Sebanyak 26,6 Persen Balita di Banten Alami Stunting, Penyebabnya SKM

0
215

Serang,fesbukbantennews.com (30//4/2019) – Sebanyak 26,6 persen dari sekitar 1 juta balita di Banten, menderita stunting. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan gizi dan pemberian Susu Kental Manis (SKM) oleh orang tuanya. Dan wilayah tertingi penderita stunting, ada di Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Talkshow Edukasi Gizi Berkesinambungan guna Mengawal dan mewujudkan generasi emas, di Poltekes Aisyiyah ,Kramatwatu, Seran, Selasa (30/4/2019).

“bahwa masyarakat kita banyak memberikan MP (makanan pendamping) ASI nya itu banyak pada anak-anak yang macem-macem, tidak berkualitas, buhur campur kecap, susu formula salah satunya SKM,” kata Tiara Luthfie, Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi, pada Dinkes Banten, saat ditemui di Poltekes Aisyiyah , Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (30/04/2019).

Penderita stunting di Banten telah turun dibandingkan tahun 2017, sebanyak 29,6 persen. Pola penanganannya, dengan memberikan makanan tambahan selama tiga bulan pada balita dan ibu hamil.

“Saya sangat tidak menganjurkan anak dibawah 2 tahun (diberikan SKM), karena kandungan gulanya sangat tinggi,” terangnya.

Berbagai merek SKM, sudah ada yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1922. Mereka masuk menggunakan branding sebagai susu yang bergizi.

Faktanya, kandungan gula mencapai 50 persen. Sedangkan nutrisinya dibawah 1 persen. Ditambah, mereka mengiklankan diri sebagai minumam bergizi, bernutrisi dan menyehatkan.

“Di label mereka rubah menjadi creamer, pemanis sebagainya. Tapi sosialisasi dibawah, mereka mengiklankan sebagai susu,” kata Arief Hidayat, Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), ditempat yang sama, Selasa (30/04/2019).

SKM sejatinya merupakan bukan susu dan bukan minuman bergizi. Melainkan untuk pemanis makanan dan minuman. Sesuai Keputusan BPOM dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes).

“Iklannya minum susu, bernutrisi. SKM itu justru untuk toping,” terangnya.

Sedangkan menurut Majelis Kesehatan (MK) pimpinan pusat Aisyiyah, masyarakat Indonesia bisa dengan mudah dan murah mendapatkan protein.

Pendidikan gizi dan pola hidup sehat harus dilakukan oleh semua pihak, tidak hanya tugas pemerintah.

“Gizi bisa dari tahu, tempe, yang sudah menjadi budaya di kita. Tidak harus daging dan ikan kalau mahal. SKM itu tidak untuk memenuhi gizi bayi,” kata Chaerunnisa, Ketua MK Pimpinan Pusat Aishiyah, ditempat yang sama, Selasa (30/04/2019).(LLJ).