Orde Baru dan Krakatau Steel  Dinilai Penyebab Kehancuran Al-Khairiyah 

0
209

Cilegon ,fesbukbantennews.com (23/10/2016) – Pemerintah orde baru melalui sejumlah kebijakannya, termasuk kebijakan membangun pabrik baja PT Krakatau Steel, dinilai telah berkontribusi terhadap menurunnya pamor perguruan islam Al-Khairiyah. Hal itu merujuk pada direlokasinya pondok pesantren Al-Khairiyah untuk kegunaan pembangunan pabrik baja BUMN tersebut pada era tahun 70-an akhir di Cilegon, yang pada saat itu masih masuk wilayah Kabupaten Serang.

Muktamar Al-Khairiyah IX.
Muktamar Al-Khairiyah IX.

Demikian antara lain diungkapkan sesepuh Al-Khairiyah, Prof DR  HMA Tihami MA MM, saat menyampaikan makalahnya di hadapan seribuan pesertaa Muktamar Alkhairiyah 9 di Kampus Al-Khairiyah Citangkil, Cilegon,, Sabtu (22/10/2016).

“ Relokasi pesantren di tempat yang baru, dan berpencarnya masyarakat, termasuk kampong-kamung dan desa satelit dari pondk pesantren Al-Khairiyah saat itu, mengakibatkan seluruh spirit, ruh dan budaya pesantren tererabut habis,” kata Tihami.

Ditambahkan Tihami, stress social menjelang penggusuran dan relokasi mengakibatkan konflik di tubuh Jamiyah Alkhairiyah. Kriis kepemimpinan ustadz dan kiya mengakibatkan menurunnya kewibawan ustd dan kiyai di dalam dan oleh warga jamiyahnya sendiri.

Sejalan dengan itu, Ketua Umum PB Al-Khairiyah Hikmatullah A Syamun juga mengatakan dalam lapoan pertanggungjawabannya, kebijakan orde baru yang telah menghapuskan kebijakan bantuan pemerintah kepada madrasah Al-Khairiyah melalui PB Al-Khairiyah, juga telah berkontibusi negative terhadap loyalitas madrasah-madrasaah Alkhairiyah kepada PB Alkhairiyah.

“Di Bekasi, dari belasan madrasah Al-Khairiyah saat itu, kini hanya tersisa dua saja. Yang lainnya telah berganti nama karena mengangap tidak adanya kontribusi PB Alkhairiyah kepada madrasah mereka,” kata Hikmatullah.

Muktamar yang dibuka pada Jumat (21/10/2016) oleh Gubernur Banten Rano Karno tersebut mengagendakan pemilihan Ketua Umum PB Al-Khairiyah yang baru yang akan menjadi pemimpin ormas Islam dengan ratusan cabang madrasahnya yang tersebar di 5 provinsi di Indonesia. (ied/LLJ)