Gubernur Banten Janji Jaga Kelestarian Alam Baduy

0
194

Serang,fesbukbantennews.com (15/5/2016) – Warga Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, meminta Pemerintah Provinsi Banten agar menjaga lingkungan dari eksploitasi alam yang berlebihan. Permintaan tersebut disampaikan oleh Jaro Saija saat menyampaikan amanat puun (tetua adat Baduy) dalam ritual Seba Baduy dengan Gubernur Banten Rano Karno di halaman Taman Budaya Banten, Serang, Sabtu (14/5/2016).

Warga Adat Baduy Luar dan Dalam saat menggelar ritual Seba di eks pendopo gubernur Banten, 14 Mei 2016.
Warga Adat Baduy Luar dan Dalam saat menggelar ritual Seba di eks pendopo gubernur Banten, 14 Mei 2016.

“Kalau dirusak akan rusak buminya, akan datang banjir dan sebagainya. Bapa Gede (Rano Karno) harus bertanggung jawab menjaga bumi Banten dari kehancuran,” pesan Jaro Saija saat menyampaikan amanat puun usai membacakan rajah panganteur (rajah pembuka) dan memberikan Laksa kepada Rano Karno.

Selain meminta menjaga bumi, pesan puun yang disampaikan melalui Jaro Saija juga menitipkan Gunung Pulosari, Gunung Karang, Gunung Kembang, dan gunung lain yang berada di wilayah Provinsi Banten. Jika permintaan tersebut dapat dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Banten, Saija melanjutkan, maka masyarakat Baduy, dan masyarakat Banten pada umumnya dapat hidup dengan tenang dan nyaman.

“Masyarakat Baduy itu cinta damai, Tidak ada kekerasan di baduy, tidak ada kekerasan dan gontok-gontokkan di Baduy,” lanjut Saija.

Selain itu, Saija meminta kepada Kapolda Banten Brigjen Pol Ahmad Dofiri yang juga hadir dalam acara ritual Seba Baduy, untuk menjaga agar peredaran narkoba tidak masuk ke wilayah Kabupaten Lebak. “Kami juga anti narkoba, tidak ada orang Baduy mabok-mabokan. Semua aturan dilaksanakan. Mumpung ketemu Pak Kapolda, jangan sampai narkoba masuk ke Lebak,” pinta Saija.

Saija berpesan agar pemerintah dan penegak hukum untuk menjunjung kejujuran. “Aman, uman, dan amin. Jaga kejujuran dan kemanjuran,” imbuhnya.

Gubernur Banten Rano Karno menyambut baik kedatangan masyarakat Kanekes dalam ritual tahunan Seba Baduy kali ini. “Seba hari ini membawa kebahagiaan kepada kita sekalian. Seba menjadi darah, seba menjadi geliat silaturahmi antara kami,” kata Rano dalam sambutannya menanggapi permintaan Jaro Saija.

Rano berjanji akan menjalankan pesan dari puun atau tetua adat Baduy yang dipesankan kepada Jaro. “Tanah ulayat di sana akan kami jaga,” tambah Rano.

Kepala Disbudpar Provinsi Banten Opar Sochari, berharap tradisi luhur masyarakat Baduy bisa terus dilestarikan. Melalui tema Seba Baduy tahhun ini yakni “Menjaga Lingkungan Melalui Budaya”, Opar berharap Seba Baduy bukan hanya sebatas tontonan bagi masyarakat, lebih jauh Seba Baduy dapat menjadi tuntunan agar masyarakat Banten menjaga lingkungannya.

“Pepatah gugung teu meunang dilebur (gunung tak boleh dihancur), lebak teu meunang diruksak (lembah tak boleh dirusak), larangan teu meunang ditempak (larangan tak boleh dilanggar), buyut teu meunang dirobah (buyut tak boleh diubah), lojor teu meunang dipotong (panjang tak boleh dipotong), pondok teu meunang disambung (pendek tak boleh disambung), pepatah tersebut menjadikan masyarakat Kanekes dapat menjaga lingkunannya hingga saat ini,” kata Opar.

Dalam laporan Kadisbudpar Provinsi Banten, Opar, tidka kurang dari 1.317 warga Baduy mengikuti seba ini. Jumlah ini diakui tidak sebanyak peserta Seba Baduy tahun 2015 lalu.

Hadir pula dalam acara ini, Sekda Banten Ranta Soeharta, seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, unsur Muspida, Danrem 06/04 Maulana Yusuf, Deputi Pengembangan Pariwisata Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Sekda Kabupaten Lebak, dan tokoh seni dari daerah Kulonprogo, serta Daerah Istimewa Yogyakarta. (Adv/LLJ)