Serang, fesbukbantennews.com (30/9/2019) – Satu dari banyak masalah yang sedang melanda bangsa kita adalah korupsi.Korupsi ini dilakukan oleh banyak sekali pejabat di Indonesia mulai dari pejabat tinggi yang bertugas di pusat pemerintahan sampai dengan pejabat tingkat bawah seperti Pak Lurah.

Korupsi ini benar-benar telah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Bahkan di dunia pendidikan korupsi ini juga terjadi. Hal ini jelas mengkhawatirkan. Karena dunia pendidikan merupakan salah satu cara bagi para anak masa depan bangsa untuk belajar menganai kejujuran dan memerangi berbagai masalah kedepannya, salah satunya korupsi.
Yang sering terjadi di negeri kita antara lain korupsi infrastruktur.Korupsi ini jelas sangat merugikan bangsa kita sendiri. Uang-uang rakyat yang disetorkan kepada pemerintah untuk pembangunan infrastruktur malah diambil para pejabat untuk kepentingan mereka sendiri.
Oleh karenanya perlu ekstra kerja keras Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memerangi korupsi ini. Dan KPK tak mungkin hanya mengandalkan melalui media mainstream saja. Atau hanya Diskusi di ruangan , mendatangi kampus-kampus sekolah-sekolah ,atau instansi pemerintah an.
Saatnya KPK lebih masif menggandeng netizen yang jangkauannya tak terbatas jumlah, waktu ,usia dan tempat.
Dikutip dari situs CNBC Indonesia ,jumlah masyarakat Indonesia yang terhubung ke internet terus bertambah. Bahkan internet kini menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari.
Bahkan berdasarkan hasil studi Polling Indonesia yang bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII), pada 2018 jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 171,17 juta jiwa. Angka ini setara dengan 64,8% dari total penduduk Indonesia 264,16 juta jiwa.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat pertambahan pengguna internet di Indonesia mencapai 27,92 juta orang atau tumbuh 10,12%.
Berdasarkan studi tersebut, pengguna internet di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Porsinya capai 55% dari total pengguna. Sisanya, Pulau Sumatera sebesar 21%, Papua 10%, Kalimantan 9% dan Nusa Tenggara sebesar 5%.
Di Pulau Jawa, pengguna terbesar datang dari Jawa Barat yang mencapai 16,6%., Sisanya Jawa Tengah 14,3%, Jawa Timur 13,5%, DKI Jakarta 4,7%, Banten 4,7% dan DI Yogyakarta sebesar 1,5%.
Artinya, bahwa lebih dari setengah warga Indonesia setiap harinya bersentuhan dengan internet. Baik di kota, Pelosok desa bahkan puncak gunung.
Sementara, menurut riset dari perusahaan media We Are Social yang bekerja sama dengan Hootsuite, menyebut ada 150 juta pengguna media sosial di Indonesia.
Jumlah itu naik 20 juta pengguna dibanding hasil riset pada 2018. Masih sama seperti tahun lalu, Facebook menjadi aplikasi media sosial yang paling banyak digemari di Indonesia, dengan penetrasi 81 persen, meski diterpa skandal keamanan setahun belakangan.
Instagram yang juga dimiliki Facebook, menjadi media sosial terpopuler kedua di Indonesia, dengan penetrasi 80 persen.
Khusus untuk media sosial, lima besar di Indonesia diduduki oleh Facebook, Instagram, Twitter, Snapchat, dan LinkedIn.
Popularitas Facebook sebagai media sosial hanya bisa dikalahkan oleh platform streaming video YouTube dan aplikasi pesan instan yang dinaunginya, yakni WhatsApp.
YouTube di Indonesia memiliki penetrasi 88 persen, sementara WhatsApp dengan penetrasi 83 persen.
Indonesia sendiri menduduki perkingkat ketiga sebagai negara dengan pengguna sekaligus target audiens iklan Facebook terbesar di dunia, dengan jumlah 130 juta pengguna aktif bulanan.
Sementara Instagram memiliki 62 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia dengan persentase jumlah pengguna pria 51 persen, lebih unggul dibanding pengguna wanita dengan pemetrasi 49 persen.
