Ratusan Miliar Dana Terus Mengalir, Patia Pandeglang Terus Banjir, Kok Bisa Ya?

0
1072
Banjir di Kawasan Patia Pandeglamg 2024.

Serang,fesbukbantennews.com (4/12/2024)- Banjir tahunan yang kerap melanda wilayah Kabupaten Pandeglang,kembali terjadi. Berdasarkan keterangan BPBD, sebanyak 315 kepala keluarga (KK) terdampak banjir besar yang melanda Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Selasa (3/12/2024). BPBD juga mencatat banjir yang dipicu hujan deras dengan intensitas tinggi itu juga meluas hingga 16 kecamatan di Pandeglang.Banjir di Kawasan Patia Pandeglamg 2024.

“Sementara data yang masuk untuk yang terdampak 315 KK. Ada sekitar 900 jiwa,” kata Kepala BPBD-PK Pandeglang, Riza Ahmad Kurniawan, kepada wartawan, Selasa (3/12/2024).

Hingga saat ini, banjir masih melanda beberapa kecamatan di Pandeglang, seperti di Kecamatan Sindangresmi tepatnya di Desa Pasirlancar, Pasirloa, Pasirdurung, Bojongmanik. Kemudian di Kecamatan Cikeusik banjir terjadi di Desa Curugciung, Cikeusik, Nanggala, Tanjungan, Rancasenang, Cikadongdong, Sumurbatu, Umbulan, dan Desa Sukasenang.

Sedangkan di Kecamatan Sukaresmi, banjir terjadi di Desa Kubangkampil. Di Kecamatan Cigeulis, banjir melanda Desa Sinarjaya. Di Kecamatan Sobang, banjir melanda Desa Bojen dan Desa Pangkalan. Di Kecamatan Saketi, banjir melanda Desa Sukalangu, di Kecamatan Patia, banjir melanda Desa Surianeun, Idaman, dan Desa Cimoyan.

Banjir juga melanda Kecamatan Munjul tepatnya di Desa Sukasaba, di Kecamatan Panimbang banjir melanda Desa Mekarsari, di Kecamatan Picung banjir melanda Desa Ganggaeng, di Kecamatan Pagelaran banjir terjadi di Desa Sukadame. Sedangkan di Kecamatan Menes, banjir terjadi di Desa Muruy..

Menurut warga, banjir semacam ini sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu, sampai ada cerita turun-temurun bahwa banjir menandai musim buaya kawin.

Karena terjadi setiap tahun, warga pun berupaya mengakrabi banjir. Caranya dengan membangun fondasi setinggi lebih dari satu meter atau dengan membuat rumah panggung. Warga juga sudah menyiapkan kolong atap rumah sebagai tempat menyelamatkan diri.

Secara geografis, Kecamatan Pagelaran, Patia, dan Panimbang berada pada ketinggian kurang dari 100 meter dari permukaan laut. Daerah ini dilintasi dua sungai besar, yakni Ciliman dan Cilemer, yang bermuara di pantai Teluk Lada.

Sungai Ciliman mengalir dari beberapa anak sungai di daerah pegunungan selatan Kabupaten Lebak. Adapun Sungai Cilemer merupakan tempat pertemuan sekitar enam anak sungai, antara lain Cimoyan, Cikaduen, Cibama, dan Cisuraneun.

Sungai meluap karena tak mampu menampung air hujan dan air kiriman dari daerah pegunungan. Kondisi itu diperparah dengan maraknya penggundulan hutan di sekitar Gunung Aseupan dan Gunung Karang di Pandeglang. Akibatnya, muara sungai menjadi semakin dangkal karena air sungai mengalir bersama lumpur dan longsoran tanah daerah pegunungan.

Banjir juga akan terjadi saat hujan lebat turun bersamaan dengan pasang air laut. Air sungai tidak bisa dialirkan ke laut dan akan berbalik kembali sehingga sungai pun meluap.

Kecamatan Patia merupakan daerah paling menderita sepanjang musim. Pada musim kemarau, daerah ini selalu kekeringan. Pada musim hujan, daerah ini selalu banjir. Tidak mengherankan jika petani selalu gagal tanam ataupun gagal panen.

