Pelajar Kota Serang Ingatkan Fenomena Golput

0
205

Serang,fesbukbantennews.com (6/3/2019) – Pelajar mempertanyakan maraknya fenomena golput pada Pemilu 2019 mendatang. Mereka mempertanyakan urgensi pemilu dilaksanakan. Sisi lain secara teknis, sikap golput justru memancing potensi kecurangan. Dimana surat suara yang tidak digunakan di TPS bisa saja disalahgunakan oleh kepentingan tertentu.

Sosialisasi KPU Kota Serang bersama siswa Kelas XII SMK Kimia Kota Serang, Selasa 5 Maret 2019.

Demikian salah satu materi diskusi pada kegiatan sosialisasi KPU Kota Serang bersama siswa Kelas XII SMK Kimia Kota Serang, Selasa 5 Maret 2019. Didapuk sebagai pemateri diskusi adalah Divisi Teknis KPU Kota Serang Fierly Murdlyat Mabrurri dan Wakil Kepala Hubungan Industri dan Masyarakat SMK Kimia Kota Serang Dedy Ardiyansyah. Kegiatan itu digelar berkat fasilitasi Relawan Demokrasi KPU Kota Serang.

“Sebelum Pemilu 1955 digelar, pendiri bangsa kita sudah mengingatkan bahwa sebetulnya masyarakat kita tidak siap dengan pemilu. Hari ini pernyataan itu seolah menjadi kenyataan. Faktanya hasil pemilu selalu tidak berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat,” kata Bagus Zaelani, salah seorang siswa.

Viviana Nur Azizah, seorang siswi, bersikap golput justru dilematis. Jika dia tidak datang ke TPS, maka ada kekhawatiran surat suaranya diselewengkan oleh pihak tertentu. Ini juga terjadi akibat kecurigaan terhadap penyelenggara pemilu.

“KPU harus benar-benar memastikan sisa surat suara yang tidak digunakan di TPS tidak disalahgunakan. Misalkan sering kita mendengar adanya surat suara yang dicoblosi untuk pemenangan peserta pemilu tertentu,” katanya.

KPU, kata Fierly, mengapresiasi secara tulus daya kritis yang diutarakan para siswa SMK Kimia. “Pemilu adalah sarana paling demokratis untuk menyalurkan aspirasi politik rakyat secara berdaulat. Tidak ada mekanisme lain yang paling damai dan bermartabat selain pemilu, untuk kita memilih seorang pemimpin, baik itu di eksekutif maupun legislatif, baik lokal maupun nasional. Bahwa produk yang dihasilkan pemilu masih mengandung kelemahan, itu harus dipotret dari ragam perspektif. Mulai dari kaderisasi parpol, kematangan berpolitik warga, hingga supremasi hukum. Upaya paling serius untuk menghasilkan kualitas pemimpin yang baik dalam pemilu adalah dengan cara mengurangi polusi demokrasi bernama politik uang.”

Dedy menginformasikan, sebagian besar siswa Kelas XII SMK Kimia sudah memiliki KTP-el. Karena itu mereka hampir pasti dapat menggunakan hak pilihnya di TPS kelak.

“Kebanyakan pelajar kami berasal dari Kabupaten Serang, Kota Cilegon, dan Kota Serang. Pemilu 2019 akan menjadi pengalaman pertama mereka untuk memilih. Karena itu kami harap KPU menjelaskan secara rinci dan detail apa dan bagaimana pemilu itu. Agar mereka punya informasi yang cukup sebelum ke TPS,” kata Dedy.

Pada sesi dialog interaktif, para siswa diajak mengenal seluruh peserta pemilu, menjelaskan alur pemberian suara di TPS, hingga diberi wawasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama tahapan kampanye. (Gies/ LLJ)