ASESMEN DIAGNOSTIK DALAM KURIKULUM MERDEKA (oleh : Mahfudoh*)

0
498

Serang,fesbukbantennews.com (16/10/2022) – Kurikulum merdeka saat ini sedang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) sebagai upaya pemulihan pembelajaran pada tahun 2022-2024. Kurikulum merdeka mulai diterapkan oleh sekolah-sekolah yang telah siap, seperti sekolah penggerak. Namun bagi sekolah yang belum siap diperbolehkan menggunakan kurikulum 2013.

Mahfudoh, Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang ,Banten .


Asessmen pembelajaran merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran. Asesmen adalah sebuah upaya untuk mendapatkan data/informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja siswa, kelas, atau mata pelajaran dibandingkan dengan tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu. Asesmen yang digunakan dalam kurikulum merdeka yaitu asesmen diagnostik.


Assesmen diagnostik merupakan proses pengumpulan data atau informasi sebanyak-banyaknya tentang siswa untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa sehingga dapat memudahkan guru untuk menentukan desain pembelajaran yang tepat. Assesmen diagnostik juga bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi sosial siswa, guru dapat melaksanakan asesmen diagnostik di awal pembelajaran. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen non-kognitif dan asesmen kognitif.


Latar belakang keluarga dan kondisi sosial yang berbeda-beda mempengaruhi gaya dan sikap belajar siswa di kelas. Guru perlu menggali asesmen non-kognitif guna mengetahui sesejahteraan psikologis dan sosial emosi sisiwa, aktivitas siswa selama belajar di rumah, kondisi keluarga dan pergaulan siswa, gaya belajar, karakter, serta minat siswa. Pelaksanaan asesmen non kognitif dapat dilakukan dengan cara tanya jawab. Yang harus Guru ingat dalam melakukan tanya jawab adalah: memastikan pertanyaan jelas dan mudah dipahami oleh siswa, menyertakan acuan atau stimulus informasi yang dapat membantu siswa menemukan jawabannya, dan memberikan waktu berpikir kepada siswa sebelum menjawab pertanyaan. Berikut langka-langkah asesmen diagnostik non-kognitif.


Persiapan Guru menyiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mewakili emosi, siapkan pertanyaan panduan sebagai berikut:
Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
Bagaimana perasaanmu saat belajar di rumah?
Guru membuat pertanyaan kunci mengenai aktifitas siswa, seperti:
Apa saja kegiatanmu selama belajar di rumah?
Apa hal yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan ketika belajar di rumah?
Apa harapanmu?
Pelaksaan
Guru meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah melalui bercerita, menggambar atau menulis.
Saat siswa menjawab pertanyaan: berikan penguatan, berikan pertanyaan lanjutan untuk menggali fokus lebih dalam, dan kembalikan fokus siswa saat mulai menyimpang.
Saat siswa balik bertanya: guru langsung menjawab pertanyaan dan membantu siswa untuk dapat menjawab pertanyaanya sendiri.

Tindak Lanjut
Guru mengidentifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi secara personal
Guru menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila diperlukan
Mengulangi pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran.


Asesmen diagnostik kognitif bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran. Asesmen diagnostik kognitif dapat dilaksanakan secara rutin yang disebut asesmen diagnostik kognitif berkala, pada awal pembelajaran, akhir setelah guru selesai menjelaskan dan membahas topik, dan waktu lain.


Berikut langka-langkah asesmen diagnostik kognitif:
Persiapan
Guru membuat jadwal pelaksanaan asesmen
Guru mengidentifikasi materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Guru menyusun pertanyaan sederhana yang meliputi:
2 pertanyaan sesuai kelasnya, dengan topik capaian pembelajaran baru
6 pertanyaan dengan topik satu kelas di bawah
2 pertanyaan dengan topik dua kelas di bawah (sesuaikan pertanyaan dengan topik yang menjadi prasyarat untuk bisa mengikuti pembelajaran di jenjang sekarang)
Pelaksanaan
Guru memberikan asesmen untuk semua siswa di kelas, baik yang belajar tatap muka di sekolah maupun yang belajar di rumah.
Diagnosis dan Tindak lanjut
Guru melakukan pengolahan hasil asesmen
Buat penilaian dengan kategori “Paham utuh”, “Paham sebagian”, dan “Tidak paham”
Hitung rata-rata kelas
Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok:
Siswa dengan nilai rata-rata kelas akan mengikuti pembelajaran dengan ATP sesuai fasenya
Siswa dengan nilai di bawah rata-rata mengikuti pembelajaran dengan diberikan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi
Siswa dengan nilai di atas rata-rata mengikuti pembelajaran dengan pengayaan
Guru melakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru, untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan rata-rata kemampuan siswa
Ulangi proses diagnosis ini dengan melakukan asesmen formatif (dengan bentuk dan strategi yang variatif), sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.
Pentingnya melakukan assesmen diagnositik ini karena akan memudahkan guru mengetahui desain pembelajaran yang tepat bagi siswa dan siswa pun akan mudah mengikuti alur pembelajaran. Selain untuk kepentingan pembelajaran, assesmen diagnostik ini juga menjadi salah satu upaya guru mengenal siswa lebih dekat. (LLJ).

*Penulis : Mahfudoh, Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang ,Banten .