Lonjakan pengguna internet tersebut dimanfaatkan berbagai kalangan sebagai sarana penyampaian pesan yang efektif. Mulai dari bisnis, pelayanan data administrasi , iklan, dakwah ,seni ,budaya dan lainnya.
Perlu diketahui, ada tanggal 9 Juli 2014 dapat dicatat sebagai hari yang bersejarah dan istimewa bagi Indonesia. Pada tanggal itu, masyarakat Indonesia melakukan pemilihan umum presiden dan wakil presiden untuk periode 5 tahunan.
Meskipun ini bukan kali pertama Indonesia
menyelenggarakan pemilihan presiden secara langsung, PILPRES tahun tersebut menjadi istimewa karena serangkaian proses yang mengawalinya. Pada periode ini sangat terlihat peran netizen dalam proses kampanye, dan dampaknya sangat terasa.
Kedua kubu gencar beradu argumentasi di dunia maya. Bahkan tak jarang netizen kedua kubu melakukan kampanye Hitam. Dan di tahun ini tak tak terhitung lagi berapa kampanye Hitam, hoax dan juga tak sedikit akun palsu.
Kedua calon dan tim suksesnya pun menyadari bahwa penggunaan media sosial sangat efektif untuk membangun opini publik dan atau memGerakan netizen dalam proses pemilu sangat terasa, bahkan jauh sebelum masa kampanye.
Nah, KPK saya rasa sangat tepat menggandeng para netizen dalam upaya pencegahan korupsi. Sebab Para netizen menggunakan jejaring media sosial yang secara instant dan sangat “user friendly” sehingga tidak membutuhkan kompetensi keahlian khusus untuk
menjangkau dan memakai teknologi ini.
Seperti netizen pengguna Twitter, Facebook, Instagram dan media sosial lainnya.
Era siber ini memberikan kesempatan pada para netizen untuk mengekspresikan gagasanya secara bebas. Saat ini banyak media yang memberikan ruang yang boleh dikatakan hampir tidak terbatas bagi para netizen.
Media sosial memberikan ruang yang sangat luas bagi netizen untuk membangun logika politik dan memengaruhi opini masyarakat tanpa perlu melakukan orasi politik di lapangan terbuka dengan hingar-bingar.
Kampanye pencegahan dan pemberantasan korupso secara online Lebih efisien, tepat sasaran, dan terstrukur dengan pencapaian target yang sangat masif.
Tinggal bagaimana KPK membuat konten yang disesuaikan dengan selera yang berkembang saat ini. Sehinggga pesan yang ingin disampaikan KPK sampai seperti yang diinginkan, Indonesia Bebas Narkoba.
Akan tetapi, masyarakat netizen juga perlu diberi perlindungan untuk menghindari hal yang tak diinginkan ketika melakukan kampanye pencegahan korupsi atau pun melaporkan adanya dugaan korupsi.
Laman Facebook : FESBUK BANTEN News (berdiri 2010) terhitung September 2019 folowernya mencapai 220 ribu, dengan jankauan pembaca setiap harinya 500-1 juta pembaca.
Awalnya media ini hanya tempat berbagi info warga Banten. Namun menginjak tahun kedua (2011) berkembang sebagai wadah pergerakan masyarakat untuk membantu masyarakat miskin di Banten. Seperti pasien miskin, anak putus sekolah, dan rumah ambruk.
Laman FESBUK BANTEN News juga menjadi sarana warga melaporkan Dugaan korupsi, pelanggaran pemilu, bahkan sarana untuk melakukan penggalangan Dana sosial dan saat ini , FESBUK BANTEN News yang juga memiliki website fesbukbantennews.com ,IG : fesbukbanten, juga memiliki relawan yang tersebar di Banten.
Meski tidak ada yang digaji, para admin FESBUK BANTEN News, tetap memberikan info dan berita ke masyarakat Banten, juga iklam gratis bagi warga.Bahkan dari dunia maya ini, FESBUK BANTEN News memiliki rumah singgah pasien miskin dan ambulance gratis.
Jadi, menurut hemat penulis yang juga founder FESBUK BANTEN News , KPK harus semakin masih menggandeng netizen untuk memerangi korupsi.(LLJ)
Penulis : Lhoe-lhoe jhe
Lahir di Serang.
-Pendiri dan pengurus relawan FESBUK BANTEN News
– Ketua Netizen Anti Narkoba Banten