Akselerasi Smart City di Kota Serang (Oleh Hendry Gunawan*)

0
461

Serang,fesbukbantennews.com (1/5/2017) – Ada pemandangan baru yang menarik apabila kita mengunjungi alun-alun Timur Kota Serang, salah satu sudut alun-alun taman yang didalamnya dipenuhi oleh para anak muda sambil membawa laptop.

Hendry Gunawan.(ist)

“Taman Digital” namanya, terhampar di salah satu sudut alun-alun yang berbagai sisi lainnya sudah dipenuhi oleh pepohonan. Fasilitas yang diresmikan oleh Walikota ini hasil kerjasama antara Pemkot Serang dengan PT. Telkom WiTel Banten menjadi salah satu batu lompatan menuju Serang Smart City yang sedang digaungkan oleh pemerintah Kota, dan tentu saja patut dicoba oleh berbagai lapisan masyarakat.
Ya, Kota Serang sedang berbenah, menuju Serang Madani Smart City. Taman Digital yang baru saja diresmikan pertengahan Maret lalu, terlihat menjadi langkah serius Pemkot dalam mendorong percepatan program Smart City. Program ini sudah dimulai dari akhir 2016 dengan beberapa kegiatan kedinasan dengan mengenalkan konsep Smart city kepada para aparatur daerah. Konsep smart City atau bisa kita sebut sebagai Kota Cerdas yang dikembangkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam memanfaatkan data, aplikasi, memberikan masukan maupun kritikan secara mudah.

Berkaca pada beberapa kota-kota lain di Indonesia yang sudah lebih dahulu memulai, Kota Serang sendiri masih memiliki beberapa tantangan dalam masalah infrastruktur, seperti akses jalan yang belum maksimal, belum meratanya sebaran perangkat teknologi, dan belum matang dalam penanganan beberapa masalah klasik kota, seperti banjir, kemacetan, ledakan penduduk, dan air bersih. Penyelesaian masalah klasik ini bisa menjadi langkah awal untuk diselesaikan sehingga dapat dilanjutkan dengan tahapan pembangunan yang jelas, kemudian diterjemahkan sebagai konsep pembangunan, maka tahapan pembangunan tata kota berlangsung secara berkelanjutan. Kemapanan ini perlu dilanjutkan dalam sebuah sistem agar tidak berhenti pada periode tertentu saja, maka lahirlah konsep smart city/kota cerdas yang menjadi konsep besar dari Sustainable city.
Ada beberapa peluang dan tantangan yang akan dihadapi Kota Serang dalam menerapkan konsep Smart City. Peluang utama yang dimiliki Kota serang yaitu proses integrasi sistem antar wilayah yang jauh lebih mudah karena cakupan luas wilayah 267 km² dan terbagi menjadi enam kecamatan dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yang memiliki luas wilayah dan jumlah tata kelola wilayahnya lebih besar, semisal Pandeglang dengan luas wilayah 2.747 km² atau Lebak dengan luas wilayah 3.427 km².

Penerapan tata kelola e-government
Membangun kota cerdas tentu membutuhkan prasarana penunjang seperti perangkat teknologi dan sistem informasi teknologi. Dari sisi infrastruktur hardware, dapat dimulai dengan penyebaran perangkat-perangkat yang mendukung penerapan konsep kota cerdas, salah satunya dengan membangun command center, yaitu pusat data informasi yang dikelola langsung oleh Kominfo yang dapat mengintegrasikan kebutuhan masyarakat akan informasi.

Kebutuhan perangkat lainnya untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat dapat berupa sebaran sensor di berbagai sudut kota, sensor tersebut mengumpulkan data yang berhubungan dengan kehidupan kota. Lewat sensor ini, data dikirim, disatukan, dan dianalisis oleh command center untuk mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi kota, misalnya pencegahan kejahatan, penanganan lalu lintas, pemanfaatan energi, dan pengurangan limbah. Teknologi ini bermanfaat untuk penataan kota yang lebih baik dan memungkinkan pemerintah menyesuaikan pelayanan publiknya dengan masyarakat setempat. Namun, adanya keterbukaan tersebut tetap menjunjung batasan-batasan tertentu sehingga tidak melanggar privasi warga.
Dari sisi software, Pemkot dapat memulai dengan mengembangkan aplikasi yang mendekatkan masyarakat dengan pemerintah Kota, salah satunya melalui aplikasi berbasis mobile yang dapat diunduh langsung oleh masyarakat, juga berbasis desktop yang dapat dipasang di lobi kantor SKPD terkait, tentu saja didalamnya harus berisi informasi yang terintegrasi tentang layanan yang terdapat di berbagai instansi tanpa harus lelah mengantri. Aplikasi lainnya yang yang tak kalah penting, yaitu tata kelola Website dan media sosial resmi milik pemkot yang didalamnya masyarakat dapat berkomunikasi langsung dengan pemerintah kota, selain itu masyarakat juga dapat mengakses info terbaru terkait kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemkot Serang.
Brainware merupakan komponen selanjutnya yang perlu dipersiapkan oleh Pemkot Serang. Dua hal yang menjadi penting, yaitu pengembangan dan penggunaan. Dari sisi pengembangan sistem, para akademisi ada di Kota Serang tentu saja perlu dilibatkan, beberapa universitas yang menghasilkan alumni-alumni yang menguasai teknologi dalam pendidikannya, diantaranya Untirta, Unbaja, dan Unsera dapat menjadi pendamping program ini. Dalam Fakultas Teknologi Informasi di Unsera, misalnya sebagian besar tugas akhir mahasiswa melakukan terobosan pengembangan sistem e-government, semisal aplikasi tata kelola pemerintahan desa, peta pariwisata, aplikasi tour guide berbasis android, rekayasa lalu lintas, simulasi multimedia pengelolaan limbah dan banyak lagi aplikasi yang akan mempermudah proses akselerasi konsep Kota Cerdas. Selain itu, dari Fakultas Ilmu Sosial dapat menghitung tingkat partisipasi dan kepuasan masyarakat dengan diterapkannya konsep kota cerdas ini.

