Perlawanan Kyai di Banten Pada Abad Modern (oleh : Lhoe-Lhoe Jhe*)

0
194

Perlawanan Kyai di Banten.(LLJ)

Judul :  Perlawanan Kiyai di Banten (Epik Modern Pesantren Salafiyah)

 

Penulis :  Ikhsan Ahmad

 

Penyunting :Dr. Ing .Rangga Galura Gumelar

 

Penerbit :  Pustaka Empat Lima

 

Cetakan :  Pertama, Desember  2016

 

Tebal :  138 halaman

 

ISBN :  978602974646

 

 

Sudah sangat lama di Banten tidak  memiliki literasi dmengenai perlawanan Kyai dalam memperjuangkan hak rakyat. Entah itu  petani atau pun santri.

 

Setelah 30 tahun setelah buku tragedi Berdarah 1988 Ki Wasyid yang ditulis A Hamid pad 1987 lalu,kini muncul buku yang mendokumentasikan perlawanan Kyai di Banten menentang kesewenang-wenangan perizinan yang dilakukan pemerintah juga pengusaha,mengenai razia warteg yang buka siang hari di bulan ramadhan, dan mengenai memilih pemimpin non muslim,yakni buku “Perlawanan Kyai di Banten,Epik Modern Pesantren Salafiyah”.

 

Dalam buku sebanyak 138 halaman yang diterbitkan Desember 2016 oleh Pustaka Empat Lima,sangat faktual. Mendokumentasikan gerakan-gerakan perlawanan Kyai di Banten yang kasusnya saat ini  masih terjadi.Bahkan,mengenai beraninya Kyai di Banten ” melawan  arus” pemikiran Majlis Ulama Indonesia (MUI) pun tersaji dalam buku ini.

 

Meski penulis tidak berniat menjadikan buku ini  sebagai buku sejarah kisah-kisah heroik Kyai di Banten,namun membaca buku ini  akan terekam pada diri kita betapa beraninya para Kyai di Banten relawan ketimpangan-ketimpangan di tanah Banten ini. Dengan cara yang lebih elegan dan Tampa menghilangkan kecintaanya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kyai ,santri,warga serta  Majlis Pesantren Salafiyah (MPS) Banten dalam buku tersebut tak pernah lelah memperjuangkan warga Baros (Kabupaten Serang) dan  Cadasari (Pandeglang) yang haknya terampas akibat  rencana pendirian pabrik air mineral oleh PT Tirta Fresindo Jaya.

 

Warga banyak yang diintimidasi sehingga menjual tanahnya untuk pabrik tersebut. Tanah-tanah di sekitar  Baros dan Cadasari banyak yang mengering Akibat ditutupnya Sumber air oleh PT TFJ. Hasil panen berkurang dan warga yang mayoritas santri dan petani kekurangan air. Padahal kegiatan PT TFJ tersebut banyak melanggar undang-undang Dan membuat warga sekitar  sangat resah.

 

Perlawanan para Kyai di Banten bukan hanya dengan cara unjukrasa saja,mereka melakukan dengan cara diskusi,seminar audiensi dengan DPRD dan  DPR,bahkan mereka mengirimkan Surat pernyataan penolakan ke President RI,meskipun belum terlihat hasilnya.

 

Dalam buku ini  juga terungkap,timpangnya Polda Banten dalam menyikapi laporan warga dalam kasus PT Tirta Fresindo Jaya. Sejak tahun 2014 warga lapor ke Polda Banten saat dipimpin Badrodin Haiti,laporan tersebut sepi saja. Namun saat PT TFJ melaporkan warga,Polisi bergerak cepat (Perlawanan Kyai di Banten,hal 54).

 

Buku Perlawanan Kyai di Banten,juga mendokumentasikan  perlawanan Kyai melawan kapitalisme pendidikan dengan cara mendesak pemerintah mengeluarkan Perda Pesantren Salafiyah.

 

Dasar mendesak agar pemerintah mengeluarkan Perda Pesantren Salafiyah, melihat kondisi pendidikan di Banten yang karut marut,modernisasi menjadi legitimasi pabrikasi lembaga pendidikan tanpa karakter dan  moral.

 

Namun,tidak semuanya mengerti akan pentingnya melestarikan Pesantren Salafiyah yang ada sejak negara Indonesia didirikan.Terutama pemerintah,baik eksekutif maupun legislatif. Sehingga hingga saat ini  belum juga terwujudkan Perda Pesantren Salafiyah.

