Sejak Dini, Siswa Perlu Diajar Membaca Kritis

0
275

Serang,fesbukbantennews.com (24/3/20016) – “Anak-anak, ini gambar apa?” tanya Dede Ratnasari, guru kelas awal MIN Baros di hadapan siswa kelas II MIN 1 Kota Cilegon saat praktik mengajar (24/3). Siswa bersahut-sahutan menjawab pertanyaan Dede yang sedang menunjukkan sebuah buku besar (big book) dan bersampul gambar aneka binatang. Kemudian Dede melanjutkan, “Iya, benar sekali. Ini tentang kebun binatang. Siapa yang sudah pernah pergi ke kebun binatang?” Sontak siswa riuh mengacungkan jari. Setiap lembar dari buku besar berisi gambar di sebelah kanan dan beberapa kalimat di sebelah kiri. Strategi membaca bersama dengan buku besar ini ternyata mampu meransang siswa untuk menikmati bahan bacaan dengan kritis.

Dede Ratnasari sedang mempraktikkan membaca terbimbing dengan buku besar di hadapan siswa MIN 1 Kota Cilegon.
Dede Ratnasari sedang mempraktikkan membaca terbimbing dengan buku besar di hadapan siswa MIN 1 Kota Cilegon.

Dede Ratnasari adalah salah satu peserta yang mendapatkan pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran tingkat SD/MI untuk modul 3 dengan difasilitasi oleh LPTK Banten dengan USAID PRIORITAS. Pelatihan berlangsung selama tiga hari, Selasa (22/3) hingga Kamis (24/3) di Kota Serang. Peserta pelatihan berjumlah 80 orang yang berasal dari 12 sekolah sebagai mitra LPTK dan tersebar di Kota Cilegon, Kota Serang dan Kabupaten Serang. Di hari ketiga, peserta mempraktikkan hasil pelatihan atau real teaching di empat sekolah, termasuk MIN 1 Kota Cilegon.

Suhardi, Kepala MIN 1 Kota Cilegon tampak senang menyambut kelompok guru yang melakukan praktik mengajar di madrasahnya. Saat mengamati peserta di kelas awal yang sedang melakukan praktik membaca terbimbing hari ini, Suhardi mengaku terkesan. “Sudah seharusnya siswa sejak dini perlu diajar membaca kritis agar siswa tidak sekedar membaca saja,” katanya.

Pernyataan Suhardi ini juga dipertegas oleh Rifki Rosyad, Koordinator Provinsi Banten USAID PRIORITAS yang juga hadir menemani praktik mengajar. Beliau mengatakan bahwa program buku bacaan berjenjang menjadi solusi kebutuhan strategi membaca guru kepada siswa. “Setiap siswa punya tingkat kemampuan membaca yang berbeda-beda, meski dalam tingkat kelas yang sama. Jika sejak dini, siswa sudah diajarkan membaca kritis, tentu akan menghasilkan siswa yang berpikir kritis pula,” ujar Rifki di sela-sela pelatihan.

Selain melatih penggunaan buku bacaan berjenjang untuk peserta kelas awal, dalam pelatihan ini peserta di kelas tinggi didorong untuk memperkuat ketrampilan informasi siswa. “Total peserta ada delapan puluh orang. Peserta yang berasal dari guru kelas awal sekitar tiga puluh orang dan sisanya adalah guru kelas tinggi,” kata Naf’an Tarihoran, Spesialis Pengembangan LPTK Banten USAID PRIORITAS sekaligus ketua panitia. “Fasilitator dalam pelatihan adalah para dosen IAIN SMH dan UNTIRTA. Untuk kelas awal, peserta dilatih penggunaan buku bacaan berjenjang sedangkan peserta dari kelas tinggi diajarkan ketrampilan informasi. Jadi guru tidak hanya mengajar saja, tetapi siswa terampil menulis laporan hasil pembelajaran di kelas, misalnya laporan percobaan IPA, laporan pengamatan masalah sosial di IPS dan sebagainya,” kata Naf’an menjelaskan. Usai pelatihan, USAID PRIORITAS  berencana  akan menghibahkan buku bacaan berjenjang kepada sekolah mtira LPTK USAID PRIORITAS Banten.

Buku bacaan berjenjang adalah salah satu program dari USAID PRIORITAS bekerjasama dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI). Program ini bertujuan untuk membantu guru dalam mengembangkan keterampilan dan minat siswa, khususnya siswa kelas awal, untuk membaca. Buku Bacaan Berjenjang dibagi menjadi enam tingkatan atau jenjang kesulitan, mulai dari yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai dengan tingkat kesulitan yang semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca.(LLJ)
Kiriman: Ana Usaid Prioritas Banten