Selain Minta Maaf, BPPT Jelaskan Soal Kajian Gempa dan Tsunami 57 Meter di Pandeglang

0
299

Serang, fesbukbantennews.com (10/4/2018) – Sepanjang Minggu lalu, masyarakat dihebohkan dengan berita adanya potensi gempa besar dan tsunami di Pandeglang, Banten, yang bisa mencapai 57 meter. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah meluruskan informasi tersebut.

Ilustrasi Tsunami.(Google)

Menurut BPPT, potensi tsunami setinggi 57 meter akibat gempa bumi ‘megathrust’ masih berupa kajian awal. Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BPPT Widjo Kongko, menyebut kajian awal ini hanya sebatas potensi bukan prediksi, sehingga belum tentu terjadi tsunami, apalagi setinggi 57 meter.

BPPT menyebut hasil pemodelan tentang tsunami Pandeglang,Jawa Barat adalah konsumsi akademis dan bukan untuk umum.

Hal ini disampaikan BPPT menanggapi keresahan yang terjadi di masyarakat atas kabar pemodelan tsunami 57 meter di Pandeglang. BPPT juga meminta masyarakat untuk tak khawatir.

“Permohonan maaf BPPT kepada masyarakat Indonesia yang terdampak sekiranya hasil studi awal Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat, yang seharusnya hanya untuk konsumsi akademis ini, telah membuat keresahan masyarakat,” kata Widjo Kongko, Jumat (6/4) lalu.

Menurutnya, potensi tsunami di Jawa Bagian Barat itu adalah hasil kajian akademis dari simulasi model komputer dan menghasilkan berbagai variasi skenario.

BPPT menjelaskan Jawa Bagian Barat memiliki tiga blok megathrust yaitu Enggano yang berpotensi gempa sebesar M8,4, kemudian Selat Sunda sebesar M8,7 dan West-Central Java sebesar M8,7.

“Skenario terburuknya adalah jika tiga gempa bumi megathrust itu terjadi secara bersama dengan skala M9 dan menimbulkan tsunami,” kata Widjo.

Namun sekali lagi, itu baru merupakan potensi. Belum tentu akan ada gempa bumi yang menghasilkan tsunami besar. Tidak ada yang dapat memperkirakan secara tepat kapan, dimana dan tinggi tsunami.

BPPT berharap masyarakat tetap mengacu kepada informasi dari BMKG dan BNPB sebagai lembaga resmi yang mendapat mandat resmi pemerintah untuk memberikan peringatan gempa bumi dan tsunami kepada masyarakat.

Belum pernah ada tsunami 57 meter di Indonesia

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga menegaskan gempa dan potensi tsumai 57 meter itu bukanlah prediksi melainkan hanya mengungkap potensi yang bisa terjadi. Hal ini pun harus dikaji lebih lanjut dengan data ilmiah yang memadai.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menyebutkan, apa yang dilakukan BPPT tersebut adalah bentuk penelitian awal dan masih menggunakan modeling. Jadi masih perlu divalidasi.

“Itu modeling yang perlu divalidasi. Dan perlu digunakan data-data yang valid,” tegas Dwikorita.

Karena itu, dia meminta, jika informasi yang didapat, masyarakat lebih arif dalam memahami info kegempaan dan tsunami, khususnya apabila informasi tersebut belum dapat menjadi pegangan resmi yang menjadi acuan dalam upaya mitigasi bencana.

Sementara itu, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan belum ada sejarah tsunami setinggi 57 meter di Indonesia.

“Dari sisi kejadian, tsunami yang setinggi 57 meter itu belum pernah ada jejaknya,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar.

Dalam informasi resmi Kementerian ESDM yang dipantau Antara di Jember, Rudi menjelaskan dari sisi kejadiannya untuk menciptakan gelombang arus yang setinggi itu harus terjadi pergerakan bawah dasar laut yang sangat luas.

Rudi mencontohkan, saat terjadi gelombang tsunami di Aceh tahun 2004 yang lalu itu pergerakannya di bawah itu hampir 500 meter yang menciptakan tinggi gelombang tsunami tidak sampai puluhan meter. Jadi, jika tercipta gelombang tsunami yang tinggi harus terjadi gerakan yang besar di bawah.

“Hingga saat ini tidak ada yang bisa meramalkan kapan terjadinya gempa bumi. Hanya bisa menghitung kalau bergerak dari sisi ini ke sisi ini maka volumenya sebesar apa, maka airnya akan naik berapa,” ujarnya.

Rudy mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang karena ini baru hitung-hitungan secara teoritis bukan ramalan atau prediksi.(LLJ).

Sumber :merdeka.com.