Refleksi Pancasila Melalui Pendidikan Karakter (oleh : kang Opan*)

0
186

Serang,fesbukbantennews.com (1/6/2016) – INDONESIA adalah sebuah negara besar yang berdaulat atas segala bentuk penjajahan. Kurang lebih 71 tahun rakyat Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara yang merdeka dan diakui oleh berbagai negara di dunia. Dimana Pancasila sebagai dasar negaranya yang terlahir dari seorang “penggali” Pancasila yaitu Soekarno. Seorang tokoh yang luar biasa yang memiliki karakter tegas dan khas sehingga Indonesia sangat disegani oleh negara manapun.

Kang opan
Kang opan

Berbagai keunikan yang ada di negeri ini mulai dari komponen kekayaan yang dimiliki Indonesia dapat dikategorikan sangat mlimpah, tanah yang subur, air yang melimpah, udara yang segar, kekayaan sumber energi dan mineral yang melimpah semuanya memberikan keunikan terhadap bangsa ini. Namun disisi lain kondisi realita yang dialami bangsa ini tak kalah unik karena menyangkut konteks sosial budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun bangsa ini kaya akan hasil alam namun rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera.

 

Banyak orang yang bertanya, “apa yang salah dengan bangsa ini?’ sehingga dalam berbagai perspektif banyak jawaban dari hasil hipotesisnya masing-masing. Beberapa hal yang bisa kita renungkan dari indikasi yang salah dengan negeri ini yaitu:
1. Kondisi moral yang ruksak dikalangan generasi muda.
Hal ini bisa kita lihat dari berbagai kasus yang terjadi seperti kasus bulying adik kelas oleh kakak kelas SMA 3 Jakarta Selatan, pembunuhan dosen Umsu oleh mahasiswanya, pembunuhan mahasiswi UGM dalam toilet oleh teman korban, dan pemerkosaan siswi SMP bernama Yuyun oleh 14 orang pemuda mabuk di Bengkulu. Betapa buruknya moral seglintir manusia khususnya generasi muda yang melakukan tindakan tersebut. Dan sudah seharusnya pemerintah bersikap tegas terhadap para pelaku kejahatan tersebut.
2. Pengangguran terdidik yang menghawatirkan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran terdidik hingga tahun Agustus 2015 mencapai 7, 56 juta jiwa yang terbagi atas: SD (2,74%), SMP (6,22%), SMA/MA (10,32%), SMK (12,65%), Diploma (7,54%), dan Sarjana (6,40%). Hal ini membuktikan bahwa untuk membangun Indonesia tidak cukup dengan pendidikan saja namun dibantu dengan sedikit keberuntungan.
3. Ruksaknya moral bangsa yang akut.
Menjamurnya tingkat KKN di Indonesia sudah bukan hal yang aneh bagi negeri ini Lembaga Transparancy Internasional (TI) merilis data indeks persepsi korupsi di dunia 2015 bahwa dari 168 negara, Indonesia menempati peringkat 88 negara terkorup di dunia. Sungguh hal yang luar biasa. Selain itu tingkat kriminalitas di Indonesiapun cukup subur, mulai dari pembunuhan, pemerkosaan, hingga anak memutilasi orang tuanya pun hinggap di Indonesia.
Dari berbagai fenomena yang nyata tersebut sangat jelas Pancasila belum mampu merefleksikan dengan seutuhnya dengan penghuni bangsa ini dan membutuhkan sebuah pembentukan sebuah sistem yang mendasar, salah satunya sistem pendidikan yang serius dan berproses. Salah satunya dengan cara pembentukkan Pendidikan Karakter.

 

Menurut Fakry Gaffar, Pendidikan Karakter adalah “sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehinga menjadi satu perilaku kehidupan orang itu.” Dimana tujuannya tak lain adalah:
1. Membentuk karakter berkeTuhanan
2. Membentuk watak yang ditumbuh kembangkan dalam kepribadian.
3. Membentuk peradaban pendidikan.
4. Membentuk karakter, moral, sikap, dan perspektif hidup Pancasilais.
Dalam pendidikan karakter diharapkan tingkat mentalitas generasi muda Indonesia dapat terbentuk dengan baik, sehingga generasi emas Indonesia dapat terwujud. Indonesia harus bangkit dari berbagai keterpurukan ini, dan generasi muda merupakan ujung tombak dari kemajuan sebuah bangsa. Pada hari lahirnya “istilah” Pancasila ini, mari kita sama-sama berjuang mewujudkan generasi yang jujur, berkarakter, tegas.(LLJ)

 
*Opan Ahmad Solihin/kang opan, guru di Pandeglang