 

Masih ingat Saeni..? pemilik Warteg di kawasan Pasar Tau, Cikepuh,Kota Serang? Beritanya  begitu viral,sehingga mendapat bantuan ratusan juta Dari netizen dan 10 juta  dari Presiden RI Jokowi.

 

Momen  itulah yang digunakan para pihak yang ingin mencabut Perda no 2 tahun 2010 tentang razia warung makan yang buka pada bulan puasa.

 

Oleh karena itu, Kyai dan antri di Banten melakukan perlawanan dengan melakukan aksi pada 16 Juni 2016 di depan Gedung DPRD Kota Serang. Mereka menolak dengan tegas kabar rencana pencabutan Perda tersebut.padahal sudah lama diterbitkan Perda tersebut Dan tidak ada masalah bagi warga.

 

Bahkan,umat non Muslim lah yang memprovokasi dengan cara syuting di TV pada siang hari makan di warteg (jam berlakunya Perda larangan buka di siang hari)  yang seolah-olah dengan sengaja menantang umat  Islam.

 

Bukan hanya membahas masalah di Banten,buku ini  juga menyajikan fenomena pemilihan Gubernur DKI.Lantaran Pilgub DKI bukan saja menyedot perhatian publik  pada prose’s perseteruan realitas politik . Namun juga sudah menyangkut akidah umat  Islam. Sehingga dalam buku tersebut diungkapkan pernyataan Kyai di Banten mengenai memilih pemimpin Non Muslim.

 

Satu hal di buku tersebut yang saya harus digarisbawahi,yakni adanya ketidaksetujuan dan bisa dikatakan perlawanan Kyai di Banten terhadap keputusan MUI 24 Syawal 1396 H/18 October 1976,mengenai proses penyembelihan sapi boleh ditembak kepalanya untuk dipingsankan supaya mudah disembelih.

 

Jika MUI melalui komisi fatwanya membolehkan sapi sebelum disembelih dipingsankan terlebih dahulu agar proses penyembelihan mudah. Kyai di Banten melalui MPS dengan tegas menolak fatwa MUI tersebut dengan menyertakan alasan syar’i juga dari  pendapat ahli kesehatan.

 

Pernyataan penolakan tersebut bukan berdasarkan Carita burung atau opini di media.Tapi sepuluh kyai di Banten melakukan investigasi langsung di salah satu tempat pemotongan hewan di kota Serang. Ke sepuluh kyai tersebut menyaksikan langsung tempat jagal sapi. Mereka melihat alat untuk menembak sapi sebelum disembelih.

 

Dari hasil investigasi,bahwa para tukang jagal melakukan penembakan kepala  sapi sebelum disembelih adalah syarat wajib. Sebab sapi-sapi yang mereka potong didatangkan dari  Australia Dan jika mau terus dipasok sapinya,makan harus mengikuti aturan Australia,yakni menembak kepalanya sebelum disembelih.

 

Padahal menurut pakar dari Jerman,profesor Wilhelm Schulze,hasil kajiannya perlakuan mengenakan kejutan listrik ke hewan sebelum disembelih seperti yang dilakukan pihak Barat mendatangkan kesakitan pada hewan. Bahkan mempingsankan hewan dengan cara menembak kepalanya akan menyebabkan dagingnya berpenyakit jika yang disembelihnya tersebut memilki penyakit seperti penyakit sapi gila.

 

Saya berharap buku ini dicetak banyak,lantaran banyak sekali hal-hal yang belum diketahui oleh khalayak.Dan juga sebagai pencerahan Serta kebangkitan kembali literasi mengenai perlawanan Kyai di Banten.

 

Buku yang ditulis oleh Dosen mata kuliah politik Dan komunikasi politik ,prodi ilmu komunikasi,FISIP Untirta Banten ini  memang sangat menarik judul dan  penyajiannya. Bahkan disertakan juga data-data yang faktual beserta fotonya. Namun sayang, desain sampulnya kurang nenarik.

 

Akan tetapi,membaca buku ini  selain bertambah pengetahuan,juga kita bisa tahun,bahwa Kyai di Banten di abad modern ini  masih menjaga kearifan lokal. yakni dengan berjuang mempertahankan Pesantren Salafiyah.(LLJ)

 

*lhoe-lhoe Jhe: Relawan dan  Warga Kota Serang,Banten.