Serang,fesbukbantennews (16/9/2015) – Masih ingat dengan Nawasi (3tahun) balita penderita gizi buruk pemakan batu bata warga Kampung Cipare Idul, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang?. Anak penarik gerobak tersebut meninggalkan dunia fana ini selamanya, Rabu (16/9/2015) pagi jam 07.00 wib tadi.

“Iya, Nawasi meninggal pagi tadi, sekarang warga lagi di pemakaman, ” kata Husen, tokoh pemuda kampung Cipare Idul.
Nawasi, terang Husen, meninggal karena mengalai diare terus menerus dalam dua pekan ini. Dan dimakamkan di pemakaman umum kampung setempat.
Wasi, lanjut Husen, sejak didampingi relawan FBn berobat ke RSUD Banten sudah lepas dari kebiasaannya memakan bati bata. “Dia dalam masa pengobatan lanjutan gizi buruknya,” ujarnya.
Sejak Nawasi dihebohkan di berbagai media hingga meninggalnya, belum ada pihak Pemkot Serang yang menyambanginya.
Nawasi seorang bocah berusia dua tahun setengah yang tinggal di Kampung Cipare Idul, Desa Bendung, Kecamatan Kasemen, Kota Serang mempunyai kebiasaan aneh, hampir satu tahun enam bulan anak dari pasangan Hafsah dan Hambali yang sehari harinya bekerja menarik gerobak di Pasar Rau mempunyai kebiasan tidak lazim yaitu makan batu bata.
Wasi panggilan kecilnya, dengan perawakan kurus dan perut buncit karena sudah lama menderita gizi buruk, seperti anak anak lainnya juga makan nasi atau bubur, namun dia setiap hari paling sering makan batu bata.
Kedua orang tuanya hanya pasrah, tidak bisa berbuat apa apa untuk menghentikan kebiasan tidak lazim anaknya itu, sebab bila Wasi dilarang makan batu bata dia akan menangis.
Hamami, kakak Wasi mengungkapkan, kebiasan adiknya memakan batu bata merah saat berumur setahun.
“Uwis suwe, sing lagi umur setahun mangan batu bateu (sudah lama, dari umur 1 tahun makan batu bata,red),” kata Hamami.
Mami juga mengungkapkan, sepengetahuan dia, Wasi sering makan batu bata merah lantaran jarang ada makanan di rumahnya.”maune lakeu panganan jeh (tadinya tidak ada makanan,red), “ujar Mami.
Ia juga menceritakan, selain Wasi hoby makan batu bata, juga memiliki penyakit hepatitis. Bahkan dua kakak Wasi meninggal akibat menderita gizi buruk.
Salah seorang relawan Imam Munandar menceritakan kondisi rumah orang tua Wasi sangat memprihatinkan, tidak seperti layaknya rumah dengan dinding tembok, dinding tempat tinggal Wasi hanya susunan bata.
“Ekonomi mereka kurang mampu, dinding rumahnya cuma bata disusun bukan ditembok. Wasi menderita gizi buruk sudah lama,” kata Imam.
Yang mengejutkan,relawan baru tahu kalau Hawasi mempunyai kebiasaan “aneh” yaitu makan bata dinding rumahnya. Dengan jari kecilnya bata di “korekin”/dicongkel.
“Kalo dihalangi “gaboleh” sama orang tuanya, Hawasi “gegeluntungan”… Nangis kejeeerrr… sekarang dia dalam pendampingan Relawan FBn,” jelas Imam.(LLJ)
Tinggalkan Balasan