Seba Baduy 2015, Diikuti 2.000 Warga Baduy

0
741

Lebak,fesbukbantennews (25/4/2015 – Sekitar dua ribu warga suku Baduy Dalam dan Luar melakukan tradisi tahunan bernama Seba Baduy semenjak Jum’at 24 April 2015 lalu.

Tampak seorang warga menyaksikan kedatangan warga Baduy dalam di Stadion Ciceri,Kota Serang.
Tampak seorang warga menyaksikan kedatangan warga Baduy dalam di Stadion Ciceri,Kota Serang.

Seba Baduy sendiri merupakan tradisi dimana suku Baduy memberikan hasil bumi, menyampaikan keluhan, dan memberi masukan kepada pimpinan tertinggi di Provinsi Banten yang kini dipimpin oleh Rano Karno.

Rano Karno karena laki-laki, maka disebut sebagai Abah Gede (Bapak besar) nya Suku Baduy, “Kalau jaman dulu (zaman penjajahan dan kerajaan), Karesidenan Banten kan ada di Serang, makanya kita silaturahmi kesana ketemu pimpinan,” kata Jaro (kepala desa) suku baduy luar, Saija, di Kabupaten Lebak, Sabtu (25/4)

Tahun ini, suku baduy melaksanakan Seba Gede (besar) yang dilakukan setiap dua tahun sekali, dimana tahun 2014 lalu merupakan Seba Leutik (kecil).

Hasil bumi yang dibawa oleh Suku Baduy berupa beras ketan, beras biasa, pisang, gula aren, sirih, sayuran, dan berbagai macam hasil bumi lainnya.

Hasil bumi yang mereka bawa, di angkut menggunakan mobil pick up bagi suku baduy luar. Sedangkan untuk suku baduy dalam, mereka membawanya dengan berjalan kaki dari terminal Ciboleger, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak menuju Pendopo Gubernur Banten yang berlokasi di Jalan Brigjen KH. Syam’un, Kota Serang sejauh 180 kilometer.

Dalam acara Seba ini, selain memberikan hasil bumi, suku baduy dalam dan luar pun akan menyampaikan keluhan dan memberi masukan kepada pimpinan tertinggi di Banten atau biasa disebut Abah Gede.

“Ada pembicaraan, menyampaikan keluhan-keluhan sama masukan kakolot (orang tua) suku Baduy ke Abah Gede (pimpinan di Banten Rano Karno),” terangnya.

Suku Baduy Dalam yang berjalan kaki untuk sampai ke Pendopo Lama Gubernur Banten melewati sawah, sungai, dan hutan tanpa alas kaki. Karena menurut mereka, tanpa alas kaki, manusia dan alam dapat bersatu saling menghargai.

Suku Baduy Dalam mulai meninggalkan perkampungannya semenjak hari Jum’at 24 April 2015 kemarin sekitar pukul 05.00 wib. Ditengah perjalanan, tepatnya disungai Cigolear, mereka ‘Mensucikan Diri’ agar selama diperjalanan tak ada aral melintang atau kesulitan.

“Abis makan pagi (sarapan), kita makan ‘rajah’ (makanan yang dibungkus dengan daun talas), menginang yang udah di doakan dulu satu malam sebelumnya biar selamat,” kata ketua adat suku baduy dalam, Ayah Mursid, Sabtu (25/4).

Tradisi pensucian diri ini bernama prosesi adat Damarwilis. Prosesinya mirip dengan mandi lalu berwudhu dalam agama Islam.

“kalau bebersih maksudnya agar kita (suku baduy dalam) menjalankan Seba ini, agar segala kekurangan dan kesalahan kita (suku baduy dalam) dapat di maafkan oleh yang maha besar (Tuhan),” terangnya.

Awak media yang berusaha mengikuti jalan kaki suku baduy dalam kesulitan untuk mengejar dan mengikuti jalur yang mereka lewati. Suku baduy dalam ini terlihat sangat ringan dan tak nampak kelelahan dalam berjalan tanpa alas kaki apapun.

“jalan kaki lewat jalan setapak, lewat sungai sama jalan khusus yang udah jadi tradisi, yang udah di jalankan dari dulu (nenek moyang suku baduy dalam),” tegasnya.

Perlu diketahui bahwa, yang boleh mengikuti tradisi adat Seba Baduy hanya kaum laki-laki yang sudah dewasa saja. Dimana, kamu wanita dan anak-anak harus menjaga rumah dan ladang mereka. Berdasarkan data tahun 2010, penduduk baduy dalam dan luar berjumlah 11. 172 jiwa.(dhyie/LLJ).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here