Berbulan-bulan Payudaranya Membusuk, Ibu Empat Anak Warga Cadasari Butuh Bantuan

0
199

Pandeglang,fesbukbantennews.com (16/8/2017) – ‎Warni (32), seorang ibu dengan 4 anak warga desa Kaduengang, Cadasari, Pandeglang, hanya bisa berbaring menahan sakit dengan tangis.Sudah berbulan-bulan payudaranya membusuk dan mengering lantaran mengidap kanker payudara.

Warni hanya mampu terbaring menahan sakit akibat kanker payudara.

Warni mengaku sulit tidur ‎dan memejamkan mata akibat menahan sakit. Berbagai obat‎ mulai dari tradisional sampai modern sudah pernah ia minum. Juga berbagai pengobatan alternatif dari kiai sampai jampi-jampi pernah Warni coba.

Ia bercerita, awalnya ‎beberapa tahun lalu ada benjolan di salah satu bagian payudara dan terasa sakit. Karena menduga hanya penyakit biasa, ia mengobatinya hanya dengan suntikan. Tidak berapa lama, sakit hilang apalagi sejak ia mulai hamil anak ke empat. Namun begitu melahirkan, kondisinya semakin parah.
‎”Semenjak punya anak umuran berapa bulan mengkerut-mengkerut terus membusuk payudaranya. S‎atunya juga ikut busuk,” kata Warni kepada wartawan saat ditemui di kediamannya, Cadasari, Pandeglang, Rabu (16/8/2017).
Waktu itu, Warni mengaku belum memiliki kartu BPJS Kesehatan. Ia baru mengurusnya setengah bulan lalu untuk keperluan pemeriksaan di rumah sakit. Namun, itu pun sudah terlambat, kedua payudaranya semakin mengkerut dan membusuk.

‎Sebulan lalu juga menurut Warni dirinya pernah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Pandeglang. ‎Dua hari satu malam dirinya hanya ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ia pun tidak bisa dirawat karena kamar penuh kemudian dibawa ke instalasi bedah.

‎Setelah diperiksa oleh poli bedah, dokter kemudian menyarankan agar dirinya dirawat. Keluarga akhirnya mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu atau SKTM agar Warni bisa dirapat di rumah sakit.

Dari situ menurut Warni dirinya divonis mengidap tumor. Sample diambil di bagian payudaranya namun ia diminta dirujuk ke RS Cipto di Jakarta. Ia pun mengaku bimbang, biaya pengobatan mengaku sudah tidak ada. Warung yang sehari-hari untuk membiayai pengobatan pun sudah bangkrut. Rujukan ke rumah sakit di Jakarta menurutnya memberatkan keluarga.

Selain itu, sampai sekarang Warni juga mengaku bimbang. Ada sebagian orang yang memvonis dirinya terkena kanker, dan ada vonis dokter yang mengatakan ia terserang tumor.
“‎Kata bapaknya gimana kalau di bawa ke RS Jakarta. Operasional kita gimana. Di sananya gimana. Nanya orang harus makan dan minum. Di sana kan pada mahal,” ujarnya sambil menangis sedih.

Saat ini, sakit yang dirasa menurut Warni sudah semakin parah. Apalagi, di tangan bagian kirinya membengkak dan sakit terus-menerus. Ia bersama suaminya yang kerja serabutan mengiba bantuan pemerintah. Ia ingin segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

“Obat-obatan udah berobat apapun. Pokoknya obat apa yang disuruh orang sudah saya minum. Diobatin sama kiai juga masih,” ujarnya. (LLJ).