Serang,fesbukbantennews.com (3/9/2025) – Gubernur Banten Andra Soni menegaskan komitmen pemerintah provinsi dalam mempercepat penanggulangan Tuberkulosis (TBC) dan meningkatkan layanan kesehatan. Dalam pertemuan bersama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Banten, serta Dinas Kesehatan Provinsi, Rabu (3/9/2025), ia menyoroti ketimpangan distribusi tenaga medis yang dinilai menjadi pekerjaan rumah besar.
Banten saat ini memiliki sekitar 13 ribu dokter umum dan spesialis. Namun, lebih dari 10 ribu dokter terkonsentrasi di wilayah Tangerang Raya, sementara daerah barat dan selatan (serang, cilegon, pandeglang dan lebak) masih mengalami kekurangan tenaga medis.
“Jumlah dokter kita cukup besar, sekitar 13 ribu orang. Tapi distribusinya belum merata,” ujar Gubernur Andra Soni.
“Sekitar 10 ribu dokter lebih banyak terkonsentrasi di Tangerang Raya. Sementara daerah lain masih kekurangan. Ini jelas harus ada solusi bersama.”
Untuk mengatasi hal ini, Pemprov Banten berencana memberikan insentif khusus bagi dokter yang bersedia bertugas di wilayah dengan keterbatasan tenaga kesehatan.
“Kita juga akan membuka peluang beasiswa bagi tenaga kesehatan untuk melanjutkan pendidikan. Dengan begitu, jumlah dokter spesialis dan subspesialis di Banten bisa meningkat,” tambah Andra.
Dalam jangka pendek, Pemprov akan mengembangkan tenaga khusus untuk memenuhi kebutuhan sembilan jenis tenaga kesehatan di puskesmas, terutama di wilayah barat dan selatan. Opsi outsourcing tenaga dokter juga tengah dijajaki.
Sementara itu, untuk jangka panjang, program beasiswa tenaga kesehatan akan diperluas. Andra juga mendorong universitas dengan fakultas kedokteran di Banten seperti Untirta, UPH, UHMK, UIN, dan UMJ untuk aktif berkontribusi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan Selain distribusi dokter, pertemuan ini juga membahas percepatan eliminasi TBC. Banten ditargetkan menemukan 50 ribu penderita TBC melalui skrining aktif. Hingga kini capaian penemuan kasus mencapai 78 persen, dan ditargetkan 100 persen pada akhir 2025.
“Target pemerintah pusat adalah 50 ribu penderita. Saat ini capaian kita 78 persen. Insya Allah, Desember nanti bisa mencapai 100 persen,” kata Ati
Beberapa kendala dalam eliminasi TBC antara lain keterbatasan tenaga kesehatan, pencatatan data yang belum real time, serta pemanfaatan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) yang belum optimal.
Untuk itu, Pemprov Banten menyiapkan langkah-langkah strategis, seperti Memanfaatkan mahasiswa kedokteran untuk membantu skrining dan penginputan data, memperkuat monitoring serta evaluasi fasilitas kesehatan dan memperluas layanan TCM Truenat di 13 faskes melalui KSO.
“penguatan layanan kesehatan akan terus menjadi prioritas,” tegas Ati
“Pertemuan ini adalah awal untuk menyatukan langkah seluruh kepala dinas kesehatan dan IDI Wilayah Banten. Masukan ini menjadi dasar bagi Pemprov Banten dalam menentukan kebijakan strategis kesehatan ke depan,” tambahnya.
Selain eliminasi TBC, Pemprov Banten juga mendukung program kesehatan nasional, seperti pemeriksaan kesehatan gratis, penanganan stunting, serta peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak.
“Sinergi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota menjadi kunci dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Banten,” tutup Ati.(fun/LLJ).