Pecat Terawan, IDI Dipertaruhkan (oleh : Dr Ichsan *)

0
620

Serang, fesbukbantennews.com (5/4/2022/ – Dengan Beredar luas informasi pemecatan dr. Terawan oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sebagai anggota karena dianggap telah melakukan pelanggaran kode etik berat sebagaimana yang telah dijelaskan oleh IDI bahwa yang bersangkutan malakukan tindakan Medis yang belum ada EBM (evidence based medicine) yang artinya belum ada bukti secara ilmiah dan pada akhirnya dikenal oleh masyarakat sebagai terapi brain wash, polemik antara dr. Terawan dan IDI ini telah terjadi sejak tahun 2013 hingga puncak pada tahun 2018 terjadi pemecatan sementara keanggotaan IDI dr. Terawan dan selanjutnya belum ada penyelesaian yang memadai antara kedua belah pihak maka terjadilah pemecatan permanen oleh IDI pada muktamar IDI ke 31 di Banda Aceh, pemecatan ini tidak terjadi tiba tiba namun ada proses panjang yang telah dilewati oleh kedua pihak kurang lebih 5 tahun lamanya.

Dr Ichsan.

Sebagai ketua Gerakan Peduli kesehatan saya Ihsan Biren (dr. Ichsan) dalam hal ini sangat menyayangkan kejadian ini dengan beberapa pertimbangan dan alasan, melihat dari proses yang terjadi menurut saya tidak ada yang mutlak salah baik dari IDI maupun dr. Terawan dimana keduanya memiliki alasan untuk melakukan keputusan masing masing.

Namun efek dari kasus ini menjadi heboh bahkan menjadi konsumsi public dimana masyarakat awam tentu tidak akan mengerti persoalan internal sebuah organisasi apalagi oraganasi kedokteran yang pada akhirnya merugikan kita sebagai dokter secara keseluruhan terutama IDI yang saat ini menjadi satu satunya wadah yang menaungi dokter seluruh Indonesia.

Beberapa catatan saya mengenai IDI yang kiprahnya luar biasa terhadap NKRI sejak didirikan 62 tahun lalu namun akhir akhir ini menjadi sedikit redup terutama sejak pemerintahan jokowi dimana IDI taringnya tidak terlalu gagah sebagaimana dahulu, terpilihnya mentri kesehatan bukan seorang dokter adalah salah satu bukti kelemahan IDI dalam mengambil perannya di bidang kesehatan di negara ini, kemudian pemerintah beberapa kali tidak mendengarkan rekomendasi dari IDI seperti mengangkat dr. Terawan menjadi MENKES dimana IDI menolak keras pengangkatan itu, namun lagi lagi pemerintah tidak menghiraukan IDI karena Mentri adalah murni hak perogatif Presiden dan lebih dahsyat lagi saat ini MENKES malah bukan seorang dokter.

Apakah Presiden Salah? Tentu tidak karena kitalah yang belum bisa mengambil hati Presiden yang artinya kita (IDI) tidak lagi menjadi andalan pemerintah dibidang yang seharusnya kita leadernya, dan pada akhirnya saya melihat IDI yang dahulu sangat disegani oleh pemerintah sebagai leader dalam segala urusan kesehatan menjadi hilang sedikit demi sedikit dan pada akhirnya kita sebagai dokter dan tentunya IDI hanya menjadi pelaksana dari kebijakan kesehatan yang di buat oleh kalangan non kesehatan seperti saat ini mentri kesehatan seorang BANKIR, siapakah yang kita salahkan??

Maka sebagai aktivis kesehatan saya masih sangat ingin seluruh dokter di Indonesia tetap solid di bawah naungan IDI dan menjadikan IDI satu satunya organisasi dokter yang disegani tentu ini perlu intropeksi, kerja keras dan ikhlas dari kita semua, bukan kah organisasi ini dibuat untuk untuk mempermudah anggotanya dalam menjalankan profesinya sebagai dokter, tapi banyak catatan kita dilapangan malah mempersulit diri kita sendiri sebagai anggota dalam menjalankan profesi, mulai dari iuran, rekomendasi praktik dll, padahal diluaran sana banyak pengobatan yang bahkan tidak ada bukti ilmiah apapun bisa praktik dengan mudahnya karena mereka belum ada organisasi apapun contohnya tukang urut, tukang bekam, totok saraf, dll, kesejahteraan dokter yang yang belum terlihat merata bahkan saya banyak melihat dokter yang sudah berumur namun belum survive dalam financialnya, apalagi dokter yang baru lulus mereka diwajibkan internsip dengan gaji yang tidak layak, ini PR besar IDI sebagai organisasi dalam memikirkan kesejahteraan seluruh anggotanya dan memberi kemudahan dalam menjalankan profesinya sebagai dokter yang harus selalu IDI perjuangkan.

Saya berharap polemic yang terjadi antara IDI dan dr. Terawan segera bisa diselasaikan kembali dengan kepala dingin dan kekeluargaan, walaupun IDI telah memecat secara permanen namun tidaklah sulit untuk menarik kembali keputusan itu karena jika kasus ini di lempar ke public berarti kita seperti memberi celah untuk orang lain memporak porandakan kita, tidak menutup kemungkinan akan terbentuk organisasi tandingan IDI dan kemungkinan kemungkinan buruk lainnya, yang pada akhirnya merugikan kita semua sebagai dokter. masalah terapi, kompetensi dan prosedur tindakan adalah bagian kecil dari dunia kedokteran yang luas sekali cakupannya termasuk social dan budaya, maka aspek comprehensive yang selalu kita gaungkan mari kita aplikasikan saat ini. (LLJ).

*Dr. ichsan
Ketua Geriksa (gerakan peduli kesehatan ) ,bertugas di AlFurqon ,Pandeglang.