NGO dari Jepang Kagumi Huntara Bambu Buatan Pokja Relawan Banten

0
223

Pandeglang, fesbukbantennews.com (28/1/2019) – Posko Pokja Relawan Banten Peduli Tsunami di Labuan Pandeglang, kedatangan Tim dari Ikatan Arsiktek Indonesia (IAI) Banten, IAI Nasional dan NGO (Non Governmnet Organization) Code Jepang, Minggu (27/1/2019). Sebelumnya, mereka survei ke lokasi yang terdampak bencana Tsunami Senyap Selat Sunda di Kecamatan Sumur, Pandeglang Provinsi Banten.

Mr Yosi ,NGO Cobe Jepang mengamati huntara di Posko Pokja Relawan Banten peduli tsunami.(bagja).

Mukoddas Syuhada, Ketua IAI Banten, sekaligus Arsitek Rumah Tangguh Bambu Knockdown dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa ada kewajiban moral dari profesi arsitek untuk mengedukasi dan mensosialisasikan sebuah desain rumah tangguh yang layak huni, terjangkau dan sustainable.

“Salah satunya adalah Hunian Sementara (huntara) dari Bambu type 21 yang sudah terpasang di Posko Pokja Relawan Banten di Labuan. Huntara ini hampir 100 persen bahannya dari bambu yang mudah didapat di lokasi bencana, ” kata Mukoddas.

IAI Banten dan IAI Nasional serta Mr Yosi mencoba huntara.

Bentuknya,lanjut Mukoddas,sangat sederhana sehingga tidak membutuhkan tukang khusus bambu. Selain itu dibuatkan pedoman cara merakit dan membangun nya dalam bentuk video animasi dan dimensi batang bambu yang digunakan.http://fesbukbantennews.com/perkuat-kepedulian-sosial-berbagai-komunitas-deklarasikan-pokja-relawan-banten/

“Jadi, siapapun bisa membuatnya sehingga tercipta pemberdayaan masyarakat yang lebih luas yang sangat bagus sekali sebagai trauma healing bagi warga yang terkena dampak bencana alam,” ujar Mukoddas atau akrab dipanggil Kang Das.

Sementara itu Mr. Yosi dari NGO (di Indonesia disebut LSM) Code Jepang, mengatakan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda adalah tsunami unik yang baru pertama kali terjadi di dunia. Tsunami tersebut datang tiba-tiba tanpa didahului oleh gempa. Oleh karena itu dia datang ke lokasi bencana untuk mempelajari bencana alam tersebut.

Adapun mengenai pendapatnya tentang huntara bambu, Mr. Yosi sangat kagum dengan konsep yang dibuat oleh Pokja Relawan Banten.

“Di Pakistan, bahkan di Jepang, konsep huntaranya masih menggunakan material yang tidak ramah lingkungan, yaitu Baja ringan, GRC dan atap metal. Akibatnya biaya yang dibutuhkan sangat mahal dan membebani lingkungan,” kata Yosi.

Bram, perwakilan dari IAI Nasional menyambut baik konsep huntara dari bambu. Huntara tersebut merupakan salah satu solusi untuk membantu Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hunian warga yang terkena dampak bencana alam sebelum hunian tetapnya dibangun.

“Ya, semoga Pemerintah mau bersinergi lebih aktif lagi dalam merespon usulan-usulan yang baik dari Tim Pokja Relawan Banten untuk mempercepat recovery dan rekonstruksi sosial warga yang terkena dampak bencana alam,” jelasnya. (Bagja/LLJ)