Al-Quran Berbicara Tentang Laut

0
481

Serang,fesbukbantennews.com (25/4/2021) – Allah menurunkan kitab Al-Quran ini pada bulan yang mulia ini, bulan Ramadhan.

Pesoma Laut Ujungkulon Pandeglang,Banten.

Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang telah diturunkan oleh Allah SWT yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia (Huudan Lin Naas) sekaligus pemberi kabar peringatan bagi umat manusia yang ingkar terhadap kebenaran Al-Quran.

Dari sisi keilmuan, bukti bahwa tidak ditemukan satupun keraguan (Laa Roiba Fiihi) di dalam Al-Quran semakin terkuak dari hari ke hari seiring dengan kemajuan ilmu teknologi yang dikuasai oleh umat manusia. Salah satu sisi keakurasian Al-Quran dalam berbicara mengenai laut dan samudra terlihat juga dari perbandingan jumlah ayat.

Dalam Al-Quran terdapat 32 ayat yang menyebut kata ‘laut’. Sedang kata ‘darat’ terkandung dalam 13 ayat Al-Quran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi 45 ayat. Angka 32 itu sama dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik dengan 28,22 persen dari 45. Berdasarkan ilmu hitungan sains, ternyata memang 71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan.

Mustahil bagi Rasulullah SAW, yang tak bisa baca-tulis dan tinggal di daerah padang pasir yang tandus mampu menciptakan sendiri ayat-ayat Al-Quran dengan komposisi seperti itu. Perbandingan soal ayat soal laut dan ayat soal darat yang ternyata sama dengan perbandingan laut dan darat di bumi itu jelas sengaja diciptakan Allah SWT. Hal ini menjadi bukti kuat bagi keaslian Al-Quran.

Temuan-temuan sains tentang lautan, ternyata telah diungkapkan di Al-Quran sejak 15 abad yang lalu. Simaklah Surat An Nahl (16) ayat 14. Ayat tersebut berbunyi:

wahuwa alladzii sakhkhara albahra litak kuluu minhu lahman thariyyan watastakhrijuu minhu hilyatan talbasuunahaa wataraa alfulka mawaakhira fiihi walitabtaghuu min fadhlihi wala’allakum tasykuruuna

“Dan Dialah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar, dan kamu mengeluarkan dari lautan perhiasan yang kami pakai. Kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya supaya kamu bersyukur.”

Atau Q.S. Fatir(35) ayat 12 berikut:

wamaa yastawii albahraani haadzaa ‘adzbun furaatun saa-ighun syaraabuhu wahaadzaa milhun ujaajun wamin kullin ta/kuluuna lahman thariyyan watastakhrijuuna hilyatan talbasuunahaa wataraa alfulka fiihi mawaakhira litabtaghuu min fadhlihi wala’allakum tasykuruuna

“Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.”

Atau Q.S Almaidah ayat 96

uhilla lakum shaydu albahri watha’aamuhu mataa’an lakum walilssayyaarati wahurrima ‘alaykum shaydu albarri maa dumtum huruman waittaquu allaaha alladzii ilayhi tuhsyaruuna.

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”

Sejak 15 abad yang lalu Al-Quran berbicara soal manfaat laut bagi peningkatan taraf hidup manusia. Kini terbukti, negara-negara yang pandai memanfaatkan potensi lautnya, bakal mendapat kekayaan yang sangat berlimpah.

Selain mengandung banyak makanan, dan perhiasan, laut juga bisa menyimpan banyak bahan tambang, bisa menjadi jalur transportasi yang murah, dan sebagainya.

Selain menjadi bukti kuat bagi keaslian Al-Quran, laut juga menjadi sumber penghidupan yang sangat kaya. Keberadaan wilayah laut, bisa menjadi salah satu penentu tingkat ekonomi sebuah negara.

Seharusnya Indonesia sebagai negara kepulauan jangan pernah menyia-nyiakan sumberdaya lautnya. Allah telah memerintahkan kita untuk mencari (keuntungan) dari karunia-Nya yang berupa lautan dan segala sumberdayanya ini, baik itu ikan, perhiasan (mutiara, kerang-kerangan, dll), dan bahkan memanfaatkan laut untuk transportasi.

Ayat ini seharusnya dibaca dan diresapi maknanya secara mendalam oleh seenap bangsa Indonesia dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dengan mengedepankan pengelolaan sumberdaya kelautan sebagai tiang utama perekonomian Indonesia.

Satu lagi fenomena kelautan yang diungkapkan oleh Allah dalam Al-Quran mengenai laut dalam. Laut dalam (deep sea) adalah bagian dari laut yang sangat gelap. Hingga saat ini, laut dalam masih merupakan misteri bagi manusia. Penelitian di laut dalam sendiri hingga saat ini masih sangat terbatas.

