Peserta Seba Baduy Tahun ini Lebih Sedikit dari Seba Baduy 2016

0
168

Serang,fesbukbantennews.com (29/4/2017)- Meski Sebagai Baduy Tahun 2017 ini  disebut Seba  Gede , namun warga Baduy yang melakukan Seba ke bapak gede lebih sedikit dari tahun 2016. Warga Baduy yang mengikuti ritual Seba  untuk tahun 2017 sebanyak 1658  warga Baduy.Sementara pada tahun 2016 warga Baduy yang lakukan seba sebanyak 1.839.

Pj Gubernur Banten Nata Irawan menerima cindera mata Dari perwakilan Warga Baduy.(foto: humas Pemprov Banten)

Padahal, pekan kemarin, Kepala Dinas Pariwisata Banten Eneng Nurcahyati kepada wartawan mengatakan warga Baduy yang akan mengikuti Seba sebanyak 2000 warga.

“Dua ribu warga Baduy tahun ini akan mengikuti seba baduy, nantinya prosesi akan diawali di Kabupaten Lebak dan dilanjutkan ke Provinsi, (Banten)” kata Rabu (19/4/2017).

Sementara , Sabtu (29/4/2017) malam tadi,1658 warga Baduy luar dan baduy dalam bertemu dengan Bapak Gede atau Penjabat Gubernur Banten Nata Irawan di Museum Banten (Ex-Pendopo Lama Gubernur Banten)  Jl. KH. Brigjen Syam’un No 5, Kota Serang.

Secara simbolis ritual adat tahunan tersebut ditandai dengan ungkapan seba atau salam dalam bentuk sejumlah pernyataan atau permohonan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten. Dalam ungkapan atau permohonan tersebut, mereka meminta pemerintah agar bisa menjaga alam, dan kelestarian hutan serta menegakan hukum demi ketentraman dan keselamatan masyarakat.

Kata-kata permohonan dalam ritual tersebut disampaikan oleh tokoh adat baduy yang mewakili 12 tokoh adat masyarakat Baduy atau PutraJaro Tangtu 12, yakni ayah Saididengan menggunakan bahasa sunda. Setelah menyampaikan permohonan tersebut, secara simbolis mereka juga menyerahkan sejumlah barang bawaan berupa hasil bumi atau hasil pertanian seperti, beras, pisang, gula merah, dan lainnya. Hasil bumi ini secara simbolis diserahkan kepada Penjabat Gubernur Banten Nata Irawan.

Penjabat Gubernur Banten Nata Irawanmengatakan, seba baduy senantiasa harus terus dilestarikan dan diselenggarakan setiap tahunnya, mengingat tradisi ini mengandung makna pengakuan dan silaturahmi dari masyarakat terhadp pemerintahnya.

“Malam ini saya sangat terharu dan bangga karena berada ditengah-tengah masyarakat yang kukuh pada tradisi budaya leluhurnya, yakni masyarakat mandala kanekes baduy yang sedang melaksanakan talari budaya karuhunnya (leluruhnya),” kata Nata.

Menurut Nata, tradisi ini bukan saja menarik dari sisi budaya dan pariwisata, namun ada amanat terkait pelestarian lingkungan alam yang patut dicerna bersama, dimana pelestarian lingkungan alam adalah hal yang patut menjadi perhatian semua pihak.

“Tentu kami (Pemrov Banten)  akan bersama-sama dengan pemerintah kabupaten/kota menjaga banten, terutama kelestarian alam yang ada dibanten agar tetap menjadi lestari,” ucapnya.

Seba Baduy merupakan upacara adat tradisi sakral asli dari warga Baduy yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Seba ini merupakan peristiwa budaya, bahkan sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak jaman kesultanan Banten

“Banyak hal yang patut kita tiru dari kearifan lokal saudara kita dari kanekes ini, seperti falsafahhidup ‘lojor teu meunang diteukteuk, pondok teu meunang disambung’ yang berarti makna hidup apa adanya, tidak menambah atau mengurangi,” ucap Nata.

Ritual Seba Baduy, lanjut Nata diadakan setahun sekali sesuai peninggalan leluhur Baduy, ritual seba sendiri berarti mendatangi atau berkunjung kepada pemimpin mereka atau ibu gede yang tidak lain Bupati Lebak dan bapak gede yaitu Gubernur Banten.

“Mari kita jadikan seba baduy in menjadi momentum perenungan kiprah kita dalam pembangunan, serta ketertakitannya denganbudaya peninggalan pendahulu kita,” kata Nata.(LLJ).