Memelihara Nilai-nilai Kebangsaan Melalui Lliterasi

0
173

Pandeglang,fesbukbantennews.com (21/6/2017) – Rangkaian kegiatan Munggahan Kampung Literasi bertajuk “Ramadhan Bulan Iqra dan Qalam” yang dilaksanakan Rafe’i Ali Institute (RAI) yang dilaksanakan sejak 31 Mei ditutup pada Minggu (18/6). Acara ditutup oleh kuliah umum bertema “Islam dan Politik Kebangsaan” yang dibawakan oleh Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar Dapil 1 Banten, Dr. TB. H. Ace Hasan Sadzily, M.Si. Acara ini juga merupakan agenda Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaaan.

Kuliah umum sekaligus penutupan kegiatan ramadhan di RAI.

Dalam paparannya, Wasekjen DPP Partai Golkar ini menyampaikan bahwa konsensus kebangsaan Indonesia sudah final. Empat konsensus kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI merupakan hasil renungan dan buah toleransi para pendiri bangsa. Negara-negara lain sangat menginginkan di negara mereka ada hal seperti yang dimiliki bangsa Indonesia ini.

“Empat konsensus kebangsaan ini harus kita syukuri sebagai nikmat dari Allah untuk bangsa Indonesia. Kita tidak boleh kalah dalam merawat warisan para pendiri bangsa ini dari sekelompok orang yang ingin memaksakan kehendaknya sendiri.” Tutur dosen Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten ini di hadapan dua ratusan peserta yang memenuhi Balai Ilmu Pengetahuan Rafe’i Ali Institute, Kampung Jaha Masjid Desa Sukamaju Kecamatan Labuan.

Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini menambahkan bahwa dalam Islam sendiri tak ada perintah yang secara gamblang mengharuskan mendirikan negara Islam atau khilafah. Sayangnya saat ini, menurut penelitian yang dirilis Saiful Mujani Research Center (SMRC), masih ada sekitar 11,5 % rakyat Indonesia yang mendukung keberadaan Ormas yang selama ini kerap mengampanyekan pendirian khilafah dan mengganti empat konsensus kebangsaan yang dimiliki Indonesia.

“Banten dan Jawa Barat merupakan daerah yang tingkat dukungan terhadap Ormas Anti-Pancasilanya paling tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia yaitu sebesar 20,1%,” pungkas Dewan Kebijakan Rafe’i Ali Institute ini.

Dalam durasi dan tempat yang sama, Ketua Dewan Pengarah Rafe’i Ali Institute, Dr.Neng Dara Affiah, M.Si, menyampaikan bahwa RAI telah berkomitmen untuk menjaga warisan para pendiri bangsa melalui kegiatan-kegiatan pendidikan publik dan kebudayaan. Kegiatan yang diselenggarakan RAI pada bulan ramadhan ini, tambah Dewan Pengarah World Culture Forum UNESCO-Kemendikbud RI ini, yang mencakup kesejarahan, politik, literasi, teater, jurnalistik sampai kewirausahaan adalah upaya menyusun batu bata penguat kebangsaan.

“RAI memiliki tujuan mencerdaskan dan membebaskan masyarakat dari gelapnya ketidaktahuan lewat tradisi literasi.” Pungkasnya.(zam/LLJ).