Uten Kenalkan Budaya Baduy Lewat Novel Si Ja’un

0
180

Serang, fesbukbantennews.com (24/3/2019) – Jika di Jawa Barat ada tokoh Si Kabayan, di Banten ada Si Ja’Un. Tokoh dalam karya novel berjudul Seri Petualangan Si Ja’Un dari Baduy, yang ditulis Uten Suhendi.

Bedah Novel Si Ja’un di ruang baca Perpusda, Dinas Perpustkaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten, Kamis (21/4).(suka).

Novel setebal 164 halaman ditulis Uten untuk menggambarkan karakteristik masyatakat Baduy. Komunitas masyarakat adat yang tinggal di Desa Kanekes, Kecataman Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Uten mengaku menulis tokoh Si Ja’un ingin mengkampanyekan karakteristik masyarakat Baduy yang hidup penuh kejujuran dan sederhana. “Dari sisi identitas, Si Ja’un dibuat untuk menampilkan tokoh baru yang berhadapan dengan modernisasi. Jika di Jawa Barat ada Si Kabayan, di Banten ada si Ja’un,” katanya saat membedah novel tersebut di ruang baca Perpusda, Dinas Perpustkaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten, Kamis (21/4).

Mantan Wartawan ini menilai, kehidupan masyarakat Baduy banyak menyimpan nilai luhur yang patut dicontoh. Kearifan lokal yang ada di dalamnya dapat menjadi kekuatan Banten dalam menghadapi perkembangan zaman. “Sekaipun berhadapan dengan dinamika modernisasi tetap terjaga,” kata Uten.

Kearifan hidup yang jujur, sederhana, apa adanya, diwakili oleh tokoh Si Ja’un. Dia tidak hanya tergerus kemajuan zaman, juga dapat menginspirasi orang-orang yang di sekitarnya.

Uten menyampaikan kritik terhadap masyarakat yang mengaku modern, namun banyak tidak mengindahkan nilai-nilai keluhuran sebagai anak bangsa. “Saya ingin menyampaikan kritik sosial. Dan buku ini sebagai satire terhadap kehidupan modern dari berbagai aspek. Karena dengan idetitas modern itu, kita seperti terjebak sehingga tidak mampu menemukan jati diri sebagai bangsa,” ujar Uten.

Uten juga mengingatkan kepada generasi muda mengenal dan menjaga budaya bangsanya. Jangan sampai generasi muda kehilangan identitas dirinya dan terbawa arus modernisasi.

Kata dia, orientasi bangsa diwakili nilai-nilai dalam Pancasila. Namun, banyak generasi muda yang tidak memahami rumusan nilai tersebut. “Janganlan nilainya, lima sila saja banyak yang tidak hafal,” ujarnya Uten.

Di sisi Kebantenan, lanjut Uten, lebih memprihatinkan. Banten yang kaya budaya dan pernah menjadi kekuatan besar, banyak ditinggalkan generasi mudanya. “Kita ingin ingatkan itu, sehingga budaya kita tidak hanya tinggal di kampung-kampung dan pedalaman, tapi masuk ke dalam ruang-ruang kehidupan,” cetusnya.

Kasi Minat Baca DPK Banten Evi Saefudin mengatakan, kegiatan bedah buku rutin dilaksanakan untuk memantik minat baca masyatakat Banten. “Ini sifatnya pemicu minat baca,” katanya.

Target besarnya, ucap Evi, minatnya masyarakat membaca buku akan memacu peningkatan sumberdaya manusia Banten. Mereka bisa tumbuh sebagai generasi muda yang kreatif. (Suken/ LLJ)