Diharapkan, dari kampus-kampus inilah lahir para pemikir yang konstruktif dan mampu berbagi informasi serta pengalamannya dalam mengembangkan konsep kota cerdas ke tengah-tengah masyarakat.
Dalam proses penggunaannya nanti, keterlibatan dan kesiapan masyarakat menjadi aspek sangat penting karena salah satu indikator capaian dari konsep ini yaitu meningkatnya partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam memanfaatkan data, aplikasi, memberikan masukan maupun kritikan secara mudah. Yang menjadi masalah adalah situasi masyarakat yang jauh dari kata siap dan tingkat keterlibatan masyarakat seringkali terpusat di tengah-tengah kota, sedangkan beberapa lapisan masyarakat di pinggiran kota seperti tertinggal dalam hal informasi.

Memulai dengan Smart Village
Sulit dan tertinggalnya beberapa lapisan masyarakat dalam mengakses dan memperoleh informasi dapat ditanggulangi dengan diterapkannya konsep smart village (Desa Cerdas) di masing-masing kelurahan yang ada. Konsep Desa cerdas adalah meng-koneksikan antar satu Desa dengan Desa yang lainnya, antar desa dengan pusat data kota, ataupun sebaliknya.
Permasalahan di Indonesia adalah jarak dan pusat kota yang saling berjauhan sehingga proses pembangunan bisa dikatakan berjalan kurang merata. Jadi permasalahan jarak dan luas wilayah dapat diatasi dengan keberadaan IT.

Dengan digagasnya konsep smart village, maka penerapan konsep smart city tidak hanya bertumpu pada sistem top down menerima kebijakan-kebijakan saja dari pemerintah kota, tapi juga bisa bottom up melalui partisipasi warga desa/kelurahan dalam membantu pemerintah kota dengan menerapkan konsep smart village di masing-masing tempat tinggalnya untuk menopang percepatan Serang Smart City.
Untuk mengembangkan konsep Desa pintar di Kota Serang, ada 7 fokus yang dapat dikembangkan yakni smart economy, smart mobillity, smart people, smart environment, smart living, smart governance, dan smart farming yang semuanya berbasis IT dan terkoneksi dengan Pemerintah Kota Serang.

Smart Economy akan mendorong roda perekonomian desa secara berkesinambungan dan pertumbuhan usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa, hal ini bisa dimulai dengan memberdayakan beberapa UMKM yang ada di desa. Konsep ini sudah pernah diterapkan oleh PT Telkom yang bekerjasama dengan pemerintah desa Ciboleger Kabupaten Lebak dengan menerapkan konsep “Kampung UKM Digital” pertengahan 2016 lalu. Melalui kerja sama ini, pemasaran hasil produk usaha masyarakat dilakukan dengan mudah, yaitu pemanfaatan media online sehingga target pemasaran bukan hanya lingkup lokal, tapi nasional bahkan dunia.
Smart Governance akan mempermudah pengelolaan desa yang terintegrasi dan saling bersinergi, aplikasi yang dapat diterapkan yaitu tata kelola pemerintahan desa berbasis internet. Masyarakat dapat melihat infografis tentang luas desa, populasi penduduk, potensi wisata desa, hingga pertumbuhan ekonomi desa secara daring di website resmi milik desa, karena terintegrasi langsung dengan command center yang dikelola pemerintah kota maka laporan laporan perkembangan desa dapat terlihat secara transparan oleh seluruh masyarakat baik di desa itu sendiri maupun masyarakat kota yang ingin melihat perkembangan desa tersebut.

Smart Environment akan menciptakan lingkungan desa yang bersih dan asri, memungkinkan penyediaan kesehatan yang baik, akses ke air bersih, sanitasi dan gizi. Sementera Smart Living akan menyediakan kemudahan dan kenyamanan hidup di desa termasuk didalamnya keamanan, kesetaraan gender dan demokrasi dalam kepemimpinan desa.

Dari 7 fokus tersebut yang paling diutamakan adalah smart people yang lebih mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat di masing-masing desa, sehingga pembangunan baik SDA maupun SDM masyakat di Kota Serang menjadi lebih merata.
Jangan dilupakan, kesuksesan kota cerdas di beberapa negara-negara lain tidak terlepas karena adanya pengaruh faktor budaya. Budaya mengatur dari hal paling sederhana, bagaimana berjalan, dimana membuang sampah, bagaimana menjaga fasilitas publik dan bagaimana hidup seimbang dengan lingkungan agar semua tertata dengan rapi dan berjalan dengan seimbang.

Semua pemahaman tentang budaya tersebut bisa menjadi sebuah modal membuat kota kita semakin cerdas, kota cerdas karena masyarakatnya juga cerdas, hal yang sangat sederhana. Dan tentu saja, Smart City bukan melulu tentang konektivitas dan teknologi saja. Smart City lebih dari itu, Kota cerdas adalah menyangkut bagaimana warganya menggunakan kecerdasannya agar menjadi warga yang cerdas dan hidup bahagia di kotanya.(LLJ).
*Hendry Gunawan, Peneliti muda di YS Institute, Dosen Multimedia di Fakultas Teknologi Informasi Unsera)