Tahun 2010 para peneliti Indonesia dan Amerika bekerja sama sama dalam mengungkap misteri laut dalam di perairan Sangihe Talaud. Ekspedisi ini dikenal sebagai INDEX SATAL 2010. Ekspedisi ini telah mengungkap tentang lapisan kegelapan di laut dalam, kehidupan hewan dan tumbuhan di dalam kegelapan di bawah laut dan gunung-gunung api yang menyemburkan panasnya. Keberadaan gunung api ini diduga merupakan sumber mineral dan sumber energi baru di masa depan.

Hal yang menarik adalah ketika kita coba membuka Al-Quran surat An-Nur (surat ke-24) ayat 40, yang berbunyi:

aw kazhulumaatin fii bahrin lujjiyyin yaghsyaahu mawjun min fawqihi mawjun min fawqihi sahaabun zhulumaatun ba’dhuhaa fawqa ba’dhin idzaa akhraja yadahu lam yakad yaraahaa waman lam yaj’ali allaahu lahu nuuran famaa lahu min nuurin (An-Nuur (24):40)

“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (An-Nuur (24):40)

Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1.000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)

Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter.

Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan “gelap gulita di lautan yang dalam” digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al-Quran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.

Di kedalaman lebih dari 1.000 meter, ada beberapa binatang yang memiliki fungsi penglihatan yang mampu mendeteksi bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme hidup).

Makhluk laut yang mampu membuat cahaya terdapat di mana-mana. Bioluminescence sendiri merupakan hal yang lumrah karena ia memberikan kemampuan untuk mempertahankan diri yang sangat berarti bagi binatang yang bersangkutan. Di darat kita mengenal fenomena ini pada kunang-kunang. Cahaya ini membantu binatang untuk mencari makanan, menarik perhatian pasangannya dan mempertahankan diri dari serangan pemangsanya.

Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan.” mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al-Quran yang lain.

Para ilmuwan pada masa sekarang telah menemukan adanya ombak dalam (internal waves) yang “terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda.”

Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan.

Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya hanya bisa dideteksi melalui peralatan canggih dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205). Hal tersebut juga telah dipelajari oleh peneliti kita pada ekspedisi INSTANT.

Pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al-Quran adalah kalam Allah.

Fenomena lain yang menunjukkan kebenaran Al-Quran merupakan firman Allah adalah fenomena gunung bawah laut. Allah berfirman dalam surat Ath-Thuur [52]:6 berbunyi:

waalbahri almasjuuri

“dan laut yang di dalam tanahnya ada api.” (QS 52:6)

Juga Hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya pada kitab Al-Jihad, dengan redaksi sebagai berikut.

Kami mendapat hadis dari Sa’id bin Manshur; tuturnya: Kami mendapat hadis dari Isma’il bin Zakariyya; dari Mutharrif; dari Bisyr Abu Abdullah; dari Basyir bin Muslim; dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash; tuturnya:

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berjuang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.”

Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Quran tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?

…tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudra tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat.

Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT:

wa-idzaa albihaaru sujjirath

“Dan apabila lautan dipanaskan” (QS. At-Takwir [81]:6).

Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

Maka setelah kita membahas Al-Quran berbicara mengenai kelautan dan samudra, mari kita renungkan dengan hati yang jernih.

Masih adakah keraguan kita pada kebenaran Al-Quran?

Masih pantaskah bagi kita kaum muslimin untuk mendustakan dan mengingkari nikmat-nikmat yang telah Allah curahkan kepada kita?

Masih pantaskah kita mengabaikan perintah-perintah Allah dan mengabaikan larangan-Nya?

Maka pantaslah pada Surat Ar-Rohmaan (55) Allah selalu mengulang-ulang ayat:

fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaani

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Tercatat Allah mengulangnya sebanyak 32 kali pada surat Ar-Rohman, menunjukkan pentingnya keimanan setelah mengkaji ayat-ayat Allah baik ayat-ayat qauliyah maupun ayat-ayat kauniyah.

Allah telah memberikan petunjuk yang nyata dalam Al-Quran, banyak perumpamaan dan fenomena alam yang telah Allah terangkan dengan sangat indah. Sekarang tergantung kepada kita kaum muslimin apakah akan mengambil jalan keimanan ataupun jalan kekufuran

Marilah kita yang mempunyai pengetahuan dan berkecimpung pada masalah ayat-ayat kauniah khususnya yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan ini untuk menjadi hamba-Nya yang beriman dan bersyukur dan tidak menjadi hamba-Nya yang kafir dan kufur.

Beriman dengan cara mengabdi pada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan Bersyukur dengan cara mengerahkan segala daya upaya untuk membangun kelautan dan perikanan ini sehingga kemakmuran bangsa Indonesia dapat dicapai.

Mudah-mudahan kita kaum muslimin, selalu diberi Allah petunjuk untuk mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dan berbuat yang terbaik untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai ini.

Amin, Amin, Ya robbal alamin.(LLJ).

Konten ini dibuat oleh IR Suhelmi ,Sumber : kumparan.com