Siswa SDN Sampang Kabupaten Serang Belajar di Ruangan Yang Rusak Berat

0
254

Serang,fesbukbantennews.com (7/9/2016) – Siswa SD Negeri Sampang, desa Susukan,Tirtayasa, Serang, Banten belajar di ruangan memprihatinkan. Empat dari tujuh ruang kelas sekolahnya didominasi dengan dinding yang sudah jebol, atap yang bocor dengan jendela tanpa kaca dan pintu yang entah kemana serta meja kursi yang sangat terbatas.

SDN Sampang, Desa Susukan, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Provinsi Banten kondisinya memprihatinkan.
SDN Sampang, Desa Susukan, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Provinsi Banten kondisinya memprihatinkan.

Mereka terpaksa menuntut ilmu di ruangan yang mengancam mereka. Lantaran kapan saja ruangan tersebut bisa ambruk dan menimpa mereka.

Meski demikian, semangat belajar para siswa-siswi itu tidak pernah padam. Tidak tampak wajah yang gusar ataupun sedih saat harus belajar diruangan yang berdebu itu. Mereka dengan asiknya menuntut ilmu sebagaimana tugasnya sebagai seorang murid.

Salah seorang guru yang mengajar di kelas 4 dan 5 Eva Susilawati mengaku sering kali merasa was-was saat sedang mengajar dan kemudian datang angin kencang. Sebab khawatir jika ruang kelasnya roboh dan menimpa anak-anak yang sedang belajar. Selain itu, debu-debu yang ada diluar ruangan itu bisa masuk kapan saja ke dalam kelas dan mengganggu proses belajar mengajar. “Kalau hujan juga kita kebanjiran, karena bocor,”ujar Eva saat ditemui diruang kelas , Selasa (6/9/2016).
Eva, yang sudah sejak tahun 2005 mengajar tersebut mengaku prihatin dengan kondisi ruangan belajarnya. Anak-anak pun tidak jarang bertanya kepada dirinya tentang kapan akan diperbaiki ruang kelas mereka. Walau demikian anak-anak tersebut tidak pernah kehilangan semangat belajarnya, sehingga itu yang menjadi motivasinya untuk terus mengajar. “Anak-anak suka bilang kapan sekolah ini dibangun, takut banjir bu,”tuturnya.

Sebelumnya 4 ruang kelas yang rusak tersebut digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Namun karena kondisinya yang semakin parah akhirnya hanya dua ruang kelas yang digunakan. “Hanya dua ruang kelas yang dipakai untuk belajar kelas 4,5 dan 6. yang lainnya dipakai bermain saja ruangannya,”terang dia.

Sementara, Kepala SD Negeri Sampang Muhammad Rasyidi mengaku, sudah sering dilakukan survei oleh pihak dinas pendidikan kepada sekolahnya tersebut. Namun, hingga saat ini masih belum dilakukan pembangunan. Hal itu dikarenakan jumlah siswa yang ada sekolahnya hanya 56 orang dan berada dibawah jumlah minimal 70 orang siswa. Namun menurutnya, jika kondisinya tetap seperti ini orang tua siswa pun akan enggan untuk menitipkan putra putrinya di sekolah itu.

“Untuk murid tahun ini ada 56 orang siswa, dengan sekarang murid barunya ada 9 orang. Karena katanya minimal 70 siswa, tapi ini kalau ketimpa bagaimana kan,”ujarnya.

Rasyidi mengaku khawatir jika setiap hari harus melihat siswa-siswinya belajar dalam kondisi ruangan yang seperti itu. Sebab, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti jatuhnya plafon dan mengenai siswa ataupun tenaga pengajar tentu itu akan menjadi tanggung jawab sekolah.

“Tapi dari pihak sekolah juga sudah berupaya namun belum ada tanggapan jadi mau apalagi. Artinya mau dimana lagi mereka sekolah karena disini adanya. Jadi banyak yang perlu dibenahi masalah fisik sekolah, kenyamanan anak anak dan dewan guru juga,”tuturnya.

Rasyidi berharap Pemerintah Kabupaten Serang bisa membantu untuk memperbaiki fisik sekolah tersebut. Sebab, bagaimanapun kenyamanan saat belajar merupakan hal yang utama dalam menuntut ilmu. Sejak dibangunnya gedung sekolah pada tahun 1983, baru pada tahun 2007 ada pembangunan gedung untuk 4 lokal. Namun sisanya yang rusak masih harus tetap digunakan. “Kalau semuanya ada 8 ruangan dengan kantor, yang dua ruangan rusak itu masih dipakai untuk kelas 4,5 dan 6. Jadi yang 4,5 digabung,”ujarnya.

Senada, ketua Komite SD Negeri Sampang Sukemi yang mengaku prihatin dengan kondisi ruang belajar siswa tersebut. Dirinya pun bukan tanpa usaha untuk bisa melakukan rehab, sebab sudah seringkali melakukan komunikasi dengan dinas terkait namun terbentur dengan jumlah quota siswa.

“Ini merupakan sekolah inpres pertama yang ada di Susukan ini. Saya mewakili orang tua murid sangat khawatir dengan anak-anak kalau kenapa-kenapa. Saya harap pemerintah bisa melihat bahwa kami membutuhkan sekolah ini,”tukas dia.(haz/LLJ.