Serang,fesbukbantennews.com (31/8/2022) – Pagi-pagi dihadapan kopi, kripik bayam dan bako, daku sudah melamun. Setumpuk duit Rp38 juta teronggok menunggu keputusan.

“Dih koplak. Ada duit bingung, enggak ada duit pusing,” tegur mang Kasman.
“Gimana enggak bingung mang. Atap rumah sudah pada bocor. Mau benerin, butuhnya Rp400 juta. Itu atapnya doang, belum langit-langit. Duit cuma segitu, mana cukup. Kalau dipaksain, tetap saja masih bocor dimana-mana,” keluhku.
“Sudah tahu tidak cukup, masih saja dipikirin. Ya sudah, duitnya jangan dipakai benerin atap. Pakai buat yang lain. Pakai buat piknik dua tiga hari. Biar keluarga lupa sejenak kalau rumahnya bocor,” saran mang Kasman.
“Kalau dibeliin sepeda listrik (seli), enggak apa-apa kali ya mang? Anak daku yang 3 kan sudah SMP dan SMA. Jaraknya lumayan, sekiloan. Kalau dikasih seli, agak enakan sekolahnya. Yaaa… walaupun rumah tetap bocor,” alasan daku.
“Nah, itu logika yang mungkin mirip dengan Bupati Pandeglang. Duit Rp38 miliar kalau dipakai benerin jalan, paling dapat berapa kilo sih? Harga 1 km jalan itu antara Rp1 miliar – Rp2 miliar. Jadi paling dapat 19-38 km. Jalan rusak di Pandeglang berapa ratus km? Enggak akan kerasa perbaikannya,” papar mang Kasman.
“Tapi kan enggak etis mang. Jalan banyak rusak, malah beli seli RT/RW. Mending buat yang lain,” bantahku.
“Kan sama kayak elo. Rumah banyak bocor, malah beli seli. Soalnya dipakai buat benerin juga percuma. Tetap saja bocor kan,” debat mang Kasman.
“Dibeliin seli juga percuma mang. Kan jalanannya pada rusak. Enggak bisa juga dilewati seli,” tukasku tidak mau kalah.
“Emang seli RT/RW itu buat dipakai kemana om? Bolak-balik ke Bupati Pandeglang? Ya enggaklah. Bolak-balik ke kecamatan? Ya enggaklah. Bahkan ke kantor desa juga belum tentu pakai seli,” jelas mang Kasman.
“Terus buat apa mang?,” tanyaku.
“Makanya dengerin dulu omongan Bupati Pandeglang, baru ditafsirkan. Seli itu buat membantu tugas RT/RW. Bukan buat mondar-mandir ke kantor desa, kecamatan atau ke Bupati. Jadi buat mondar-mandir di lingkungan RT/RWnya saja. Buat nganterin surat himbauan RT. KTP/KK yang sudah jadi. Wilayah RT paling berapa ratus meter doang. Yakinlah, walau tidak bagus, jalan RT masih bisa dilewati sepeda,” papar mang Kasman.
“Berarti mamang dukung seli dong. Dukung Bupati Pandeglang?,” tanyaku tajam.
“Iyalah. Seli harus didukung. Seli harus segera direalisasikan. Supaya bisa dilapokan sebagai dugaan tindak pidana korupsi ke APH,” jawab mang Kasman.
“Maksud mamang?,” daku heran.
“Seli itu masih berupa rencana. Anggaran. Masih berupa niatan yang ditulis. Belum dikerjakan. Jadi masih niatan. Niat tidak dinilai dalam hukum. Sedangkan dari sisi anggaran, memang hak dan kewenangan Bupati itu mau dipakai apa. Yang penting tidak melanggar aturan dan disetujui DPRD. Apa yang dilanggar dari anggaran seli? Kan tidak ada,” retorika mang Kasman.
“Jadi kalau dilaksanakan, baru ada pelanggaran?,” tanyaku penasaran.
“Iya. Karena RT/RW itu lembaga non formal pemerintah. RT/RW itu Lembaga Kemasyarakatan Desa atau LKD. Wadah partisipasi masyarakat sebagai mitra pemerintah desa. Jadi bukan bagian resmi dari struktur pemerintahan. RT/RW itu bersifat relawan. Bukan karyawan, apalagi pegawai,” kata mang Kasman.
“Terus pelanggarannya dimana mang?,” tanyaku makin penasaran.
“Kita harus lihat status kepemilikan seli itu. Apakah seli RT/RW itu berupa hibah atau tetap jadi aset Pemkab Pandeglang. Sifatnya pinjam aset atau istilah lainnya kendaraan dinas RT/RW,” ujar mang kasman.
“Kalau hibah?,” tanyaku.
“Ada tidak proposal bantuan dari ribuan RT/RW se Pandeglang? Terus kapan Pemkab Pandeglang melakukan verifikasi ribuan proposal itu? Kalau tidak ada, berarti sudah melanggar mekanisme hibah,” jawab mang Kasman.
“Kan bisa lewat forum RT/RW mang,” debatku.
“Belum lupa kan hibah pondok pesantren kemarin? Kan pakai forum komunikasi juga. Beberapa kiyai di penjara akhirnya. Pasti enggak jauh kayak gitu kejadiannya,” tukas mang Kasman.
“Kalau seli itu tetap jadi aset Pemkab yang dipinjamkan ke RT/RW mang?,” ngeles daku.
“Berarti yang berlaku itu aturan kendaraan dinas dan Bendahara Barang. Kendaraan dinas hanya dibolehkan hingga eselon IV. Nah, RT/RW eselon berapa? Eselon banget kayaknya,” canda mang Kasman.
Sedangkan aset pemerintah harus dikuasai oleh PNS. TKS saja tidak boleh diberi-kuasa menguasai aset. Pejabat RT/RW jelas bukan PNS.
“Jika bersifat pinjam-pakai, RT/RW bisa dilaporkan penggelapan aset pemerintah. Ha ha ha, tidak kebayang ribuan RT dilaporin ke polsek oleh LSM atau warga yang tidak suka,” papar mang Kasman.
“Mamang ini sebenarnya mendukung seli atau tidak?,” tanyaku bingung.
“Program pemerintah itu harus didorong. Didorong sampai pejabatnya ngusruk. Ha ha ha,” tawa mang Kasman lepas (g/LLJ).
foto nyomot dari google (greeners)