Safiah , Sang Penjaga Kidung untuk Bayi Baru Lahir di Kota Serang

0
874

Serang,fesbukbantennews.com (21/1/2019) – Safiah (65 tahun) merupakan orang yang paling dicari saat ada anak bayi di Taktakan kota Serang lahir. Karena setelah bayi dicukur Safiah akan mengidunginya dengan nyanyian berisi pesan bagi sang bayi.

Safiah , penjaga kidung saat melantunkan kidung untuk anak Darma Wijaya.

Bismillahirohmanirrohim
Kun sampulun kami amit kabuka bumi tabi kabuka bali lemas kabuka
lembur danggalur kasenangan luhur handapken//

Suara Safiah terdengar merdu menyanyikan beberapa bait kidung itu
dengan lagu seperti membaca syaikh, tradisi ketika akan menempati
rumah baru. Safiah nampak khusyuk dengan tugasnya yang sudah ia jalani
semala bertahun-tahun itu. Di tengah-tengah kidung yang ia nyanyikan
Safiah kemudian melemparkan beras berisi uang kepada sejumlah anak
yang berkumpul di luar rumah tetangganya yang baru memiliki bayi yang bayinya sedang ia kidungi. Setelah itu Safiah kembali meneruskank idungnya.

Aja wani-wani maring ibu nira//
Aja wani-wani maring bapak nira//
Aja wani-wani maring dulur nira//

Begitulah yang Safiah lakukan ketika ada bayi baru lahir yang
dikidunginya. Biasanya proses kidung dilakukan dengan cara mengayun
bayi di atas ayunan. Mulutnya akan terus bernyanyi kidung selama
proses tersebut.

Namun bila di rumah pemilik bayi tidak memungkinkan
dibuat ayunan, kidung hanya dibacakan di bayi yang diletakkan tidur di
tempat tidurnya.

Safiah mengaku tidak pernah menghitung sudah berapa lama ia melakukan
tugasnya untuk ngidung bayi. Yang jelas sudah bertahun-tahun lamanya.
Yang ia ingat, ia mendapatkan bacaan kidung dari seseorang bernama
Syam, yang merupakan warga Krenceng, Kecamatan Taktakan.

Saat itu Safiah yang pandai memijat sedang memijat Syam di rumahnya. Lalu Syam
bertanya kepadanya apakah sudah bisa ngidung. Ia menjawab belum dan
setelah itu Syam langsung menuliskannya di sebuah buku. Kidung itu ia
hafal sampai di luar kepala. Saat ini buku itu hilang entah ke mana
namun ia bangga sudah mampu mengingatnya di luar kepala.

“Kidunge ditulisaken nang Kang Syam terus takawang trus keawang
(kidungnya dituliskan oleh Syam lalu saya hafal dan sekarang
hafal-red),” kata Safiah, warga Kampung Pereng Langgar, Kelurahan
Cibendung, Kecamatan Taktakan, beberapa waktu lalu.

Safiah kerap diminta oleh warga di kampungnya atau di kampung lain di
Taktakan bahkan Serang untuk ngidung. Warga yang pernah menggunakan
jasanya biasanya warga di Sulam, Silandak, Cibetung, bahkan Sayabulu.

Kidung berisi proses penciptaan bayi dari sejak masih merupakan sperma
sampai dengan lahir. Ia juga berisi pesan agar sang bayi berbakti kepada orang tua mereka.

Kidung yang menggunakan bahasa Jawa Serang dan bahasa Sunda Banten itu sebenarnya tidak sepenuhnya dipahami
kata-katanya secara detail seluruhnya oleh Safiah sendiri. Hanya beberapa bagian yang dimengertinya secara garis besar.

Safiah mengaku saat ini tidak ada lagi orang yang bisa ngidung selain dirinya. Keempat anaknya yang seluruhnya perempuan juga sampai saat ini tidak ada yang mau belajar kidung.

Sementara yang lain tidak ada
lagi yang bisa ngidung. Ia tak tahu apakah nanti tradisi kidung akan hilang atau masih ada. Namun ia berharap ada salah satu anaknya ada yang mau belajar kidung dan meneruskan tradisi ini.

Darma Wijaya, salah seorang warga perumahan Safira Serang, Kelurahan
Sepang, Kecamatan Taktakan, mengaku menggunakan jasa Safiah untuk
mengidungi anak keduanya bernama Erlangga Wijaya. Kebetulan istrinya
merupakan warga Kampung Pereng Langgar yang memiliki tradisi ngidung.
Ia mengaku tidak sepenuhnya paham isi kidung itu.

Namun berdasarkan
penuturan mertuanya kidung tersebut bertujuan agar anak selamat dunia
dan akhirat. (Masjoko/LLJ)