Merawat Peradaban Banten

0
269

Serang, fesbukbantennews.com (2/2/2018) – Minggu ini kami memandu member HDCi, sebuah Komunitas Pecinta Motor, menjelajah Kawasan Banten Zaman Kesultanan. Titik point nya adalah pertigaan jalan Tasikardi dengan jalan lama Kesultanan Banten yang melewati Situs Pengindelan Emas menuju Istana Surosowan.

Salah satu saluran irigasi peninggalan Kesultanan Banten .

Sambil menunggu rombongan datang, kami menanam bambu di pinggir jalan yang berbatasan dengan sawah milik keluarga H. Gozali Aziz. Selesai menanam, anak-anak dan tim mengumpulkan keong mas yang ada di punggiran galengan sawah. Lalu kami berteduh di bawah pohon bungur yang berusia puluhan tahun atau lebih dan di bawahnya mengalir saluran irigasi dari Tasikardi ke pesawahan yang ada di sekitarnya.

Saluran irigasi tersebut memotong jalan lama masa Kesultanan Banten. Ingin sekali menanam bambu di pinggiran jalan lama ini. Tapi kata K’oji, jalan lama ini akan direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi Banten. Saat ini baru pematangan lahan yang akan digunakan sebagai terminal.

Rencana revitalisasi tersebut sangat baik dan perlu didukung, hanya saja perlu melibatkan semua pihak yang berkompeten dan professional. Jangan lagi ada kejadian seperti pembangunan terminal yang sampai saat ini tetap berlangsung tanpa memperdulikan kaidah cagar budaya. Apalagi di jalan lama tersebut banyak sekali artefak dan situs yang keadaannya sangat tidak terawat. Kasat mata saja terlihat bangunan pengindelan emas tempat pengolahan air dan di saluran irigasinya ada dinding seperti bekas jembatan.

Revitalisasi jalan lama masa Kesultanan Banten ini merupakan cara merawat Peradaban Banten yang baik dan benar. Selain artefak dan situs berupa bangunan, ada juga artefak dan situs bukan bangunan seperti pohon dan tanaman. Harus diidentifikasi dan diinventarisir keberadaan pohon dan tanamannya. Jangan sampai ditebang. Oleh karena itu, jalan lama tersebut sebaiknya tetap dengan lebar sesuai eksisting. Buat jalan baru di samping jalan lama, lebih bagus lagi kalau dibuat jalan layang. Jadi jalan lama nya bisa diakses oleh pejalan kaki, pesepeda, pedati dan orang yang berkebutuhan khusus secara aman dan nyaman. Pembangunan yang kekinian tetap jalan, tapi artefak dan situs tetap terjaga. Itulah makna hakiki dari Merawat Peradaban.(LLJ).

Kiriman dulur FBn: Das Albantany