Inilah Orang Banten Pertama yang Kuliah di Mesir

0
392

Serang,fesbukbantennews.com (22/12/2017) – DARI tahun ke tahun jumlah mahasiswa asal Banten yang menuntut ilmu di Mesir terus mengalami peningkatan. Saat ini saja, jumlahnya mencapai lebih dari 250 orang. Angka yang lumayan tinggi.

Salah satu sudut kampus Universitas Al-Azhar Kairo,Mesir.(dok: Pribadi)

Dijadikannya Mesir sebagai destinasi menuntut ilmu oleh orang-orang Banten, tidak lepas dari sejarah masa lampau. Di mana sebelum abad ke-20, Mekah dan Madinah adalah tujuan utama orang-orang Banten, juga dari daerah lain di nusantara. Kondisi ini dimungkinkan karena pada masa itu di Mekah, banyak ulama Nusantara bermukim di sana,.

Martin Van Bruinessen (dalam Mufti Ali, 2014: 152) menyebut, jaringan intelektual ulama Nusantara dan Timur Tengah khususnya Mekah-Madinah sudah terbentuk sejak awal kehadiran Islam di Indonesia, khususnya abad ke-17 dan 18. Untuk kasus Banten, Syeikh Yusuf al-Makassari menjadi simbol tertua dimulainya jaringan intelektual ulama Banten dan Mekah-Madinah. Tahun 1644 ia berangkat ke Mekah dan 1670 kembali ke Indonesia, lalu menjalin hubungan politik dengan penguasa Banten, Sultan Ageng Tirtayasa dan diangkat sebagai penasihat sultan.

Tradisi belajar ke Mekah-Madinah berlangsung hingga abad ke-19. Masa itu, di antara ulama Banten yang belajar di Mekah adalah Syeikh Muhammad al-Nawawi al-Bantani dan Syeikh Sama’un bin Ta’syiq yang belajar kepada Syeikh Sayid Dahlan, lalu diikuti ulama-ulama Banten lainnya.

Memasuki abad 20, tradisi belajar ke Timur Tengah mulai mengalami perkembangan. Tidak hanya ke Mekah-Madinah, tetapi juga ke Mesir, khususnya Universitas al-Azhar. Menurut Yudi Latif (dalam Mufti Ali, 2014: 153), perubahan orientasi itu salah satunya disebabkan oleh daya tarik pemikiran reformis Jamaludin al-Afghani yang diyakini akan bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

Faktor lain yang membuat pelajar asal Indonesia mengalihkan kiblat menuntut ilmunya ke Mesir adalah meninggalnya Syeikh Nawawi dan Syeikh Zaini Dahlan  yang dianggap guru terpenting mereka. Peralihan jalur belajar dari Mekah ke Kairo berlangsung mengikuti jejak Syeikh Ismail Abdul Muthalib, yang tiba di Mesir pada 1894-1895.

Sepeninggalan Syeikh Nawawi, para santri dan pelajar yang belajar di Mekah menjadikan Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau sebagai ulama tempat mereka belajar. Beliau cukup terbuka terhadap arus baru pemikiran Islam, bahkan membiarkan murid-muridnya berkenalan dengan pemikiran pembaruan Islam, khususnya gagasan Muhammad Abduh, intelektual muslim al-Azhar.

Berdasarkan catatan Konsulat Jenderal Belanda di Kairo (dalam Putuhena, 2007), pada 1914 sebanyak 37 orang Indonesia tiba di Mesir untuk belajar di al-Azhar. Lima di antaranya dari Banten: KH. Syam’un (Cilegon), Umar bin Markaja (Baros, Serang), Muhammad Nur bin Hasyim (Labuan, Pandeglang), Zainal Abidin bin Hasan (Pandeglang), dan Burhanuddin Royyan (Kadupinang, Pandeglang).

Namun, sebelum kelima orang tersebut, persentuhan dengan Universitas al-Azhar telah diawali oleh Syeikh Nawawi al-Bantani. Karya-karyanya yang monumental telah melambungkan namanya sampai ke al-Azhar, dan pada 1870 diundang khusus untuk menyampaikan kuliah dalam sebuah forum diskusi ilmiah (Sudrajat dalam Malik, 2008: 15).      Pasca KH. Syam’un dan keempat orang lainnya, masyarakat Banten mengenal M. Syadeli Hasan dan Abdul Fatah Hasan. Dua saudara kandung ini adalah alumni awal Pesantren al-Khairiyah. Keduanya berangkat ke al-Azhar pada 1933. Selanjutnya, ada pula nama Rachmatoellah Syam’un, lalu Wahab Afif, juga dari al-Khairiyah.

Generasi berikutnya adalah Ramli, Mahfud, Rohimin dan Hamdi, datang pada 1974, dan setahun setelahnya tercatat nama-nama Syibli Sarjaya, Sahmudi dan Shaumun. Lalu, tahun 1976 tercatat dua nama lagi, Ma’mun dan Humadi. Selanjutnya, tentu saja banyak lagi nama-nama lainnya. Tidak lagi dapat dihitung dengan jari karena dari masa ke masa jumlahnya terus bertambah.

Secara kuantitas, saat ini mahasiswa Banten di al-Azhar mencapai 250-an orang dari 5000-an mahasiswa asal Indonesia. Dari segi kualitas, mahasiswa asal Banten banyak meraih prestasi membanggakan. Seperti Atoillah Muslim, beberapa bulan lalu berhasil meraih master dengan predikat mumtaz (cum laude)  pada bidang Ushul Fikih dengan judul tesis  “Dirasah Wa Tahqiq Kitab Al-Qistas Al-Maqbul Al-Kasyif Lima’ani Mi’yari Al-‘Uqul Fii ‘Ilmai Al-Jadal Wal Ushul” karya Imam Nashir Lidinillah Bin ‘Izzudin bin Hasan bin ‘Ali. (LLJ)

Kiriman : Djidoel

Sumber Rujukan:

Malik, Abdul, dkk. 2008. Jejak Ulama Banten; Dari Syeikh Yusuf hingga Abuya Dimyati.Serang: Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten.

Mufti, Ali, dkk. 2014. Biografi Ulama Banten Seri ke-1. Serang; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten – Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten.

Putuhena, M. Shaleh. 2007. Histogriografi Haji Indonesia. Yogyakarta: LKIS.

www.kmbmesir.com. Selayang Pandang KMB

www.kmbmesir.com. Mahasiswa Asal Banten Raih Gelar Master.

www.kampusal-khairiyah.blogspot.co.id. Pahlawan Banten yang Dilupakan.