Surat Untuk Andika dari Guru di Pedalaman Banten Selatan (oleh : Ginanjar*)

fesbukbantennews.com (9/11/2015) – Sebenarnya saya sudah sejak dulu ingin menulis surat, kepadamu, tuan Andika, terutama tentang tulisan yang ada di baligomu, pemuda hari ini, pemimpin esok hari. Tentu saja tuan boleh, memasang baligo besar seperti itu, dan sah-sahsaja, tidak ada yang melarang, lebih-lebih saya yakin, tuan, sudah membayar pajak pemasangan baligo tersebut, jadi selain masyarakat bisa melihat tampang tuan, yang cukup manis itu tidak kalah dengan tampang teman saya yang bernama Gungun Gunawan, sedikit banyak Tuan juga ikut menyumbang padakas daerah, kalau bisa baligo tuan, dipasang sampai kampung-kampung terutama di Pandeglang, lumayan sebagai pemasukan untuk kas daerah pandeglang,sebab saya dengar dari Muhaemin sang wartawan yang biasa meliput di Pandeglang, kas daerah Pandeglang, sebagian disumbang dari rumah sakit daerah tempat orang-orang miskin berobat, jadi apa yang mau saya tulis?

Ginanjar Hambali.
Ginanjar Hambali.

Begini tuan,saya ingin bertanya tentang makna tulisan yang tuan buat (mungkin dibantu oleh tim tuan mencari pesan yang pas seperti itu ya?), tentang pernyataan pemuda hari ini, pemimpin esok hari, apa itu sebagai bentuk pernyataan penggugah semangat pada generasi muda, bahwa esok hari kalau mau para pemuda akan menjadi pemimpin? Menurut ustazd, ketika saya ikut pengajian di kampung, bahwa setiap orang sejatinya adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya, pemimpin bagi keluarganya.Tapi, barangkali bukan itu ya, maksud pemimpin yang tertulis di baligo tuan, pemimpin yang dimaksud menjadi kepala daerah, anggota dewan, pemimpin ormas, dan banyak lagi.
Kalau benar dugaan saya, bahwa pemuda hari ini, pemimpin esok hari, ditangan merekalah nasib negeri, paling tidak provinsi ini selanjutnya. Berbagialah; tuan, lahir, besar dan berkembang di Banten, maksud saya, tuan lahir sebagai putra dari mantan Gubernur Banten Rt AtutChosiyah, cucu pengusaha sebesar Chasan Sohib, paman bibi menjadi kepala daerah di beberapa Kabupaten/kota, jadi sejak kecil tuan, sudah dirahmati kekayaan yang bejibun, bergunung-gunung, barangkali tak akan habis-habisnya tujuh turunan, jadi ketika tuan berhasrat menjadi pemimpin, maka segenap orang-orang yang melingkar dekat dengan tuan, dan juga orang-orang yang hanya kenal nama besar tuan, segera bergerak mewujudkan mimpi tuan.
Bukannya sudah terbukti, di usia yang menurut saya masih sangat muda, kalau tidak bisa disebut belia, pada usia 24 tahun, tuan sudah duduk menjadi anggota Dewan Perwakilan  Daerah (DPD), pada umur 29 tahun, sepertihanya pindah tempat duduk saja, tuan menjadi anggota DPR.Tempat yang lama, diberikan kepada adik tuan, yang juga masih belia. Selain bisa ngantor di senayan, tuan, juga memimpin sejumlah organisasi kemasyarakatan di Banten.Termasuk organisasi kepemudaan berbasis massa keagaamanya tuan.
Tuan,tanpa atau sudah disadari oleh tuan, tuan telah menjadi pemuda harapan, paling tidak harapan sebagian besar pemuda di Banten. Salah satu kelemahan tuan, kalau disebut menurut saya hanya satu, tuan sudahmenikah, jadi ini soalnya yang membuat gadis-gadis manis, dedek-dedek mahasiswi yang cantik (yang merasa tidak cantik juga boleh dong), hanya bisa membayangkan bisa mempunyai pemuda pujaan sesukses tuan. Tapi, bukankah kenikmatan hidup ketika kita punya segudang mimpi?
Mimpi itulah yang menjadi harapan sebagian besar pemuda, sebab menjadi pemimpin itu, tidak semudah tulisan yang tuan sebarkan dalam baligo, bagi para pemuda kebanyakan yang lahir dari keluarga pas-pasan, walaupun punya ide besar, seperti teman saya, Asep Saepul, Iwan Sujono, Rizki Mulyawan, Deni Surya Permana, sampai sekarang ketika umur mereka sudah mulai menua, rambut yang sudah diselimuti uban, menjadi pemimpin sekelas tuan, hanya sebatas mimpi.

