Forum Diskusi Saijah-Adinda : Pemkab Lebak Harus Segera Kelola Sampah dengan Serius

0
476

Lebak,fesbukbantennews.com (15/10/2019) – Forum Diskusi Saijah-Adinda Lebak (FD-SAL) yang dilaksanakan untuk kali pertama di sekretariat Koordinatoriat Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Sabtu (12/10) malam, membahas banyak persoalan. Empat poin di antaranya adalah perihal pengelolaan sampah, pengelolaan kawasan adat Baduy, pariwisata, dan pembentukan BUMD bidang agribisnis.

Peserta Diskusi mengumpulkan dan memilah sampah usai acara.

“Harus segera dilakukan kelembagaan dalam pengelolaan sampah. Sampah adalah persoalan serius,” ujar Charis Khaddafi narasumber dari Kumala.

Narasumber lain yaitu Kepala Staf Kodim 0603 Lebak Mayor Inf. Muhammad Zaini menyambut dengan antusias saran dari Charis. Kasdim akan mendukung dengan maksimal upaya pengelolaan sampah.

“Kami siap bekerja sama. Kami akan memantau sekaligus memelopori disiplin dalam pengelolaan sampah, khususnya di dalam keluarga besar Kodim Lebak,” ujar Kasdim.

Selain Kasdim, hadir dalam diskusi perdana ini sebagai narasumner antara lain Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Lebak Nana Sujana, Kepala Dinas Kominfo Pemkab Lebak Dodi Irawan, Kepala Bidang Destinasi pada Dinas Pariwisata Pemkab Lebak Luli Agustiani, anggota Komisi I DPRD Lebak Aad Firdaus (Partai Perindo), pengurus Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lebak Enan, dan mantan Ketua DPRD Lebak yang kini fungsionaris Partai Berkarya Kabupaten Lebak Pepep Faisaludin.

Perihal kawasan adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Kumala sebagai representasi dari warga Lebak, menilai masih rendahnya komitmen stakeholder yang memanfaatkan pariwisata kawasan adat Baduy dalam menjaga kelestarian dan keindahan kawasan adat. Sampah kini menjadi pemandangan yang menjijikan nyaris terlihat di setiap sudut kawasan.

Kumala yang menginisiasi lahirnya FD-SAL, menyatakan bahwa pemerintah masih kurang serius dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan adat Baduy, masih fokus pada promosi.

“Hampir seluruh jalur menuju kawasan Baduy Dalam sampah berserakan akibat pengunjung membuah sampah sembarangan. Seharunys ada petugas yang aktif membersihkan, selain aktif mengajurkan kepada wisatawan supaya tidak membuang sampah sembarangan. Salah satu solusinya adalah setiap pengunjung wajib membawa kantong untuk sampah,” ujar Charis.

Poin lainnya, ujar Charis, pemerintah masih belum merespons permintaan warga adat Baduy yang menginginkan adanya perluasan kawasan untuk bercocok tanam.

Forum Diskusi Saijah-Adinda Lebak (FD-SAL) juga menyarankan kepada Pemkab Lebak untuk segera membentuk BUMD khusus bidang agribisnis. Produk agribisnis di Lebak sangat melimpah dan beragam. Tetapi pasar lokal dipenuhi oleh hasil pertanian dan perkebunan dari luar kabupaten yang dibeli dari Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tangerang, Pasar Induk Kramatjati Jakarta Timur, atau Pasar Induk Caringin Bogor.

“Lahan pertanian di Lebak sangat luas, baik milik pribadi ataupun tanah milik BUMN yang bisa dimanfaatkan dengan pola plasma. Setahu kami, Lebak hingga saat ini tidak memiliki produk unggulan bidang agribisnis yang menjadi primadona pasar domestik dan menjadi ikon Lebak. Baru gula merah serbuk yang masuk pasar Eropa,” ujar Charis.

Saran dari aktivis Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) ini disampaikan langsung oleh Charis Khadafi, Ace S Ali, Wandi Assayid Madu Cingagoler, dan Ka Hikmatullah. FD-SAL ini akan dilaksanakan minimal dua minggu sekali dengan narasumber dari mitra kerja terkait sesuai dengan tema diskusi.(drie/ LLJ).