Libatkan Paguyuban Orangtua Untuk Pantau Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon

0
182

Cilegon,fesbukbantennews.com (15/3/2017) – Keberhasilan belajar siswa tidak hanya menjadi tanggungjawab guru saja, melainkan juga orangtua. Ini yang menjadi perhatian kepala MIN 1 Cilegon, Suhardi  sebagai salah satu dari 18 sekolah mitra LPTK-USAID PRIORITAS Banten. Dia membentuk paguyuban orangtua tiap kelas. Paguyuban orangtua melalui pertemuan terbuka antara orangtua dengan guru wali kelas dilaksanakan setiap dua bulan sekali dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dan diskusi mengenai keberhasilan pembelajaran siswa di kelas.

Pertemuan Paguyuban orangtuanya dalam dapat komite.

Suhardi menuturkan bahwa pagayuban orangtua yang didirikan di tiap kelas sangat berkontribusi dalam memberikan ide dan bantuan operasoinal bagi kemajuan madrasah. “Saya menyadari peran penting paguyuban orangtua tidak hanya untuk kepentingan kemajuan madrasah saja tetapi juga meringankan beban orangtua dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran setiap siswa. Guru pun senang adanya paguyuban orangtua karena meringankan beban mereka untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran siswa,” tambah Suhardi.

Ernawati adalah seorang ibu yang menjadi bagian dari paguyuban orangtua yang didirikan di tiap kelas di MIN 1 Kota Cilegon. Pagi itu, ia datang memenuhi undangan pertemuan pagayubuan orangtua yang biasa diselenggarakan setiap dua bulan sekali. Selama dua jam, Erna dan sejumlah orangtua yang hadir tampak berdiskusi di aula pertemuan bersama guru wali kelas. Mereka mendiskusikan berbagai hal yang menyangkut hasil pembelajaran siswa di kelas dan solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan belajar di rumah. Masing-masing orangtua terlihat bersemangat membagikan pengalaman mereka di rumah saat mendampingi siswa belajar.

Erna berkata “Secara khusus, wali kelas sudah mengetahui peta persoalan setiap siswa. Setiap persoalan yang dialami siswa harus dikomunikasikan kepada orangtuanya. Melalui pertemuan semacam ini, saya selaku orangtua diajak berpikir dan mencari solusi pembelajaran yang dihadapi putra-putri di rumah.”

Kebetulan topik pertemuan tersebut adalah mencari solusi bagi siswa yang tidak mampu memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dijadikan dasar patokan nilai terendah dalam penilaian peserta didik. Jika siswa mampu mendapatkan nilai di atas KKM maka dianggap telah berhasil menguasai kompetensi yang dipelajarinya. Sebaliknya bilamana ditemukan siswa mendapatkan nilai di bawah KKM berarti perlu ada perbaikan. Perbaikan ini memerlukan peran serta orangtua agar siswa berhasil mencapai target.

Lanjut Erna “Diskusi antara wali kelas dengan wali murid seperti pertemuan tadi misalnya membicarakan tentang kegiatan belajar anak terutama anak yang mampu dan tidak mampu memenuhi KKM. Contohnya ada siswa yang berada di bawah KKM. Guru wali kelas bertanya apa sebab persoalan yang dihadapi siswa dan kemudian orangtua juga berpikir bagaimana caranya agar KKM-nya mencapai target misalnya mendampingi saat mengerjakan tugas.”

Selain Ernawati, Kasani adalah seorang ayah yang turut hadir dalam pertemuan paguyuban orangtua. Kasani berpendapat bahwa pagayuban orangtua juga mendukung sarana belajar siswa di kelas. “Setiap bulan kami membayar iuran sebesar sepuluh ribu rupiah untuk membeli alat peraga belajar atau alat kebersihan seperti sapu dan pel. Penggunaan uang dilaporkan setiap pertemuan pagayuban orangtua. Hal yang menarik adalah notulen hasil pertemuan pagayuban orangtua ini dilaporkan saat pertemuan besar komite sekolah setiap enam bulan sekali,” kata Kasani.

Ada 54 orang yang menjadi perwakilan paguyuban orangtua dan memiliki hak suara dalam rapat komite sekolah seperti merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja. Seluruh program kerja yang disusun dimaksudkan bagi keberhasilan pembelajaran siswa di kelas. MIN Langon Cilegon yang telah berdiri sejak tahun 1994 kini telah menampung sekitar 640 siswa dengan jumlah guru sebanyak 35 orang.(LLJ)

 

 

Kiriman :Anna Rosita USAID Prioritas Banten.