Kebangkitan Nasional Seyogyanya Tidak Sebatas Ceremonial Saja *

0
170

Serang,fesbukbantennews.com (21/5/2016) – Kebangkitan nasional merupakan sebuah momen fundamental yang tidak bisa dilepaskan dari salah satu momen bersejarah di Indonesiaa. Khususnya bagi para pemuda saat itu yang memiliki tekad kuat dalam membangun karakter bangsa melalui dunia pendidikan. Sebab menurut Dokter Wahidin Soedirohusodo mengatakan bahwa “pendidikan bisa menjadi salah satu cara untuk melakukan perubahan dan meningkatkan kualitas hidup”. Sehingga atas dasar itulah yang kemudian terlahir sebuah organisasi yaitu Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh para pelajar STOVIA dibawah pimpinan Soetomo.

Ilustrasi.(net)
Ilustrasi.(net)

Kebangkitan nasional seyogyanya tidak hanya sebatas ceremonial saja, dimana masyarakat hanya pandai dalam memperingati namun teramat sulit dalam mengaplikasikannya melalui kehidupan sehari-hari. Khususnya bagi para pelajar yang saat ini sudah sangat begitu bobrok baik dalam hal mental, moral, maupun spiritualnya. Sudah banyak fenomena yang terjadi saat ini mulai dari tindak kenakalan remaja hingga kriminalitas, hal ini menandakan bahwa pelajar di Indonesia sudah berada diambang titik nadir jauh dari harapan luhur cita-cita para pendahulunya.

Dalam momen kebangkitan nasional 2016 ini ada dua hal yang akan saya soroti yaitu: kebangkitan dalam akademik dan kebangkitan dalam hal kesiswaan.
1. Kebangkitan dalam hal Akademik
Seperti yang sudah diketahui bahwa akademik merupakan jantung dari sebuah pendidikan, dimana jika akademiknya bagus maka baguslah output dari sebuah institusi begitupun sebaliknya. Terdapat 3 hal yang dapat disoroti dari akademik ini yaitu kemandirian dalam belajar, percaya diri dalam mengerjakan ujian, dan say yes to authenticity & say no to falsity.
a. Kemandirian dalam belajar
Terkadang pelajar masih sangat bergantung pada guru, sehingga jika guru tidak hadir maka siswa tidak belajar. Namun disisi lain siswapun senang jika guru tidak hadir untuk mengajar. Bahkan tak kalah mencengangkan terkadang guru pun malas untuk mengajar siswa yang dipengaruhi banyak faktor baik faktor internal maupun eksternalnya. Berdasar beberapa fenomena tersebut maka sangatlah pantas jika dalam momen ini kemandirian dalam belajar itu dinilai penting dalam meningkatkan kualitas diri dari pelajar dan stakeholder pendidikan. Disatu sisi guru pun wajib memiliki sebuah karya karena tanpa karya bukanlah seorang guru, kemandirian dalam mencipta bukan menjiplak atau sekedar menyuruh siswa mencatat buku. Pepatah sederhana mengatakan kemandirian dalam belajar adalah kewajiban bagi setiap juara, kemandirian adalah pilihan wajib bagi calon pemenang.

b. Percaya diri dalam mengerjakan ujian
Sudah bukan hal yang tabu lagi bahwasannya masih banyak pelajar yang mengerjakan ujian masih saja dibantu oleh gurunya dengan dalih takut tidak lulus, tidak masuk PTN, dan lain sebagainya. Bahkan secara terang-terangan ketika tidak dibantu guru siswa tersebut malah meminta dibantu dan terkesan menyalahkan guru saat tidak dibantu. Fenomena tersebut menandakan betapa bobroknya rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan ujian sekaligus minimnya minat belajar siswa, bahkan sangat wajar jika ada ungkapan ‘tidak usah sekolah 3 tahun, cukup hadir 3 hari saja saat ujian dan pasti lulus’. Rasa sayang yang salah diberikan guru pada siswa sehingga terkesan guru pun tidak percaya diri akan ilmu yang telah ia sampaikan sehingga mengambil jalan singkat dengan cara membantunya. Cobalah untuk menjadi diri sendiri dengan demikian kita mampu menemukan siapa diri kita sebenarnya tanpa ada perasaan takut dan pesimis yang akan menambah motivasi. Kepercayaan diri dalam mengerjakan ujian adalah syarat pertama untuk dapat melakukan hal-hal besar dalam hidup.