Dikutip dari kompas terbitan 7 Januari 2008, sebenarnya, pemecahan masalah kekeringan, sekaligus banjir di selatan Pandeglang sudah marak dibicarakan sejak tahun 1970-an. Bahkan pada tahun 1976, pemerintah mulai membangun proyek irigasi Teluk Lada dengan bantuan pinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB).

Proyek yang bertujuan mengairi areal persawahan, sekaligus menanggulangi banjir ini dibangun dalam tiga tahap. Tahap I pembangunan bendungan Ciliman kiri, Cilemer kiri, saluran induk sepanjang 49 kilometer (km), saluran sekunder 13 km, jaringan irigasi tersier, serta tanggul banjir sepanjang 18 km. Proyek ini menghabiskan biaya Rp 21,2 miliar; Rp 14,2 miliar dari APBN dan sisanya Rp 7 miliar dari ADB (Kompas, 25/7/1997).

Tahap II menggunakan biaya dari APBN Rp 16,88 miliar dan ADB Rp 43,1 miliar untuk membangun enam bendung di daerah Cibaliung, Cibinuangeun, hingga Cilangkahan di Kabupaten Lebak. Dana itu juga digunakan untuk membangun 91 km saluran induk, 86 km saluran sekunder, jaringan irigasi, serta tanggul banjir 40 km.

Tahap III direncanakan membangun Bendung Ciseukeut, Cibama, Cimoyan, Cisata, dan Cikadueun. Selain itu, pada tahap ini juga direncanakan pembangunan tanggul banjir Sungai Ciliman dan Cilemer. Namun, hingga tahun 1997 proyek ini tak kunjung dikerjakan karena terbentur krisis ekonomi.

Dengan demikian, upaya penanggulangan kekeringan, sekaligus banjir, yang dilakukan pemerintah belum optimal. Buktinya hingga saat ini wilayah Pagelaran-Patia selalu kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan.

Tahun 2001 terjadi banjir besar. Genangan setinggi 1 meter-3 meter merendam empat kecamatan, yakni Pagelaran (saat ini dimekarkan menjadi Kecamatan Pagelaran dan Patia), Picung, Saketi, dan Menes. Sekitar 1.700 rumah rusak berat dan 4.000 lainnya rusak ringan. Banjir juga merusak 38 sekolah dasar, tujuh balai desa, delapan jembatan, serta jalan sepanjang 15 km.

Satu tahun kemudian, pemerintah pusat kembali mengalokasikan anggaran untuk proyek pengendalian banjir dan pengamanan pantai Ciujung-Ciliman. Dalam situs Departemen Pekerjaan Umum (DPU) disebutkan, tahun 2004 pemerintah pusat mengalokasikan dana Rp 6,7 miliar untuk proyek itu.

Dana tersebut digunakan untuk penguatan tebing Sungai Ciliman dan Cipunten Agung serta sodetan di Sungai Cipunten Agung.

Pada tahun 2005, pusat mengalokasikan dana Rp 3,27 miliar dan tahun 2006 sebesar Rp 22,2 miliar. Pada 2007, pusat mengalokasikan dana sekitar Rp 1 miliar untuk rehabilitasi saluran induk Ciliman, rehabilitasi saluran sekunder Kamurang Rp 1 miliar, dan rehabilitasi saluran sekunder Ranca Hideung Rp 21 miliar.

Tahun 2008, Pemprov Banten juga mulai mengupayakan penanggulangan banjir di selatan. Dinas PU sudah mengusulkan dana pembuatan Detail Engineering Design penanggulangan banjir sebesar Rp 500 juta.

Sebenarnya pemerintah sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi banjir di selatan Banten. Buktinya sejak 1976, pemerintah sudah mengalokasikan dana untuk pembangunan tanggul banjir sejak tahun 1976 hingga 2008 dialirkan lebih kurang Rp135,35 Miliar.

Namun, kenapa dana proyek terus mengalir, sebagian wilayah di Provinsi Banten kok tetap saja kebanjiran? .