Satu Juta Muslim Uighur Ditindas di China, Ribuan Muslim Banten Gelar Aksi

0
324

Serang ,fesbukbantennews.com (21/12/2018) – Etnis Uighur kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah pemerintah China dikabarkan menahan satu juta suku minoritas tersebut di kamp penahanan indoktrinasi. Para etnis Uighur itu dilaporkan dipaksa mencintai ideologi komunis.

Aksi bela Muslim uighur di Kota Serang Banten , Jumat (21/12/2018).

Sebagai bentuk solidaritas sesama muslim , sekitar seribu umat muslim Banten menggelar aksi dengan longmarch dan orasi dimulai dari mesjid Attsauroh ,pegantungan , royal lalu di Alun-alun kota Serang, Jumat (21/12/2018).

Ketua Dewan FPUIB Banten Ustadz Enting Abdul Karim mengungkapkan, meski sempat dipersulit dalam hal perizinan namun, aksi solidaritas belam umat mulis Uyghur yang diikuti oleh ratusan santri dan kiai di Banten ini dapat berjalan dengan aman damai dan tertib di tengah terik matahari.

“Sebenarnya ada juga, saya tidak tahu yah permasalahannya apa kemarin sempat ada kendala sedikit asumsi yang disematkan oleh teman-teman kepolisian,” kata Ustad, Enting ,Jumat (21/12)

Kejadian itu terjadi saat FPUIB memberikan surat pemberitahuan, namun oleh kepolisian dianggap salah persepsi.

“Padahal kita hanya menyuarakan ini lah suara kita, umat Islam Banten. Tapi Alhamdulillah akhirnya diizinkan juga. Saya mengapresiasi Dir Intelkam Polda Banten yang langsung mengambil alih STTP dan perizinannya dari Polda Banten,” ucapnya.

Aksi bela Muslim uighur.

Meski demikian, dikatakan Enting, hal itu tidak menyurutkan semangat solidaritas umat muslim Banten untuk mendesak pemerintah Indonesia bersikap tegas kepada negara Republik Rakyat Cina (RRC)

Desakan itu muncul akibat terjadinya tindakan persekusi, intimidasi dan diskriminasi serta pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah RRC terhadap umat Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang.

“Saat ini sudara kami muslim Uyghur di Provinsi atauXinjianh sedsng mengalami penindasan dan penyiksaan dslam kamp-kamp penjara yang dilakukan oleh pemerintah komunis China telah melampaui batas kemanusiaan,” paparnya.

Mirisnya, lanjut Enting, kaum musl Uyghur dipaksa untuk meninggalkan agama Islam dan mengakui ateisme serta komunisme sebagai penggantinya.

Tindakan kekerasan dan kesewenangwenangan pemerintah Cina dengan berdalih memerangi ekstrimisme dan terorisme yang di tud8hkan keada muslim Uyghur telah melukai hati umat muslim yang ada dimuka bumi ini.

Maka, atas dasar itu FPUIB bersama Ormas, kiyai dan satri dan seluruh umat Islam di Banten mengecam tindakan hal seperti itu.

“Kami mengutuk keras tindakan keji dan biadab pemerintahan komunis Cinadan meminta Kepada para pimpinan negri kaum muslimin yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tapi untuk menekan pemerintah Cina,” tegasnya. (Ocid)

Dikutip dari situs CNNIndonesia, etnis Uighur kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah pemerintah China dikabarkan menahan satu juta suku minoritas tersebut di kamp penahanan indoktrinasi. Para etnis Uighur itu dilaporkan dipaksa mencintai ideologi komunis.

Berdasarkan kesaksian mereka, otoritas China terus melakukan penahanan massal sewenang-wenang terhadap Uighur dan minoritas Muslim lain di Xinjiang sejak 2014 lalu.

Pemerintah China sendiri memaksa etnis Uighur masuk ke kamp khusus dengan alasan tidak normal sehingga harus dimasukkan ke kamp untuk ‘mendidiknya’ agar kembali normal.

Mereka menyangkal tudingan pelanggaran HAM dan menyatakan kamp itu cuma bagian dari “pelatihan.”

Pemerintah China dikenal berlaku diskriminatif terhadap wilayah Xinjiang dan etnis Uighur yang memeluk agama Islam. Mereka kerap memberlakukan aturan tak masuk akal, seperti melarang puasa saat Ramadhan, menggelar pengajian, hingga salat berjamaah.

Pemerintah China melakukan itu semua dengan alasan untuk mencegah penyebaran ideologi radikal di kalangan etnis Uighur. Namun, dari sisi etnis Uighur, mereka menyatakan justru perlakuan pemerintah China yang memicu radikalisme dan ekstremisme.

Berbeda dengan penanganan isu Rohingya, pemerintah Indonesia dinilai tidak vokal bahkan cenderung diam melihat persekusi yang dialami etnis Uighur.

Hingga kini, Jakarta tidak pernah secara tegas menyatakan kecaman atau kekhawatiran terhadap isu ini meski baru-baru ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Indonesia menolak segala bentuk pelanggaran dan penindasan HAM.

Kendati demikian, menurut JK, pemerintah Indonesia tak bisa ikut campur terkait permasalahan yang terjadi karena itu adalah urusan dalam negeri China.

“Kalau masalah domestik tentu kita tidak ingin campuri masalah itu,” ujar JK di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (17/12).(LLJ).