c. Say yes to authenticity & say no to falsity
Pendidikan sejatinya meupakan sebuah investasi jangka panjang bagi setiap manusia yang harus dilandasi nilai-nilai kejujuran yang baik. Katakan ya pada keaslian dan katakan tidak atas kepalsuan, hal ini dinilai tepat dalam momen kebangkitan nasional saat ini. Batapa tidak banyak pelajar yang lebih senang dengan kepalsuan baik nilai yang dibantu guna masuk SNMPTN, prestasi yang dibuat-buat, tanpa memikirkan dampaknya dimasa depan terlebih jika dilihat dari sisi agama. Nilai kecil tapi hasil sendiri jauh lebih baik ketimbang nilai besar tapi bukan hasil sendiri. Sehingga wajar jika ijasah pelajar saat ini banyak yang “palsu” karena bukan hasil kerja kerasnya sendiri.

2. Kebangkitan dalam hal Kesiswaan
Kesiswaan merupakan sebuah tubuh dari pendidikan, tanpa kesiswaan apalah arti dari sebuah akademik. Dalam hal ini terdapat 3 hal yang akan disoroti yaitu: bangkitkan siswa sentris dalam berbagai kegiatan, tinggalkan kegiatan yang bersifat seremonial, dan kejar prestasi diri atas usaha sendiri.

a. Bangkitkan siswa sentris dalam berbagai kegiatan
Dapat disadari atau tidak masih ada sekolah yang mana semua kegiatan kesiswaannya masih di cover oleh gurunya, sehingga siswa hanya dijadikan pelengkap saja dalam kegiatan apapun. Padahal sejatinya sekolah merupakan sebuah wadah unjuk diri dari setiap siswa, sehingga siswa tersebut mampu mengembangkan kompetensinya masing-masing. Guru seharusnya hanya menemparkan diri sebagai motivator dengan sedikit bimbingan pada siswa. Membangkitkan siswa sentris dalam berbagai kegiatan merupakan sebuah langkah maju dalam memompa potensi terdalam dari setiap siswa guna mencapai prestasi yang tinggi.

b. Tinggalkan kegiatan yang bersifat seremonial
Bukan hal yang aneh jika di Indonesia dinilai sebagai negara seremonial artinya hanya mampu memperingati suatu momen namun kurang mampu mengaplikasikannya. Sehingga wajar muncurl istilah NATO yaitu Not Action Talk Only ( hanya mampu berbicara tapi tak ada aksi). Pada momen kebangkitan nasional ini mari kita tinggalkan kegiatan yang bersifat seremonial jika tidak mampu mengaplikasikan dalam diri kita.

c. Kejar prestasi diri atas usaha sendiri
Presasi merupakan sebuah hasil dari kerja keras yang berlandaskan kepercayaaan diri dari setiap manusia. Kejarlah prestasi diri atas usaha sendiri dalam hal ini tidak ada prestasi yang didapat dari hasil berleha-leha, instan, dan hasil maanipulasi. Sejatinya organisasi Budi Utomo adalah sebuah organisasi hasil prestasi dari para pelajar yang luar biasa, sehingga masih dapat dirasakan hingga saat ini gema semangat dan nilai-nilai luhurnya.

Pemuda merupakan ikon bangsa yang senantiasa hadir dengan berbagai ide dan gagasan yang unggul serta tindakan yang nyata. Sehingga wajar jika Soekarno pernah berkata bahwa “berikan saya 10 pemuda maka saya akan taklukkan dunia”. Kebangkitan nasional adalah sebuah tolok ukur bagi generasi muda khususnya pelajar dalam meraih prestasi setinggi-tingginya, meningkatkan moral, mental, akhlak dan agama. Selamat hari pendidikan nasional 2016, Majulah Indonesia.(LLJ)

* Penulis :H. OPAN AHMAD SOLIHIN, SPd (AKADEMISI).