SD Bantarpanjang Cikeusal Tiga Tahun Hampir Roboh Belum Direnovasi, Ini Penyebabnya

0
163

Serang,fesbukbantennews.com (27/10/207) – Ramainya berita di medsos tentang hampir robohnya SD Bantarpanjang di Kecamatan Cikeusal, kabupaten Serang,Banten,membuat beragam komentar.

Konidisi SD Bantarpanjang Cikeusal Kabupaten Serang.(foto:Dulur FBn)

SD Bantarpanjang ,yang hampir roboh pernah direnovasi pada 2012 menggunakan dana Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun, tidak lama setelah itu, sekolah kemudian rusak kembali.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Serang Asep Nugraha menyikapi hal itu mengatakan,pada tahun 2012 lalu,SD tersebut pernah direhab.

“Setelah itu, hanya 2 atau 3 tahun sekolah sudah rusak, sudah pecah-pecah, retak, dan belah,” kata Asep,be berapa waktu lalu.

Lantas, kata Asep, pada 2016, dilakukan perencanaan untuk merehabilitasi SD Bantarpanjang. Namun pihak kontraktor tidak ada yang berminat dan kemudian gagal lelang.

Karena gagal lelang, pada 2017 Dinas Pendidikan mengusulkan untuk rehabilitasi ke Dinas Perumahan dan Permukiman. Usulan tersebut dilakukan karena kewenangan rehabilitasi ada di dinas tersebut.

Selain SD Bantarpanjang, Dinas Pendidikan mengusulkan SD Rancadadap, yang kondisinya memprihatinkan, untuk dibangun.

Asep melanjutkan, setelah Dinas Perumahan dan Permukiman melihat kondisi SD Bantarpanjang, ternyata tanah di lokasi sekolah berdiri labil dan terus bergerak. Dinas Perumahan, menurutnya, membuat prakiraan bahwa sekolah tidak bisa direnovasi. Selain itu, dibuat kajian mengenai tanah dan rencana relokasi sekolah.

“Jadi usulan yang kita sudah ajukan dan anggaran yang sudah ada dalam kantong anggaran di Perumahan dan Permukiman tidak bisa dilaksanakan,” ujarnya.

Asep juga mengaku sudah mengecek ke bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) mengenai kenapa terjadi gagal lelang untuk pembangunan rehabilitasi SD Bantarpanjang. Ternyata, dari penjelasan pihak ULP, Dinas Perumahan pun tidak mengajukan untuk dilakukan lelang.

“Dinas Perumahan tidak mengajukan dengan pertimbangan, kalau dilelang harus, dilaksanakan di tanah yang itu, sedangkan proyek tidak bisa dikerjakan. Artinya, Dinas Perumahan harus melakukan kajian tentang tanah, lalu misalnya nanti ada pengadaan tanah baru, baru proses relokasi,” katanya.

Sebelumnya dikatakan kepala sekolah SD Bantarpanjang Cicih Sri Asih, ada 65 siswa yang mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Siswa kelas I dan II menggunakan kelas secara bergantian. Kelas III dan kelas IV menggunakan lokal yang sama tanpa menggunakan sekat.

Kondisi kelas yang paling rusak terdapat di kelas VI. Ruangan ini, menurut Cicih, masih digunakan untuk sekolah siswa.

“Harapannya ke depan, pemerintah membangun kembali agar masyarakat belajar dengan tenang,” katanya kepada wartawan. (Dtk/LLJ).