Serang, fesbukbantennews.com (2/5/2018) – Pemuda bergerak bersama kelas buruh adalah perjuangan untuk masa depan pemuda yang lebih baik (upah, tanah, kerja).

MAYDAY adalah momentum perjuangan bagi kelas buruh di seluruh dunia. Buruh merupakan klas paling terhisap dalam suatu relasi produksi. Maka, perjuangan buruh adalah perjuangan merebut alat produksi yang dimonopoli oleh Imperialisme hingga memaksa buruh untuk terus bekerja demi profit bagi mereka.
Peringatan MAYDAY ditandai dengan perjuangan kelas buruh di Amerika Serikat pada tahun 1884 yang menuntut sistem kerja yang manusiawi. Kelas buruh pada saat itu di hadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus bekerja secara tidak manusiawi. Mereka dipaksa bekerja dari 12 hingga 24 jam yang berujung pada pemberontakkan.
Pada tanggal 1 Mei 1886, 80.000 buruh di Amerika Serikat melakukan demonstrasi menuntut 8 jam kerja. Dalam beberapa hari demontrasi ini, segera direspon dengan pemogokan umum, yang membuat 70.000 pabrik terpaksa ditutup. Demonstrasi ini berlanjut sampai 4 Mei 1886.
Kelas penguasa terusik.
Dengan alat kekerasannya, Negara menembaki pekerja yang melakukan demontrasi dan menewaskan ratusan buruh. Peristiwa ini telah membawa dampak yang dalam bagi klas buruh di dunia sehingga 1 Mei adalah peristiwa bersejarah bagi klas pekerja sedunia.
Di Indonesia, situasi yang tak kunjung membaik juga dihadapi oleh klas buruh. Buruh semakin terperosok ke dalam penghisapan tiada henti yang dilakukan oleh kapital monopoli internasional bersama dengan kapital birokratnya dibawah kekuasaan imperialisme AS. Kekuatan Imperialisme AS sebagai induk telah mendikte Negara-negara jajahan dan setengah jajahan dari segi ekonomi, politik untuk mengakomodir kepentingan mereka beserta sekutunya.
Di bawah kekuasaan rezim Fasis Jokowi-Jk, 16 paket kebijakan ekonomi telah dilahirkan. Regulasi-regulasi yang lahir jelas semakin merugikan klas buruh. Melalui berbagai regulasi inilah negara memberlakukan politik upah murah, sistem outsourching, sistem kerja kontrak, pemagangan, padat karya, begitupun dengan serangkaian kebijakan Jokowi-Jk yang semakin menyengsarakan rayat.
Tidak lepas persoalan yang terjadi pada kaum tani di Indonesia, yang semakin terancam nasibnya akibat dari monopoli dan perampasan tanah yang massif terjadi. Sistem reforma agraria palsu Jokowi-Jk nyatanya tidak memberikan dampak yang berarti bagi kaum tani, justru semakin menempatkan kaum tani pada posisi yang tidak menguntungkan dan terjebak pada sirkulasi kapital dengan memaksa kaum tani harus meminjamkan untuk biaya produksi kepada sistem perbankan dalam bentuk modal. Belum lagi sistem perhutanan sosial yang dilakukan oleh pemerintah adalah bentuk monopoli dan perampasan lahan terhadap kaum tani yang tidak memberikan akses produksi bagi kaum tani di Indonesia.
Di sisi lain, dampak dari sistem pendidikan Nasional Bangsa Indonesia yang menjalankan praktik-praktik liberalisasi dan komersialisasi dalam pranata pendidikan kita hari ini, semakin membuktikan pada kita bahwa potret buram pendidikan Nasional tidak memberikan ruang-ruang yang ilmiah, demokratis, dan mengabdi kepada Rakyat.
Justru sebaliknya, pendidikan Nasional hari ini memberikan konsensus bagi para kapital monopoli internasional, dengan menjadikan pendidikan adalah suatu barang dagangan yang dapat diperjual belikan. Hilangnya tanggung jawab Negara dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak bangsa semakin membuktikan bahwa pemuda hari ini tidak memiliki masa depan yang gilang gemilang, pemuda hari ini dihadapkan pada sulitnya mengakses pendidikan lantaran biaya pendidikan yang semakin hari semakin mahal, sempitnya lapangan pekerjaan, dan kembali menjadi buruh-buruh bagi tuannya. Ada juga para kaum muda terdidik yang menghamba pada kekuasaan dengan bergantung dibawah ketiak elit kekuasaan, sehingga pemuda hari ini dihadapkan pada persoalan di mana hilangnya masa depan yang cerah, hancurnya kepribadian nasional para pemuda yang jauh dari tanggungjawabnya sebagai generasi penerus perjuangan suatu Bangsa.
Pemuda sebagai tenaga pendorong yang paling setia dalam perjuangan bersama Rakyat harus mampu mengerahkan seluruh tenaganya dan seluruh potensi yang dimiliki untuk mengorganisasikan, menggerakkan, dan membangkitkan semangat kaum muda untuk terlibat berjuang bersama klas buruh dan kaum tani serta kaum tertindas lainnya.
Perjuangan ini adalah perjuangan untuk mewujudkan Demokrasi Nasional, dengan berdiri tegak pemuda menyongsong kehidupan baru memenangkan kedaulatan Rakyat sepenuhnya!
Oleh karena itu, pada peringatan Mayday kali ini, tak henti-hentinya kami menyerukan kepada seluruh pemuda di Indonesia agar terus mendorong maju pembangunan dan persatuan pemuda Indonesia bersama Klas buruh dan Kaum tani untuk memukul mundur rezim anti rakyat Jokowi-Jk. Karena keterlibatan pemuda berjuang bersama buruh adalah perjuangan untuk masa depan pemuda yang lebih baik!!!
Persatuan Pemuda Indonesia (PEPINDO) yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) akan menggelar aksi demonstrasi secara serentak di 22 provinsi 36 kabupaten/kota dan terpusat pada aksi di Jakarta, untuk memperingati hari buruh internasional yang bertepatan pada tanggal 1 Mei dengan menyerukan
“Bangun Persatuan Perjuangan Pemuda Bersama Dengan Gerakan Rakyat Lainnya Lawan Kebijakan dan Tindasan Fasis Rezim Jokowi-Jk Boneka Imperialis AS”
Bangun Persatuan Perjuangan Pemuda menuju Mayday dan Hardiknas!
Hidup Klas Buruh!
Hidup Kaum Tani!
Hidup Pemuda!
Hidup Rakyat!!!. (LLJ).
*Songga Aurora Abadi
Kordinator Persatuan Pemuda Indonesia (PEPINDO).