HUT Banten dan Harapan Warga Pesisir

0
229

Oleh: Lulu Jamaludin *

Pada 4 Oktober 2016 lalu,Provinsi Banten genap berusia 16 tahun. Usia 16  tahun,bukanlah usia kanak-kanak lagi,yang mesti disuapi ketika lapar dan dininabobokan ketika ingin tidur. Demikian pula Provinsi Banten,sejatinya sudah banyak harapan dan cita-cita warga Banten saat ingin berpisah dari Jawa-Barat terwujud di usia ke 16 ini.

Salah satu lokasi yang disinggahi tim ekspedisi di Banten Selatan.
Salah satu lokasi yang disinggahi tim ekspedisi di Banten Selatan.

Dari perjalanan Tim Ekspedisi Pesisir Banten yang dimulai 15 September – 2 Oktober 2016, dari pantai Dadap (kabupaten Tangerang) hingga pantai Cibareno (kabupaten Lebak),banyak harapan-harapan masyarakat yang disampaikan pada tim. Mulai dari permasalahan ekonomi,pendidikan,kesehatan,social,budaya, bahkan tak sedikit potensi yang ditemukan sepanjang perjalanan yang dilakukan tim yang dilepas oleh Gubernur Banten pada 15 september 2016 tersebut.

 

Di Kabupaten Tangerang,bagaimana banyaknya perusahaan yang dikeluhkan masyarakat yang diduga mencemari sungai Cirahab. Dan nelayan Tanjung  Kait yang mengeluhkan nelayan pendatang yang menggunakan alat tangkap yang dilarang pemerintah.

 

DI Kabupaten Serang,bagaimana sulitnya masyarakat menikmati akses pantai. Seperti di Anyer,hanya satu pantai yang bisa dinikmati secara gratis,sisanya meski mengeluarkan kocek. Bahkan, di Bojonegara 80 persen pantai sudah dibangun untuk pabrik dan pelabuhan. Sementara 20 persennya tinggal menunggu nasib. Di Cilegon,tak jauh berbeda dengan di Kabupaten Serang,pantai tak lagi dinikmati dengan mudah oleh masyarakat sekitar.

 

Untuk di Kabupaten Pandeglang, masyarakat pesisir lebih besar mengharapkan adanya turun tangan pemerintah dalam pelayanan kesejahteraan social,pendidikan dan kesehatan. Dan di Kabupaten Lebak,masyarakat pesisirnya paling banyak harapan,karena di Kabupaten yang berbatasan dengan Provinsi Jawa barat tersebut banyak ditemukan masalah dan potensi ekonomi.

 

Tim Ekspedisi Pesisir Banten juga menemukan banyak potensi ekonomi ,yang jika disentuh pemerintah akan menjadikan kekuatan ekonomi yang menjadikan masyarakat desa menjadi mandiri.  Seperti  di Pontang,kabupaten Serang,bagaimana ibu-ibu memanfaatkan ikan untuk dijadikan abon ikan,nugget dan dendeng.  Di ujung kulon Pandeglang, bagaimana remaja dan anak-anak memanfaatkan sampah di pantai menjadi cinderamata,namun karena akses untuk pemasaran sulit,mereka hanya mengandalkan wisatawan yang datang bisa dihitung dengan jari.

 

Di ujung pesisir Kabupaten Lebak, di Desa Sawarna sungguh luar biasa potensi ekonominya. Selain wisata panorama yang terkenal,disana ada banyak industry rumahan yang memproduksi sale pisang, ikat Sawarna,Batik Sawarna,Ukiran Sawarna,dan banyak potensi lainnya. Khusus untuk sale pisang Sawarna, ternyata sale pisang Sawarna sudah belasan tahun dipasok ke Cianjur,Bogor,Jakarta dan Bandung.Namun tidak menggunakan merek “Sale Sawarna”.

 

Masyarakat pesisir Ujung Kulon Pandeglang tersebut,hanya ingin pemerintah mempermudah hasil kerajinan tangan mengolah sampah pantai. Sementara,masyarakat pesisir di ujung Kabupaten Lebak berharap,selain akses angkutan umum,juga menginginkan alat untuk membantu proses pengeringan pisang Sale jika tiba musim hujan. Supaya bisa meningkatkan produksi.

 

Harapan dan cita-cita warga pesisir Banten adalah harapan dan cita-cita yang sangat mendasar. Hanya ingin usaha mereka maju dengan berbagai potensi agar bisa menyekolahkan,member makan,memberi pengobatan untuk keluarganya.

 

Masih ada waktu mewujudkan harapan dan cita-cita mereka. Sebelum Provinsi Banten lanjut  usia. Atau mau terus jadi Balita? Yang menjauhkan dari harapan-harapan pendiri provinsi Banten.

 

*Penulis: relawan social,tinggal di Kota serang