Kurdi Lepas Puluhan Mahasiswa IPB Untuk Penelitian Sapi dan Kerbau di Banten

0
383

Serang,fesbukbantennews.com (4/8/2015) – Untuk memastikan ternak aman dari penyakit akibat lalu lintas perdaganagn hewan, setiap hewan yang masuk ke Provinsi Banten harus mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Hal ini dilakukan untuk meminimalisir potensi masuknya penyakit hewan dari luar kota. Letak Provinsi Banten yang merupakan tempat transit lalu lintas ternak antar pulau memiliki peluang masuknya Penyakit Hewan Menular (PHM) ke Provinsi Banten yang salah satunya adalah penyakit hewan keluron menular (Brucellosis).

Sekda Banten Kurdi Matin memberikan Sambutan ddi Pelepasan Mahasiswa IPB.(hmsbtn)
Sekda Banten Kurdi Matin memberikan Sambutan ddi Pelepasan Mahasiswa IPB.(hmsbtn)

“Sumatera bebas dari brocellosis, kita juga harus mengupayakan Banten bebas dari penyakit zoonosis,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Eneng Nurcahyati usai menghadiri penerimaan dan pelepasan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Insitut Pertanian Bogor (IPB) yang akan melakukan penelitian pada hewan ternak sapi dan kerbau di Provinsi Banten, Senin (3/8) di auditorum Distanak Banten. Acara tersebut juga dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Banten Kurdi Matin.

Eneng menjelaskan, saat ini Provinsi Banten masih dalam status aman dari serangan penyakit hewan seperti brocellosis. Untuk memastikan Banten terbebas dari penyakit hewan, pihaknya melalui balai veteriner hewan dan kesmavet rutin melakukan pemeriksaan hewan pada rumah potong hewan yang tersebar di Provinsi Banten.

“Kita berharap Banten terbebas dari penyakit zoonois. Hasil penelitian yang akan dilakukan mahasiswa ini (IPB-red) bisa menjadi acuan bagi kami, sehingga Balai Kesmavet bisa melakukan langkah tepat apabila ternyata memang ditemukan penyakit pada hewan ternak,” papar Eneng.

Dijeskan Eneng, kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh Brucellosis sangat besar, walaupun mortalitasnya kecil. Pada ternak kerugian dapat berupa keluron, anak hewan yang dilahirkan lemah kemudian mati, terjadinya gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporer atau permanen. Menurut perhitungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, kerugian akibat penyakit ini ditaksir mencapai lebih dari 5 milyar rupiah per tahun.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Banten Kurdi Matin mengatakan, penelitian yang akan dilakukan berkenaan dengan penyakit hewan atau zoonosis diharapkan menghasilkan data yang valid, sehingga Pemprov Banten melalui Balai Kesehatan Hewan akan mengambil langkah-langkah strategis guna melakukan penanganan penyakit hewan.

“Letak geografis Banten yang strategis, baik karena dekat dengan ibu kota maupun sebagai jalur lalu lintas perdagangan laut memungkinkan potensi penyebaran penyakit itu selalu ada,” katanya.

Untuk itu, kata Kurdi, seharusnya perlu dicanangkan program penanganan penyakit hewan yang terintegrasi antar daerah, misalnya Jakarta dan Banten. Sebab, secara geografis ibu Provinsi Banten sangat dekat dengan Ibu Kota Jakarta, yang potensi penularan virus brocellosis pada hewan ternak sangat mungkin terjadi. Seperti diketahui, sebagai wilayah yang dekat dengan ibu kota, Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan budidaya ternak sapi paling tinggi di Provinsi Banten. (hmsbtn/LLJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here