peneliti, dan kalangan intelektual yang konsen mengkaji problematika keumatan, khususnya dalam konteks Banten. Terlebih lagi, karya ini memperkuat posisi Persatuan Islam sebagai salah satu kekuatan moral dan intelektual yang terus berkomitmen pada dakwah, persatuan, dan pembangunan bangsa.

Semoga langkah ini menjadi amal jariyah bersama, sekaligus bukti kesungguhan Persis Banten dalam merawat warisan pemikiran para pendirinya untuk generasi yang akan datang. (LLJ).

*Oleh: IKMAL ANSHARY (Kader HIMA PERSIS Banten, Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN SMH Banten).

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here