Pandeglang,fesbukbantennews.com (2/2/2017) – Nasib malang dialami Fitriyani, anak baru gede (ABG) warga Kampung Talun RT 02 RW 05, Desa Jiput, Kecamatan Jiput Kabupaten Pandeglang. Bocah berusia 14 tahun itu, selama belasan tahun hanya bisa terbaring di tempat tidur. Gadis belia dari pasangan Otoh Suriadi (45) dan Subaidah (Alm) itu didiagnosa menderita gizi buruk sejak berusia 8 bulan. Tidak ada senyum yang tersirat dari bibir anak keempat dari 6 bersaudara itu. Bahkan beratnya kini, tidak lebih dari 10 kg.

Ayah Fitri, Otoh menceritakan, padahal saat lahir, tidak ada kelainan yang dialami anak wanitanya itu. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi tubuh Fitri pun tidak berkembang seperti anak bayi pada umumnya.
Otoh mengungkapkan, awal mula Fitri mengalami kelambatan pertumbuhan, pihak Puskesmas Jiput sempat memberi penanganan dengan memberi makanan tambahan. Namun lantaran kondisi anaknya tidak kunjung membaik, maka pada tahun 2009, Fitri dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang.
“Mulai ada gejala itu ketika berusia 8 bulan dengan diagnosa gizi buruk. Tahun 2009 pernah dibawa ke RSUD Pandeglang, tak lama kemudian dibawa ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Itu ada bantuan dari perusahaan Jakarta,” ujar Otoh saat ditemui di rumahnya, Rabu (1/2).
Akan tetapi bukan mendapatkan penanganan medis lanjut, Fitri justru direkomendasikan dirawat di RSUD Serang. Lantaran dianggap sudah membaik, keluarga Fitri lalu membawanya pulang.
“Di RSCM hanya sehari, lalu dialihkan ke RSUD Serang selama 13 hari. Di RSCM dokter bilang ada kelainan syaraf di otak Fitri,” imbuhnya.
Sayangnya, sejak saat itu kondisi Fitri justru semakin memburuk. Ironisnya, sejak tahun 2009 pula, sudah tidak ada lagi penanganan khusus untuk kesembuhan Fitri. Padahal jarak rumahnya dengan Puskesmas Jiput hanya sekitar 100 meter. Namun penanganan yang dilakukan petugas Posyandu hanya berupa kontroling, itu pun tidak rutin setiap bulan.
“Sudah lebih dari 5 tahun tidak ada penanganan khusus lagi. Dari Posyandu paling hanya kontrol saja, itu pun tidak rutin. Malah baru sebulan lalu, dapat bantuan lagi berupa makanan tambahan, susu, dan uang tunai Rp 100 ribu,” tuturnya yang tak dapat menahan kesedihan saat melihat putri yang hanya terkulai lemas di ruang tamu.
Tak pelak, Otoh pun pasrah dengan kondisi Fitriyani. Ia berharap agar ada pihak yang bisa membantu untuk kesembuhan anaknya. Karena sebagai buruh tani, dirinya tidak memiliki cukup uang untuk membawanya kembali ke rumah sakit.
“Saya berharap Fitri bisa sembuh, biar bisa jalan lagi,” sambung Otoh berkaca-kaca.
Ketika dikonfirmasi ke Puskesmas Jiput, salah seorang dokter Pelayanan Kesehatan, Shinta Pratiwi Siahaan menjelaskan, pihaknya bukan menutup mata atas penderitaan yang dialami oleh Fitriyani. Bahkan Dinas Kesehatan juga seringkali mengunjungi rumah korban. Akan tetapi pihaknya sudah tidak mampu memberi penanganan khusus, lantaran Fitri diketahui menderita lumpuh layu dan penyakit penyerta lainnya seperti paru dan kelainan syaraf yang tidak bisa ditangani oleh Puskesmas.
“Kita sudah melakukan survei duluan kepada pasien dengan membawa biskuit sebelum dirujuk ke Rumah Sakit. Memang setelah selesai dirujuk, kita hanya melakukan kunjungan rutin.
Kini kondisinya sudah memburuk, jadi bingung apa yang harus dilakukan,” terangnya.
Dirinya pun menampik jika Puskesmas tidak memberi bantuan. Karena menurut dokter, Puskesmas hanya memberi makanan tambahan per 3 bulan sesuai dengan pasokan yang diberi oleh Dinas Kesehatan Pandeglang. Bahkan lanjut Shinta, Puskesmas sempat menawarkan kepada pihak keluarga untuk membawa kembali ke Rumah Sakit, namun ditolak oleh Ayahnya dengan alasan tidak ada yang mengurus anaknya yang lain.
“Ada penyakit bawaan juga dipasien seperti paru dan di otak yang belum tahu diagnosa pastinya. Paling kita hanya bisa merujuk lagi, karena di Puskesmas pengobatan dan alat terbatas. Kita kembalikan lagi ke pasien itu sendiri. Karena kebetulan mereka kan keluarga tidak mampu,” tandas Shinta.(yans/LLJ)