Fesbukbantennews (10/6/2016) – Bulan suci Ramadan tahun ini tampak masih menjadi bulan yang berat bagi muslim Uighur di wilayah Xinjiang untuk berpuasa. Pasalnya, pemerintah China melanjutkan aturan larangan menjalankan ibadah wajib tersebut.

Dikutip dari situs berita merdeka.com menyebutkan,pemberitaan laman the Independent, Rabu (8/6), aturan ini didasari oleh pemikiran bila keimanan Islam Uighur menjadi ancaman bagi kekuasaan kepemimpinan Beijing, kata Dixlat Raxit dari Kongres Uighur Dunia.
Pemerintah China yang dikuasai Partai Komunis melarang seluruh pegawai negeri, siswa, dan guru muslim di wilayah Xinjiang berpuasa di bulan suci Ramadan. Padahal di wilayah tersebut diketahui 58 persen adalah populasi Muslim.
Notifikasi larangan tersebut terpampang jelas di website pemerintahan di kota Korla, “selama Ramadan, penjual makanan dan minuman tidak boleh tutup,” tulis notifikasi tersebut.
Rasa tidak saling menghormati antar umat ini jelas mendapat kecaman dari Kelompok Hak Asasi Manusia. Mereka menyalahkan konflik wilayah antara 10 juta minoritas Muslim Uighur dengan pasukan keamanan negara pembatasan agama dan budaya yang masih berkecamuk.
Xinjiang dilaporkan sering melancarkan serangan terhadap pemerintah China dan belum lama ini Beijing menuding kelompok militan di Xinjiang menyerang sejumlah tempat untuk menuntut kemerdekaan di wilayah kaya sumber daya alam itu.(merdeka/LLJ).