Zoom Meeting Cendekiawan Kampung ; Optimalisasi Ziswaf untuk Beasiswa Berkelanjutan

0
419

Serang, fesbukbantennews. com (2/10/2020)- Cendekiawan Kampung kembali menggelar seminar dalam jaringan (webinar) tentang beasiswa. Tajuk webinarnya adalah “Optimalisasi Ziswaf untuk Beasiswa Berkelanjutan”, Kamis (1/10/2020).
Webinar kali ini menghadirkan pembicara tunggal Muhammad Hasan Gaido, CEO Gaido Group. Dimoderatori oleh Saefullah, Pusat Pengembangan Jaringan dan Beasiswa. Diikuti oleh partisipan yang antusias selama webinar.

(foto: Tim Cendekiawan Kampung)

Saefullah, moderator dalam webinar menjelaskan, bahwa ini adalah bagian dari rangkaian webinar yang digelar selama satu bulan oleh Pusat Pengembangan Manajemen dan Talenta Cendekiawan Kampung.

“Webinar malam ini adalah tajuk ke 5, setelah 4 webinar secara berkala kami gelar dalam kurun waktu setengah bulan kemarin,” katanya.

Sebagai salah satu solusi yang ditawarkan sektor keungan sosial Islam, Ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) menjadi tema yang menarik untuk didiskusikan. “Apalagi jika peruntukannya untuk kelanjutan (beasiswa) pendidikan seseorang. Tambahnya.

Spirit New Normal

Muhammad Hasan Gaido mengawali seminar dalam jaringan (webinar) Ziswaf dengan mengutip salah satu ayat Al – Qur’an dalam surat Ar – Rad sebagai spirit new normal era di saat pandemik global.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah satu kaum, melainkan kaum itu mengubah atas dirinya sendiri,” ujarnya.

Selama pandemik global ini, sudut pandang kita tidak boleh sempit, harus dibuka secara luas. Dibarengi dengan kemampuan yang dibutuhkan di era new normal. Mempelajari hal baru dengan cepat, elaborasi pekerjaan dari offline ke online, menguasai teknologi digital dan melakukan inovasi. Sambung pria kelahiran Leuwi Damar, Lebak tahun 1971 ini.
Bersekolah Tanpa Sepatu.

“Dulu saat saya sekolah dasar di kampung, di Leuwi Damar, saya sekolah itu tidak pakai sepatu karena uang saya tidak cukup untuk membeli itu. Tapi, saya memiliki tekad yang kuat, semangat dan fokus pada tujuan” ujarnya.

Setelah bersekolah di kampungnya ia memilih merantau ke Mekkah untuk belajar sekaligus bekerja guna membiayai sekolah dan kehidupannya itu.

Saya dilahirkan berasal dari keluarga yang tidak punya. Dari orang tua dan keluarga yang besar di kampung. Itu adalah pemberian dari Tuhan, kita tidak bisa menolaknya. Tapi, ketika kita beranjak dewasa, dalam masa tumbuh itu bukan lagi sesuatu yang mutlak pemberian.
Itu adalah pilihan. Kamu harus memilih. Mau tetap seperti ini hidupmu atau merubahnya. Sebab, hidup hanya sekali, jadilah yang berarti. Imbuh Hasan Gaido yang juga Presiden Indonesia – Saudi Arabia Business Council (ISABC) dalam webinar yang diikuti oleh Genius Kampung dan Pengurus Cendekiawan Kampung ini.

Wakaf Utsman bin Affan dan Gagasan Hasan Gaido

Hasan Gaido bercerita tentang sahabat nabi, Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, seorang pengusaha kaya raya yang filantropis. Tercatat sampai saat ini masih memiliki rekening di salah satu bank di kerajaan Arab Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga masih atas nama beliau.

Diriwayatkan di masa Nabi SAW, kota Madinah pernah mengalami masa paceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum Muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zam – zam di Mekkah. Satu – satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik Yahudi, “Sumur Raumah” namanhya. Rasanya mirip dengan sumur zam – zam. Kaum muslim dan penduduk Madinah terpaksa harus antre dan membeli air dari Yahudi tersebut.

Prihatin atas kondisi umatnya. Rasulullah SAW keudian bersabda: “Wahai sahabtku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala” (HR Muslim).

Adalah Utsman bin Affan yang membebaskan sumur raumah itu. Setelah sebelumnya berdialog alot dan membagi kepemilikan sumur dengan Yahudi Madinah tersebut. Utsman bin Affan berhasil memiliki penuh sumur raumah karena kepiawannya dalam mengurusi kepentingan ummat. Dari sumur itulah dalam perjalanannya bisa menghidupi penghidupan masyarakat Madinah dan pemerintahan Saudi ikut dalam optimalisasi hasil wakaf Utsman.

Kebun – kebun kurma di area wakaf tumbuh sedari masa Daulah Utsmaniyah sampai Dinas Pertanian Saudi memaksimalisasinya dengan menanam lebih banyak pohon. Setengah dari hasil panen disalurkan pada fakir miskin dan setengahnya diberdayakan lalu hasilnya di simpan dalam bentuk rekening khusus atas nama Utsman bin Affan. Sehingga, uang yang di simpan di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang keuntungannya hampir SR 50 Juta di dekat Masjid Nabawi.

Dari konsepsi wakaf Utsman bin Affan itulah, Muhammad Hasan Gaido terinspirasi. Tercatat, Hasan Gaido melakukan wakaf saham pada beberapa instansi terkemuka, termasuk instansi pendidikan Al Fath Sukabumi, salah satu tempat Genius Kampung (awardee Cendekiawan Kampung) berkuliah strata 1.

Ia berharap bahwa wakaf saham ini bisa disalurkan dalam berbagai bentuk seperti santunan anak yatim, bantuan sembako kaum dhuafa, beasiswa pendidikan dan pelunasan hutang untuk masyarakat yang terlilit hutang (ghorimin).

Apresiasi Cendekiawan Kampung
Terkait 23 Genius Kampung yang berhasil Cendekiawan Kampung kuliahkan di tahun kedua ini. Hasan Gaido mengucapkan selamat atas kinerja Cendekiawan Kampung.


“Saya mengucapkan selamat atas kinerjanya sudah tumbuh kembang Cendekiawan Kampung. Untuk membangun CK ini tidak mudah. Tapi bisa. Yaitu, kita lakukan saja, mulai saja, jangan sedih dihina jangan bangga dipuja,” tuturnya.

Kita mesti membentuk karakter diri, berdiri di atas kaki sendiri. Sebagai sebuah tim kita harus saling mendorong, saling mendukung, bukan untuk mencari kelemahan, tapi untuk kolaborasi dan sinergi. Setiap orang ada zamannya, setiap zaman ada orangnya. Tutup Gaido.(***).