Badak Banten Desak Wagub Realisasikan Omongannya Soal Seragam Sekolah

0
22
Siprandani,Ketua Badak Banten.

Serang,fesbukbantennews.com (27/8/2025) – Ketua DPW Badak Banten Siprandani meminta Wakil Gubernur Dimyati Natakusumah bukan hanya bisa ngomong saja, tapi juga merealisasikan omongannya. Karena masih banyak sekolah yang melakukan jual-beli seragam.Siprandani,Ketua Badak Banten.

“Paska penerimaan murid baru, ramai di media online dan media sosial, Wakil Gubernur Dimyati akan menindak sekolah yang melakulan jual-beli seragam. Kenyataannya, hingga sekarang jual-beli seragam marak hingga diberitakan berbagai media. Kok kesannya Wagub cuma omon-omon doang,” kata Ketua DPW Badak Banten Siprandani.

Misalnya soal pengadaan seragam sekolah di SMKN Kragilan yang jadi viral diberitakan berbagai media online. Dalam berita itu, Ketua Komite SMKN Kragilan sudah mengaku ada rapat Komite/orang tua/wali murid yang diadakan pihak sekolah. Ada pembahasan soal harga jual dan pembebanan kepada siswa sebesar Rp2 juta. Dan ada pengakuan pihak suplayer seragam ditentukan SMKN Kragilan.

“Ini jelas mengindikasikan SMKN Kragilan terlibat nyata dalam jual-beli seragam. Seharusnya segera ditindak. Tapi tidak. Bahkan kemudian tertutup oleh dugaan pelecehan pada siswa. Kepala Sekolahnya dinon-aktifkan,” ujar Siprandani.

Padahal, adanya dugaan pelecehan siswa tidak harus membuat dugaan pungli seragam sekolah terhenti. Karena pelaku pengadaan seragam tidak mungkin tunggal. Tidak mungkin hanya dilakukan Kepala Sekolah.

“Enggak mungkin Kepala Sekolah sendirian. Jumlahnya cukup banyak untuk dibagikan sendiri, ditagih sendiri. Pasti ada bagi-bagi tugas. Petugas yang bagiin seragam, petugas yang nyatet, petugas yang nagihin. Yang nagihin biasanya wali kelas. Biasanya loh. Atau paling tidak wali kelas yang ngingetin ke siswa,” papar Siprandani.

Selain SMKN Kragilan, SMAN 4 Pandeglang dan SMAN 4 Cilegon juga ramai diberitakan media online. SMAN 4 Cilegon dianggap selesai setelah ada pernyataan bahwa yang mengadakan seragam itu Koperasi Sekolah dan tidak ada paksaan membeli.

“Cukup dengan pernyataan dari Koperasi Sekolah, lalu masalah selesai. Diikuti link beritanya pada menghilang. Lucu memang. Seolah-olah masyarakat Banten itu gobloknya minta ampun. Bisa dibohongi begitu saja. Mereka yang punya anak sekolah itu hapal bagaimana sekolah mengakali peraturan soal seragam, buku pelajaran dan lainnya,” ungkap Siprandani.

Umumnya, guru-guru dijadikan alat penyebar informasi bahwa seragam sekolah bisa dibeli di toko tertentu. Di toko itu, nama siswa dicatat. Jadi terlihat siswa yang beli dari toko yang sudah ditentukan atau bukan.

Metode lainnya, menggunakan orang tua/wali murid yang dekat dengan pengelola sekolah. Orang tua/wali ini yang menyebarkan informasi toko mana yang jual seragam sekolah. Baik dari mulut ke mulut, baik lewat grup-grup whatsapp. Bahkan orangtua/wali murid itu yang menagih.

Metode yang lagi tren menggunakan Koperasi Sekolah. Karena Koperasi Sekolah memang badan hukum usaha. Jadi sah saja ketika Koperasi Sekolah ikut menyediakan seragam sekolah.

“Koperasi Sekolah itu bukan sekolah mau pun Komite Sekolah. Namanya saja jelas badan usaha, masa tidak boleh usaha. Yang penting tidak ada paksaan kepada siswa. Tapi, bukan berarti Pemprov harus percaya begitu saja. Akal-akalan manusia lebih cerdik dari aturan,” kata Siprandani.

Siprandani memberikan petunjuk, cek kemampuan modal Koperasi Sekolah. Apakah kemampuan modalnya memang mencukupi untuk mengadakan seragam sekolah? Jika tidak, ada apa?

“Modal belanja seragam sekolah untuk 500 murid itu sekitar Rp200-Rp300 juta. Anggap Koperasi memberikan uang muka 50%, Rp100-Rp150 juta ke suplayer seragam. Jika Koperasi tidak punya modal sebesar itu, berarti ada jaminan seragam itu laku habis. Nah ini kata jaminan bisa diartikan ada pembebanan kepada murid,” ungkap Siprandani.

Selain itu, Suprandani juga meminta agar Inspektorat memeriksa Koperasi Sekolah diakhir tahun atau di Rapat Anggota Tahunan (RAT). Di situ bisa dilihat hasil penjualan seragam sekolah dilarikan ke saku siapa. (G)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here