Pembangunan Yang Tak Hanya Merias Wajah Kota (Oleh : Mokhlas Pidono*)

0
152

Serang,fesbukbantennews.com (6/5/2017) – Sejatinya, pembangunan itu merata. Karena hak untuk sejahtera bukan hanya milik masyarakat Kota, warga Desa pun memiliki hak yang sama untuk bisa hidup lebih sejahtera dan menikmati pembangunan dari hasil pajak yang dibayarkannya. 

Kondisi Jalan Pamundayan di Kabupaten Lebak sejak 33 tahun lalu.

 

Sejak 33 tahun yang lalu, jalan yang menghubungkan sebuah Kampung bernama Pamundayan (daerah di Kabupaten Lebak,Banten )dengan wilayah lainnya tak pernah mengalami perubahan signifikan. Jalan yang sulit dilalui kendaraan bahkan hampir tak bisa dilalui kendaraan kecil berjenis minibus dan sejenisnya.

 

Untuk bisa bersekolah dijenjang SMP saja, harus berjalan kaki 5 kilometer bahkan sampai 8 kilometer, melewati jalan setapak, menerobos hutan dan sawah, berangkat pagi buta dan pulang sore. Betapa lelahnya, sebelum belajar energi sudah terkuras, nafas tersengal, keringat bercucuran, bahkan ngantuk karena kecapekan.

 

Hebatnya, siswa yang berasal dari Pamundayan ini selalu menorehkan prestasi di sekolahnya, mayoritas masuk 10 besar di setiap semesternya, bahkan menorehkan nilai tertinggi pada ujian akhir di sekolah tersebut. Parahnya, kampung tersebut sampai saat ini kondisi insfrastruktur jalannya masih sama, sama buruknya, sama memprihatinkannya.

 

Infrastruktur jalan menjadi hal dasar penunjang kemajuan suatu wilayah. Niscaya sebuah wilayah maju jika tak didukung akses penghubung yang mudah dilalui. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipengaruhi dan dinilai berdasarkan 3 hal, yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Mustahil rasanya suatu wilayah memiliki SDM berkualitas, bisa bersaing di era globalisasi jika ingin sekolah saja sulit, berobat jauh dan ekonomi lemah. Mari kita jabarkan satu persatu.

 

Jika kondisi jalan sulit dilalui kendaraan bahkan hampir tak bisa dilalui, masyarakat yang hidupnya bertani, mengandalkan hasil kebun, akan kesulitan menjual hasil pertaniannya, bahkan banyak mengalami kerugian. Antara biaya produksi pertanian, biaya transportasi (ongkos) untuk mengangkut hasil pertanian ke pasar sangat mahal dikarenakan jalan yang buruk, otomatis ekonomi masyarakat akan tersendat, sehingga kesejahteraan juga rendah. Begitupun dengan pendidikan, akses jalan yang sulit tentu menghambat siswa yang ingin sekolah, memakan biaya transportasi yang besar, sementara kemampuan ekonomi keluarganya lemah. Dari sisi kesehatan, bahkan ketika warga sakit, tak memiliki kendaraan, tak punya biaya untuk ongkos, mereka harus pasrah menerima kenyataan, menunggu kematian.

 

PEMBANGUNAN YANG TAK HANYA MERIAS WAJAH KOTA

 

Kota Serang boleh dipenuhi gemerlap cahaya lampu kota, KP3B bahkan seperti komplek istana yang megah, Lebak boleh bangga dengan pembangunan alun-alun dan jalan kotanya, tapi di Lebak Selatan sana, tengok seperti apa kondisinya. Ditengah upaya dan gembar-gembor meninggalkan status daerah tertinggalnya, nampaknya Lebak tak bisa terlalu jumawa ketika ada salah satu Desa di wilayahnya baru merasakan listrik tahun 2010, memiliki jalan yang hancur berantakan bahkan tak bisa dilalui kendaraan (mobil).

 

Entah ini salah siapa, Kepala Desa yang kurang proaktif atau memang pemerintah Kabupaten Lebak yang menutup mata dan tak pernah memasukan anggaran infrastruktur jalan untuk Desa Mekarjaya, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak.

 

Faktanya sudah puluhan tahun kondisinya sama sekali tidak mengalami perubahan, tak banyak kemajuan yang signifikan yang bisa menunjang mobilitas masyarakat dan menunjang aktivitas warga untuk bisa meningkatkan sisi pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

 

Sepantasnya memang, seorang Kepala Desa itu memiliki kemampuan komunikasi, lobi dan negosiasi agar wilayahnya bisa masuk radar pemerintah Kabupaten Lebak dalam hal pembangunan maupun yang lainnya sehingga apa yang diajukan bisa disetujui dan direalisasikan.Demikian juga dengan Kepala Daerah, pembangunan tak hanya berfikir bagaimana merias wajah kota agar cantik, ciamik dan menarik.

 

Tak melulu memikirkan bagaimana bersoleknya Jalan Multatuli, Hardiwinangun atau Sunan Kalijaga, mengoles bedak pada jalannya, memayungi dengan lampu kotanya, memuluskan permukaan jalannya dengan bahan terbaik.

 

Sebagai negara pancasila, yang memegang pancasila sebagai azas negara, sebaiknya para pemangku kebijakan melihat dan menelaah kembali sila kelima pancasila yang berbunyi, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Semoga saja ini hanya praduga, prasangka, tetapi jika iya, rasanya kita punya hak yang sama sebagai warga negara. Semoga saja, kedepan pemerintah tak hanya merias wajah kota dengan pembangunannya,tapi juga membangun akses Desa agar masyarakat semakin sejahtera. Karena dengan memulai pembangunan dari Desa, maka Kota akan semakin maju dan tumbuh dengan sehat.. Semoga.(LLJ)

 

*Mokhlas Pidono: Warga Banten,Relawan Sosial di Banten