Dosen FKIP Untirta Diduga Cabuli Mahasiswi Saat Bimbingan Skripsi

0
8343

Serang,fesbukbantennews.com (21/10/2015) – Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang berinisial TIP, menjadi korban dugaan pencabulan oleh dosennya saat melakukan bimbingan skripsi.

Ilustrasi (net)
Ilustrasi (net)

Kasus ini sendiri terungkap setelah beredar selebaran pengaduan TIP kepada Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan (LBH APIK) Banten dengan nomor: SK/10/LBH APIK Banten/2015.

Dalam laporannya TIP mengalami pencabulan oleh salah satu dosen pembimbing berinisial AH. Kejadian pencabulan ini sendiri terjadi pada saat TIP berstatus mahasiswa di Kampus Untirta yang sedang menyelesaikan tugas skripsi.

Saat peristiwa pencabulan terjadi, korban tengah menyusun skripsi dengan dosen pembimbing I, AH. Peritiwa itu, masih diingat korban. Ketika pada Senin tanggal 21 April 2014 lalu dirinya mendatangi AH untuk melakukam bimbingan skripsi.

Mahasiswa yang akan melakukan bimbingan skripsi diminta menemui AH di salah satu ruang gedung pasca-sarjana Untirta. TIP bersama rekan-rekan mahasiswa lain yang menjalani bimbingan dengan AH pun tiba di ruang yang dimaksud sekira pukul 13.00 WIB.

Awalnya biasa saja, kami saling bertukar pikiran satu sama lain. Setelah bimbingan masal tersbut, AH kemudian meminta TIP untuk secara intens di lantai dua pasca-sarjana.

Mendapat ajakan itu, TIP mengaku tidak merasa curiga karena berpikir masih banyak rekan mahasiswa yang melakukan bimbingan dengan AH. Saat TIP mengikuti AH memasuki ruang bimbingan, mahasiswa lain diminta AH untuk keluar ruangan.

Saat itulah TIP berdua bersama AH. Tak lama, ada salah satu mahasiswa S-2 yang juga akan bimbingan dengan AH, namun ditolak karena AH sedang melakukan bimbingan dengan korban.

15 menit bimbingan pun berjalan biasa. Hingga pukul 15.00 WIB, AH hanya mengajak ngobrol biasa di luar tugas akhir. Pertanyaan AH pun kemudian menukik pada hal-hal yang sangat pribadi kepada korban. Hal yang membuat korban terkejut ketika AH menanyakan dengan nada menuduh korban telah melakukan hubungan badan dengan mantan pacarnya.

Kepada korban, AH mengaku bisa membedakan antara tubuh perempuan yang masih gadis dan bukan. Mendengar pertanyaan itu, TIP pun kesal dan hanya mampu menangis.

Korban pun membantah tuduhan tersebut. mendengar itu, AH malah berulangkali melayangkan pertanyaan yang bernada tuduhan tersebut berulang kali kepada korban.

Saat itu posisi duduk AH dengan korban duduk bersebelahan. Saat itu dengan tiba-tiba AH memegang bagian dada. Tidak cukup dengan itu, AH kemudian mencium pipi korban. Tangisan TIP pun kian mengeras.

Sambil melakukan itu, AH terus melayangkan tuduhan kepada korban. Korban yang tidak tahan kemudian langung berontak dan pamit kepada AH. Saat akan mencium tangan AH, pria itu kembali merangsek hendak mencabuli

Korban pun langsung berlari menuju pintu. Saat membuka pintu, mahasiswa lain yang akan bimbingan yang sudah menunggu di luar pun kaget. Salah satu sahabat korban kemudian menanyakan apa yang telah terjadi kepada korban.

Korban yang saat itu malu dan takut tak menggubris pertanyaan tersebut dan baru menceritakan semua kejadian yang dialaminya setelah tiba dikamar kos.

Setelah kejadian tersebut, korban enggan melakukan bimbingan kepada AH. Karena terdesak untuk menyelesaikan skripsi, TIP pun menceritakan semua kejadian tersebut kepada orang tuanya.

Kejadian ini sendiri telah dilaporkan TIP kepada Ketua Jurusan tempat korban menempuh studi. Mendengar laporan itu, Ketua Jurusan pun berjanji akan menindaklanjuti laporan tersebut meski Ketua Jurusan pun ragu karena tidak ada bukti.

Sejak saat itu, TIP pun hanya melakukan bimbingan skripsi dengan pembimbing II. Korban hanya mau menemui AH dengan ditemani dua orang temannya yakni W dan P.

Pada saat bimbingan tersebut, AH merasa terusik dan naik pitam hingga mengusir dua rekan korban W dan P. Sejak itu, korban tidak melanjutkan bimbingan kepada AH.

Setelah berselang beberapa bulan, akhirnya AH meminta korban untuk kembali bimbingan skripsi kepadanya. AH pun sejak saat itu meminta maaf kepada korban. Ia beralasan hal tersebut ia lakukan agar korban tidak terjerumus pergaulan bebas.

Rektor Untirta Prof Soleh Hidayat ketika dikonfirmasi wartawan, Rabu (21/10/2015) mengaku belum menerima surat somasi dari LBH APIK. Meski demikian ia mengaku mendengar beredarnya kabar tersebut di lingkungan kampus.

“Saya belum terima suratnya. karena surat masuk banyak. Coba nanti saya cek ke bagian surat,” katanya.

Lebih lanjut, Soleh menduga isu yang beredar bermuatan politis. Isu ini dianggap sebagai upaya mengganjal langkah AH dalam pemilihan dekan di Untirta.

“Itu kan politis. Biasalah seperti mau Pilkada segala yang buruk dimunculkan,” pungkasnya.(LLJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here