Tatu Terkejut, Ada Rumah Kumuh Diisi 20 Orang

0
781

Serang,fesbukbantennews.com (13/8/2015) – Ketua Umum Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Nasional Ratu Tatu Chasanah mengaku terkejut melihat rumah kumuh yang dihuni empat keluarga dengan total 20 orang. Rumah tersebut berada di Kampung Giripada, Desa Pejaten, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang.

Rt Tatu Chasanah (kanan) saat mengunjungi kediaman Rohibi.(FBn)
Rt Tatu Chasanah (kanan) saat mengunjungi kediaman Rohibi.(FBn)

Melihat kemiskinan yang terjadi pada keluarga besar Rohmanah dan Rohibi, Tatu mengaku akan berkoordinasi dengan Pemprov Banten, Pemkab Serang, dan pihak lain untuk bersama-sama turun tangan. Saat kunjungan tersebut, Tatu berjanji akan menyekolahkan seorang anak putus sekolah di keluarga tersebut. “Untuk satu anak yang tidak sekolah setelah lulus SD, saya akan berusaha agar melanjutkan ke SMP,” kata Tatu di hadapan keluarga tersebut, Rabu (12/8)

Rumah kumuh tersebut berukuran sekira 100 meter persegi beralaskan tanah, dinding bilik sudah keropos, dan atap rumbia bocor. Sanitasi lingkungan pun tidak mencerminkan rumah sehat dan layak huni. Keluarga inti adalah Siti Rohmanah yang hanya ibu rumah tangga dan Rohibi yang berprofesi sebagai pengolah lahan kebun orang lain.

Mereka punya lima orang anak, terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki. Semua anak perempuan sudah menikah dan punya anak. Rohmanah dan Rohibi pun sudah punya 10 cucu yang tinggal di rumah tersebut. Empat orang cucunya masih sekolah mulai dari SD hingga SMP. Namun satu anak, terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya.

Menurut Tatu, harus ada solusi jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan yang dialami keluarga tersebut. “Termasuk semua perempuan yang masih produktif, harus diberi pelatihan keterampilan agar bisa membuat usaha sendiri di rumah. Ini perlu kerja sama dengan pemerintah daerah,” ujarnya.
Tatu mengaku akan berupaya membuat rumah layak huni untuk keluarga tersebut. “Kami harus hitung kebutuhan untuk membuat rumah layah huni. Kami di IPSM Nasional akan berkoordinasi dengan pemda agar tidak ada tumpang tindih bantuan. Semua harus keroyokan mengentaskan kemiskinan,” ujarnya.

Rohibi mengaku sudah 23 tahun tinggal di rumah kumuh itu. Bahkan saking penuh, ia mengaku membuat gubug sekaligus tempat tinggal dirinya di kebun. “Beginilah keadaan kami. Saya harus mengalah agar semua keluarga tetap kumpul dan bisa tidur,” tandasnya.(ming/LLJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here