Padahal kurang apa mereka, dari sejak menjadi mahasiswa sudah aktif di organisasi, setelah lulus kuliah, jungkirbalik tak karuan mengejar mimpi menjadi pemimpin, diskusi ke sana ke mari, tidak banyak juga yang melirik mereka untuk didaulat menjadi pemimpin, paling tinggi mentok menjadi pemimpin organisasi kepemudaan tingkat kecamatan, padahal hasrat mereka besar juga tuan. Pengikut mereka tidak seperti tuan, kalau pun ada paling hanya satu dua orang, itu juga dari pemuda-pemuda maaf miskin,diskusi paling kelasnya bawa motor kreditan, sialnya yang ketikasadar, para pemuda yang satu dua orang pengikut itu kemudian balik menyinyir. Jadi, tidak bisa digerakan untuk menjadi kekuatan,sebagai daya tawar bahwa mereka pemuda berkualitas.
Teman saya itu tuan, nasibnya barang kali persis seperti para mahasiswa yang sekarang sering berteriak-teriak di Jalan, menjadikan organisasi kemahasiswaan sebagai batu loncatan untuk menjadi pemimpin,akhirnya paling mentok Cuma berteriak-teriak ketika masih diperbolehkan menggunakan jas alamater, setelah lulus, sibuk kesana kemari mencari pekerjaan, sebagian bermimpi bisa menjadi pengikut atau menjadi bagian tuan, untuk mewujudkan mimpi-mimpi tuan menjadi pemimpin yang lebih tinggi. Mungkin, tuan mau menjadi gubernur? Saya duga, dedek-dedek mahasiswa yang garang-garang ketika demonstrasi di jalanan itu, berniat juga membantu tuan.
Tuan, menurut saya beruntung, persis seperti Dahnil Anzar Simajuntak, situkang kritik itu,masih muda sudah menjadi ketua pemuda muhamadiyah, tingkatn asional, sebentar lagi kabarnya beliau mau go internasional. Tapi, terus terang kali ini saya tidak mau membahas tentang Dahnil, tuan. Saya hanya ingin, menulis bahwa tulisan tuan, tentang pemudahari ini, pemimpin esok hari, bagi sebagian besar pemuda di Banten, terlihat hanya sebuah mimpi. Mimpi, sebab menjadi pemimpin hari ini di Banten, mungkin juga besok, bukan hanya sekedar punya ide-ide besar, juga harus didukung oleh modal uang yang cukup banyak.
Kembali ketuan, sekarang ini setelah menjadi pemimpin, yang saya bayangkan, tuan banyak kegiatan, tapi saran saya tuan, jangan lupa membaca buku, kalau kekurangan buku, coba pinjam buku dari Ade Irawan, buku dia lumayan banyak, terutama buku-buku tentang korupsi, tapi kalau meminjam kembalikan lagi ya, sebab dia suka cerewet kalau bukunya tidak dikembalikan, kalau masih kurang, baiknya sesekali main keRumah Dunia. Sambil leyeh-leyeh membaca buku, minta Gol A Gong, untuk mengajari tuan menulis, secara privat, pasti beliau mau mengajari tuan menulis, didatangi juga sudah pasti senang, apalagi diminta mengajari tuan. Sesekali suruh Firman Venayaksa, untuk musikalisasi puisi, di hadapan tuan.
Tapi tuan bukan kelas pemuda yang ingin baca, saking ngebetnya ingin baca lalu meminjam buku, tuan tentu bisa membelinya sebanyak yang tuan mau, kalau bisa membeli buku berbahasa asing, saya yakin tuan tidak akan kesulitan untuk membacanya, siapa yang meragukan tuan, sekolahnya saja pernah di luar negeri. Tapi, jangan karena nanti suka membaca buku, lalu tuan berganti slogan, pemuda hari ini, membaca buku, pemimpin esok hari.
Semoga tuan, ketika membaca tulisan saya ini baik-baiks aja.Pesan saya lagi, jangan lupa sholat lima waktu ya. Sebab kata, ibu saya, kalau manusia tidak sholat itu, masuk neraka. Jangan juga mabuk-mabukan, tapi saya yakin tuan tidak berani menyentuh, minuman beralkohol, sebab tuan adalah pemimpin hari ini, dan juga barangkali masih akan menjadi pemimpin untuk esok hari. Tuan, adalah teladan bagi sebagian besar pemuda Banten.(LLJ)

Ginanjar Hambali
Guru SMA di Pedalaman Banten Selatan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *