Kinerja PT Krakatau Steel Cilegon Disoal

0
192

Cilegon ,fesbukbantennews.com (12/7/2017)-Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak) di Cilegon, Banten kembali mempertanyakan soal Initial Public Offering (IPO) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

PT Krakatau Steel.(ist)

 

Danil Kordinator Barak mengigatkan bahwa   pada November 2010 PT KS tercatat menawarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhitung sejak tanggal 2, 3 dan 4 Nov 2010. Nilai penawaran umumnya saat itu adalah Rp 2,681 triliun, yang terdiri dari 3,155 miliar saham biasa (seri B) dengan harga penawaran Rp 850,- per lembar saham.

 

“Dalam perjalanan, harga Rp 850,- per lembar terkesan di obral, karena hanya berselang beberapa hari harga saham terjual meningkat drastis hingga mencapai 49% atau setara Rp 1.250,- per lembar saham.

 

Akibat “obral murah” harga saham tersebut, patut diduga PT KS kehilangan keuntungan hingga sekitar Rp 1,2 triliun. Bukankah ini masuk kategori memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain?,”Kata Danil dengan nada mempertanyakan, Selasa (11/7/2017).

 

Menurut Danil berdasarkan informasi dan data yang diperoleh Barak, Pusaran masalah rupanya tidak berhenti pada persoalan IPO saja, karena hanya berselang beberapa waktu, PT KS juga menjual saham anak perusahaannya, yakni PT Latinusa.

 

“Saat itu PT Latinusa tergolong anak perusahaan yang sehat, lalu di akuisisi oleh Konsorsium Jepang yang terdiri atas Nippon Steel & Sumitomo Metal Coorporation, Mitsui Co.,Ltd, Nippon Steel Trading Co dan Metal One seharga U$D 55,95 juta. Alhasil, dari IPO dan penjualan anak perusahaan tersebut, PT KS memperoleh modal segar sekitar U$D 330 juta,”Ujarnya.

 

Danil menambahkan jika melihat dari besarnya modal yang diperoleh melalui IPO dan penjualan PT Latinusa (meskipun sarat kontroversi karena sebagian Direksi sempat tidak mengetahui rencana IPO), mestinya negara bisa menaruh harapan besar pada PT KS sebagai industri baja strategis nasional yang dapat memberikan keuntungan (deviden) lebih besar dari sebelumnya.

 

“Lepas dari persoalan untung dan rugi, oleh PT KS, 35% dana hasil IPO atau sekitar Rp 928,3 miliar kemudian digunakan untuk investasi barang modal yang terkait dengan rencana modernisasi dan ekspansi kapasitas produksi pabrik baja lembar canai panas menjadi 3,5 juta MT yang diharapkan kelar pada 2013. Sementara 24,2% atau sekitar Rp 627,51 miliar dana hasil IPO digunakan untuk peningkatan modal kerja perseroan dalam bentuk pembelian bahan baku Iron Ore Pelet, Scrap, Slab dan bahan baku pembantu lainnya,”paparnya.

 

Menurut Danil selanjutnya 25% atau sekitar Rp 648,25 miliar digunakan untuk pematangan lahan seluas 388 Ha, sebagai bagian dari penyertaan modal dalam Joint Venture KS-Posco. Kemudian 15% atau sekitar Rp 388,95 miliar digunakan untuk penyertaan modal di anak perusahaan, yakni PT KBS dan PT KDL. Hasilnya, hingga 2013, dana IPO dan penjualan PT Latinusa tinggal tersisa Rp 971,25 miliar.

 

Anehnya lagi, Imbuh Danil usai melaporkan kinerja membaik pada 2016 dan seabrek target di 2017, kini PT KS kembali berencana melakukan IPO. “Apa yang sebenarnya tengah terjadi di tubuh PT KS…?”Tanya Danil heran

 

Ia mempertanyakan juga kenapa penggunaan dana IPO  dan penjualan PT Latinusa  bagi ekspansi, modernisasi, penyertaan modal dan lainnya itu tidak menghasilkan keuntungan bagi negara.

 

“Atau jangan-jangan ada unsur insider trading, baik pra IPO maupun akuisisi PT Latinusa oleh Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation,”Danil menyampaikan kecurigaannya.(goen/LLJ).